MALANG POSCO MEDIA, MALANG- Tragedi Kanjuruhan masih menyisakan banyak hal yang belum memuaskan beberapa pihak, khususnya bagi keluarga korban. Pemuda Pancasila (PP) Kabupaten Malang juga masih merasakan kesedihan dan kepedihan tersebut. Bahkan, ada beberapa kader dan anggota serta saudaranya yang menjadi korban.
“Namun, kami juga berpikiran realistis demi kepentingan yang lebih besar terhadap warga masyarakat Kabupaten Malang khususnya, dan Malang Raya umumnya. Proses hukum dan segala pernak perniknya tetap berjalan, tapi renovasi dan pembangunan kompleks Stadion Kanjuruhan juga wajib berjalan dan didukung,” kata Ketua PP Kabupaten Malang, Priyo Sudibyo, kemarin.
“Kami melihat Stadion Kanjuruhan merupakan aset berharga bagi Kabupaten Malang. Sebab di situ merupakan stadion kebanggaan yang bisa menggelar beberapa kegiatan regional, nasional maupun internasional. Bahkan setiap hari khususnya minggu dan hari libur, semua lapisan masyarakat berolahraga sambil menikmati aneka produk UMKM,” tambahnya.
Bogank, sapaan akrab pria ini menerangkan, sebagai Ketua Porserosi Kabupaten Malang pun merasakan bagaimana aktifitas olahraga sepatu roda berhenti total sejak Tragedi Kanjuruhan. “Atlit kami yang sebentar lagi persiapan Porprov, tidak dapat latihan karena imbas dari Stadion Kanjuruhan yang tidak boleh disentuh untuk kegiatan apapun,” ungkap dia.
Menurut Ketua Kadin Kabupaten Malang yang juga pembina pedagang dan mainan Stadion Kanjuruhan ini, tribun penonton yang sudah dibangun, tidak bisa dicoba karena tidak ada event sepatu roda yang boleh digelar di sana. “Padahal, tiap tahun pasti ada tiga hingga lima event regional maupun internasional,” paparnya.
Bahkan pernah digelar event internasional Piala Ibu Negara yang diikuti 16 negara di venue tersebut. “Saya yakin pemerintah dalam hal ini sudah mempertimbangkan dengan matang berbagai macam terkait renovasi Stadion Kanjuruhan yang langsung dihandel oleh Kementerian PUPR RI,” ujarnya.
“Tidak ada alasan bagi kami untuk menolak apalagi menghalangi renovasi tersebut yang semua biaya ditanggung oleh Pemerintah Pusat. Masyarakat juga rindu akan hingar bingar dan riuhnya Stadion Kanjuruhan bila menggelar pertandingan sepak bola ataupun event-event besar lainnya yang otomatis mendongkrak perekonomian masyarakat,” urai dia.
Seperti rumah-rumah yang mendadak disewa untuk atlit daerah lain yang berlaga, penjualan berbagai macam makanan dan pernak-perniknya. “Terkait regulasi penonton, aturan main serta proses hukum dan hal lain yang terlibat di dalam pertandingan dan perlombaan, biarlah PSSI dan KONI serta aparat berwenang yang mengaturnya. Semoga Stadion Kanjuruhan segera direnovasi jauh lebih baik,” tutup Bogank. (mar)