Melihat Modal Kompak Warga di RT 10 RW 02 Gadingkasri
Warga di satu RT tumbuh dengan kreativitas. Suasana wilayah RT yang nyaman dan elok karena sentuhan tangan warganya sendiri. Kreativitas warga umumnya berbahan limbah diolah bernilai ekonomi. Itu ada di RT 10 RW 02 Kelurahan Gadingkasri Kecamatan Klojen Kota Malang.
======
Kompak. Itulah modal besar yang dimiliki warga. Ketika memasuki gang RT 10, terdapat berbagai bentuk hiasan di kiri dan kanan jalan. Itu hasil kreativitas warga.
Hiasan itu terdiri dari lampion yang saat malam hari menyala dengan kelap kelip. Lampion terbuat dari bahan kristal. Pun terdapat hiasan berbentuk pot bunga yang dibuat ciamik oleh warga. Tak sampai di situ, warga lainnya, juga membuat karya yang memiliki nilai ekonomi. Bisa dibeli dengan cara pemesanan maupun mengikuti pameran.
Sumarmi salah satu warga kreatif. Perempuan usia 66 tahun itu membuat jampal dari bahan kain bekas. Menggunakan tiga mesin jahit difasilitasi perangkat kelurahan. “Jampal digunakan sebagai lapis benda panas. Saya jual Rp 8 ribu sampai Rp 15 ribu. Alhamdulillah selalu ada peminatnya. Apalagi kalau ikut pameran,” ceritanya.
Sumarmi yang juga koordinator warga bidang menjahit mengatakan karena sudah lanjut usia dia berencana meneruskan keahlian tersebut ke generasi baru di wilayah Kelurahan Gadingkasri. Sumarmi telah menjahit sejak tahun 1994.
“Sampai sekarang saya tetap menjahit, tapi tidak seperti dulu. Kalau dulu saya menjahit seprei, sarung bantal, dan jampal. Tapi untuk sekarang saya hanya menjahit jampal menggunakan kain bekas yang saya kumpulkan dari warga, ” bebernya.
Di lain tempat, Suwadi tengah sibuk menempel potongan kristal untuk dibentuk menjadi lampion. Berbagai bentuk lampion akan dibuat, terutama lampion berbentuk piala. Pria usia 45 tahun itu didampingi istrinya, Ati, 43 tahun. Dia membuat lampion terbuat dari limbah untuk menghiasi kawasan RT 10 RW 02.
“Ini kristal bekas kaleng rokok filter kami ambil dari Surabaya. Daripada tidak dipakai kami olah menjadi lampion,” kata dia.
Di sudut tembok rumah Suwadi, terpampang busana yang terbuat dari limbah kasetdan pembungkus buah. Busana itu dapat digunakan saat perayaan hari besar maupun fashion show. Disewa dengan biaya Rp 200 ribu per hari. Bila dijual harganya Rp 700 ribu.
Berbeda dengan Suwadi, Wawan, warga lainnya membuat hiasan dan alat isap rokok dari bahan yang berbeda dari pada umumnya. Bila dominan alat isap rokok menggunakan taring, Wawan membuat menggunakan limbah bambu. Kemudian dihaluskan dan dimodifikasi. Ketika Malang Posco berkunjung ke rumahnya, puluhan alat sudah siap diperjual belikan dan dipamerkan.
“Saya jual mulai Rp 35 ribu sampai Rp 100 ribu. Tergantung besar kecilnya. Saat ini saya pamerkan di etalase Nakoa Kafe,” ujarnya.
“Peminatnya masih banyak. Mulai dari dewasa hingga tua,” sambung pemuda itu.
Kendati pemasaran produk dilakukan warga RT 10 RW 02, namun perangkat kelurahan telah mendaftarkan karya warga ke Dinas Koperasi, Industri dan Perdagangan (Diskopindag) Kota Malang.
Ketua RT 10 RW 02 Kelurahan Gadingkasri Kecamatan Klojen, Agus Rianto mengatakan, saat ini perangkat kelurahan sedang mengurus administrasi pendaftaran hak paten karya yang dibuat warga. Pun sedang tahap pembuatan website untuk perkenalan dan pemasaran.
“Program kreativitas ini murni ide dari warga yang memiliki keahlian. Kemudian kami mendukung dan memfasilitasi kebutuhan mereka,” ujar Agus.
Tak sampai disitu, sejak Juni lalu, warga setempat membuat program bagi anak-anak. Program itu kegiatan melukis limbah galon. Nantinya dijadikan hiasan dan pot bunga. Kegiatan melukis dilaksanakan setiap Sabtu dan Minggu. Tempatnya, di salah satu lapangan voli yang ada di wilayah setempat.
“Kami juga memfasilitasi anak anak TK dan SD untuk menyalurkan minatnya,” tambahnya. (den/van)