MALANG POSCO MEDIA – Lamat-lamat dari kejauhan tokoh muda cerdas dan inspiratif zaman itu melihat satu sosok yang sepertinya ia kenal saat berjumpa di sebuah stasiun kereta api. Pria paruh baya yang ia lihat itu membawa kasur lipat (veldbed) sedang turun dari kereta api.
Ya….. M. Natsir tokoh muda cerdas dan progresif waktu itu bertemu dengan tokoh idolanya “De Ongekroonde van Java” (Raja Jawa Tanpa Mahkota) atau H.O.S Cokroaminoto di sebuah stasiun kereta api di Bandung.
Selepas berkenalan, Natsir mencoba memberanikan diri bertanya alasan di balik kebiasaan Pak Cokro yang membawa “veldbed.” Mendengar pertanyaan demikian, pak Cokro menjawab, “Saya tidak mau jadi beban orang yang saya datangi. Saya bisa menginap di mana pun dengan ini. Di masjid atau di mana pun,” sebagaimana diceritakan Natsir (Tim Buku Tempo, Natsir Politik Santun di Antara Dua Rezim, 2016: 72, 73).
Ada sebuah diksi menarik dari Pak Cokro yang dikenal dengan sebutan “Jang Oetama” itu. Sebagai pemimpin, dirinya sama sekali tidakk mau merepotkan orang lain. Baginya, sebagai seorang pemimpin minimal seharusnya tidak menjadi beban bagi rakyat, jika tidak mampu berbuat baik untuk mereka.
Kekuatan karakter kepemimpinan beliau di kemudian hari banyak menginspirasi para tokoh dan pemimpin bangsa termasuk M. Natsir. Kesederhanaan dan kegigihan serta keuletannya untuk berjuang demi kemakmuran masyarakat menjadi contoh bagi banyak orang.
Pak Cokro yang terkenal dengan triloginya itu adalah contoh nyata bahwa seorang pemimpin sejati itu adalah pemimpin yang melayani rakyatnya, pemimpin yang memberikan solusi bagi masyarakatnya, pemimpin yang mengedepankan kepentingan rakyatnya dibanding kepentingan pribadinya, pemimpin yang selalu berpikir bagaimana rakyatnya makmur dan sentosa dan pemimpin yang memiliki mentalitas memberi bukan mengharap-harap pemberian.
“Great leaders speak about the future with such clarity, it is as if they are talking about the past” begitulah kata Simon Sinek, seorang penulis asal barat ini.
Sejarah adalah penggalan kejadian atau peristiwa yang harus dijadikan sebagai bahan untuk memperbaiki dan merencanakan serta membuat keputusan terbaik di masa depan. Dan pemimpin terbaik adalah mereka yang mampu menjadikan seluruh rangkaian sejarah di masa lalunya menjadi instrumen yang presisi untuk merencanakan dan membuat keputusan pada hari ini.
Banyak ahli mengatakan bahwa peristiwa yang terjadi hari ini adalah Pengulangan dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lalu. Oleh karena itu pemimpin terbaik adalah mereka yang mampu menjadikan peristiwa sejarah yang terjadi di masa lalu menjadi sebuah gambaran yang terang-benderang untuk mencapai cita-cita di masa yang akan datang.
Belajarlah sejarah dan dalamilah kejadian demi kejadiannya, karena di dalamnya ada energi pertumbuhan, karena di dalamnya ada energi cinta, karena di dalamnya ada rasa patriotisme dan karena di dalamnya ada semangat juang yang memuncak. Pemimpin terbaik adalah dia yang bisa mengucapkan dan menjelaskan dengan jelas dan cakap tentang masa depannya sejelas dia menceritakan tentang sejarah masa lalunya.
“Ask not what your country can do for you… Ask what you can do for your country”, begitulah kira-kira cuplikan pidato Presiden John F Kennedy pada saat hari pertamanya dilantik sebagai presiden Amerika Serikat pada 20 Januari 1961.
Pidato ini seolah menjadi titik balik AS menjadi negara yang terus bertumbuh dan berkembang menjadi negara superpower setelah Perang Dunia II. Kalimat yang disampaikan oleh John Kennedy sekaligus menjadi penyemangat yang luar biasa bagi warganya untuk menjadi manusia terbaik di Dunia setelah itu.
Kepercayaan diri masyarakat AS semakin meningkat, setelah beberapa tahun pasca pelantikan John Kennedy sebagai presiden. Ternyata memang benar, AS mampu menunjukkan kepada Dunia bahwa dia mampu mengirimkan manusia pertama untuk menginjakkan kaki di bulan.
Pasca peristiwa itu, penelitian-penelitian yang menghasilkan nobel kemanusiaan pun banyak dihasilkan oleh masyarakat AS, dan semakin banyak bermunculan ilmuwan-ilmuwan yang mengharumkan dan bermanfaat bagi kemajuan Bangsanya.
Jika kita lihat secara mendalam kemajuan dan kemakmuran sebuah negara itu selalu ada sosok pemimpin yang mumpuni di dalamnya. Seorang pemimpin yang mampu menjadikan kepemimpinannya untuk menghasilkan kemajuan dan kemakmuran.
Begitulah kira-kira seorang pemimpin. Setiap pemimpin adalah juara, dia hidup dan mati sebagai juara. Pemimpin akan melahirkan pemimpin yang lebih banyak dan berkualitas, dan juara akan melahirkan juara yang terus membawa dampak kebaikan bagi banyak manusia.
Tidak lama lagi bangsa kita akan masuk dalam pesta demokrasi, dimana kepemimpinan bangsa akan diujikan dan dipergulirkan. Tidak sedikit masyarakat yang menaruh harapan besar terhadap kemajuan dan kemakmuran bangsa. 78 tahun perjalanan bangsa Indonesia menjadi sebuah bangsa merupakan jalan panjang tentang kecintaan, kesetiaan, ketulusan dan pengorbanan. Berharap banyak lahir pemimpin di negeri ini yang memiliki laku dan sifat sebagaimana Pak Cokro, yang seluruh hidup dan jiwa raganya adalah untuk memberikan manfaat bagi banyak manusia.(*)