spot_img
Monday, June 23, 2025
spot_img

Spirit Kewirausahaan

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Oleh : Prof. Dr. H. Maskuri Bakri, M.Si

Nabi Muhammad SAW, sejak muda sudah ditempa oleh Allah SWT dan dikenal sebagai sosok yang jujur dan dapat dipercaya. Di saat muda, sebelum diangkat menjadi Nabi, Nabiyullah Muhammad SAW memiliki rekam jejak yang sangat terpuji, yang bisa menjadi teladan sempurna bagi kehidupan manusia sepanjang masa.

Salah satu akhlak yang diteladankan oleh Rasulullah Muhammad SAW adalah kejujuran dan itu telah menunjukkan kualitasnya sebagai manusia berakhlak mulia jauh sebelum menjadi Nabi dan Rasul. Hal ini telah diakui olah para penduduk Mekkah yang menyematkan gelar al Amin kepada Rasulullah Muhammad SAW, satu-satunya orang yang dapat dipercaya sepanjang sejarah.

Pemberian gelar al Amin bukan tanpa alasan. Sebagai pedagang, Nabi Muhammad SAW tidak pernah berkata dusta demi keuntungan. Beliau selalu mengatakan dengan jujur tentang barang yang dijualnya, termasuk tentang kerusakan atau kejelekan barang tersebut. Beliau selalu menepati janji dan mengantarkan barang dagangan sesuai dengan kualitas yang diminta pelanggan.

Sosok Integrator Ulung

Reputasi kejujuran dan akhlak yang baik yang dimiliki sosok muda Rasulullah Muhammad SAW telah dikenal publik, dan memunculkan kepercayaan publik kepada sosok beliau. Ketika terjadi pembangunan kembali Kabah setelah diterjang banjir, saat rampung, terjadi perselisihan sengit mengenai siapa yang berhak untuk meletakkan Hajar Aswad pada tempatnya.

Semua kabilah berebut untuk bisa meletakkan Hajar Aswad yang menyebabkan konflik dan ketegangan. Kemudian Abu Umayyah bin Mughiroh sebagai orang tertua di antara semua kabilah menawarkan jalan keluar dengan menetapkan bahwa yang pertama kali masuk melalui pintu as-Shafa maka ialah yang berhak untuk mengambil kebijakan tentang peletakan Hajar Aswad tersebut.

Biqodratillah, Allah SWT mentakdirkan bahwa orang yang pertama kali memasuki pintu masjid adalah Nabi Muhammad SAW. Ketika melihat sosok Muhammad, maka semua bersepakat dan menyatakan bahwa sosok tersebut adalah al Amin dan karenanya semua ridha terhadap keputusan yang dibuatnya. Memperoleh kesempatan meletakkan hajar aswad pada tempatnya, Rasulullah SAW orang yang tidak pernah egois.

Beliau menunjukkan kelasnya sebagai sosok integrator ulung. Beliau kemudian meminta kain untuk digunakan mengangkat Hajar Aswad. Beliau meminta setiap pemimpin kabilah untuk memegang ujung kain tersebut dan kemudian bersama-sama mengangkatnya menuju tempat Hajar Aswad. Alhasil dengan keputusan yang bijaksana ini, hilanglah perselisihan di antara kaum Quraisy. Julukan al-Amin yang disandang Nabi Muhammad SAW merupakan bukti bahwa beliau adalah orang yang sudah diakui kredibilitasnya di masyarakat Arab.

Nabi Muhammad SAW mendapatkan gelar al Amin juga menjadi salah satu teladan bagi umatnya untuk senantiasa berkata jujur baik dalam bentuk lisan maupun dalam perbuatannya sehari-hari. Rasulullah SAW menekankan sifat kejujuran ini dalam sabdanya, yang artinya “Hendaklah kamu semua bersikap jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke sorga. Seseorang yang selalu jujur dan mencari kejujuran akan ditulis oleh Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah sifat bohong, karena kebohongan membawa kepada kejahatan dan kejahatan membawa ke neraka. Orang yang selalu berbohong dan mencari-cari kebohongan akan ditulis oleh Allah sebagai pembohong.” (HR. Muslim)

Membangun Jiwa Mandiri

Di samping soal kejujuran dan akhlakul karimah. Etos kerja Nabi Muhammad SAW saat usia muda juga harus menjadi teladan bagi umatnya, terutama bagi pemuda dan pemudi. Dengan memiliki profesi, berarti Nabi mengajarkan umatnya untuk hidup mandiri. Rasulullah bersabda, yang artinya Seseorang di antara kamu membungkus seikat kayu bakar lalu dibawa di atas pundaknya, kemudian menjualnya, itu lebih baik baginya daripada meminta-minta pada seseorang, yang akan memberinya atau menolaknya (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadits di atas menegaskan bahwa mendapatkan penghasilan dari hasil keringat sendiri lebih utama daripada meminta-meminta. Nabi Muhammad SAW menyebutkan pekerjaan mencari kayu bakar dalam hadits tersebut karena profesi itu merupakan salah satu mata pencaharian sahabat saat itu. Komitmen membangun kemandirian dengan spirit kewirausahaan adalah teladan Nabi yang bisa melahirkan generasi yang tangguh, mandiri, dan berkarakter.

Saat menjadi rasul, Nabi Muhammad SAW banyak ditemani oleh para sahabat pemuda dan perjuangan dakwahnya, dan bahkan memberikan kepercayaan kepada anak-anak muda pada posisi-posisi strategis, baik di bidang pertahanan, ilmu pengetahuan, dan politik pemerintahan. Rasulullah Muhammad SAW memberi kepercayaan kepada Usamah bin Zaid menjadi panglima perang, padahal usianya masih sangat belia, sementara di situ ada banyak sahabat senior. Usamah bin Zaid, pada usia 18 tahun dipercaya Rasulullah Muhammad SAW untuk memimpin pasukan yang di dalamnya ada sahabat-sahabat ternama, seperti Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Pasukannya berhasil dengan gemilang mengalahkan tentara Romawi.

Rasulullah Muhammad SAW juga memiliki sepupu sekaligus sahabat terpercaya, Ali bin Abi Thalib. Perannya dalam dakwah mencakup berbagai bidang, seorang ulama, pemimpin, sekaligus pejuang. Ali merupakan salah satu orang yang pertama masuk Islam dari golongan pemuda, umurnya belum 10 tahun. Saat Rasulullah Muhammad SAW hijrah ke Madinah, Ali bin Abi Thalib diperintahkan untuk menggantikan posisi di tempat tidur beliau, dengan segala resikonya.

Di bidang keilmuan, Rasulullah Muhammad SAW memberi kepercayaan luar biasa kepada sahabat Zaid bin Tsabit, pemuda Anshar yang masuk Islam pada usia 11 tahun. Kecerdasan Zaid membuat pemuda ini dipercaya menjadi penulis wahyu oleh Rasulullah. Ia mampu menguasai berbagai bahasa dalam tempo singkat. Pada masa kodifikasi Alqur’an, Khalifah Abu Bakar pertama kali menunjuk Zaid untuk menghimpun ayat-ayat Alqur’an.

Dalam urusan politik, duta pertama yang dikirim Rasulullah Muhammad SAW juga berasal dari golongan pemuda, yaitu Mush’ab bin Umair. Ia adalah seorang pemuda kaya, rupawan, dan terpandang di Makkah. Ia rela meninggalkan keluarga, kemewahan, dan kehormatan di tengah kaumnya demi dakwah Islam. Mush’ab adalah duta pertama dalam sejarah Islam. Ia diminta Rasulullah Muhmamad SAW mengajar Alqur’an kepada penduduk Madinah. Ketika itu, di antara sahabat Rasulullah sebenarnya masih ada beberapa sahabat yang lebih tua dan lebih berkedudukan, tetapi Rasulullah SAW memiliki pertimbangan sendiri justru mengutus Mush’ab untuk mengajarkan Alqur’an penduduk Madinah.

Pola pikir yang brilian dan akhlaq mulia yang disandang Rasulullah Muhammad SAW itu, sehingga Allah SWT memujinya dengan “Hanya Engkau Wahai Muhammad, yang memiliki akhlaq Agung tur Mulia”. (*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img