MALANG POSCO MEDIA – Pasangan Hartanto Cahyono dan Susi Sulistiyo, warga Pandaan Kabupaten Pasuruan, tidak mampu menutupi rasa bahagianya setelah kedua anaknya, Aliyah dan Aisyah akhirnya telah pulih dan bisa kembali pulang ke rumah, Selasa (22/8). Bayi Aisyah yang sebelumnya berada di ICU lebih lama dibandingkan Aliyah, juga kondisinya telah stabil dan sangat bagus.
Kedua bayi ini pun diperkenankan pulang bersama dengan orang tuanya setelah proses perjuangan panjang selama ini. Dalam proses kepulangannya kemarin, awak media pun telah menantikan dan terus menyorot kebahagiaan mereka.
Tampak Hartanto dan Susi berkali kali menciumi anaknya yang terlihat begitu cantik dengan bando di kepalanya. Begitu juga dengan Aliyah dan Aisyah, yang berkali kali tersenyum ketika disapa oleh awak media. Kepulangan mereka pun dilepas oleh segenap tim dokter, direksi dan pegawai rumah sakit.
“Saya bersyukur sekali dan berterima kasih sekali kepada seluruh tim, baik dari RS Saiful Anwar serta dari RS dr. Soetomo yang sudah membantu untuk proses pemisahan bayi kembar saya,” ujar Susi, sambil menggendong Asyah sebelum kepulangannya.
Seperti diberitakan sebelumnya, bayi Aliyah dan Asyah merupakan pasien pertama di RSSA Malang yang menjalani operasi separasi atau pemisahan bayi kembar siam. Aliyah dan Aisyah yang lahir pada 15 September 2022 itu lahir dalam kondisi Omphalofagus dengan tulang dada hingga perut keduanya dalam keadaan menempel. Beruntung kondisi keduanya dalam keadaan sehat dan tidak mengalami kelainan.
Operasi pemisahan pun sukses dilakukan pada, Sabtu (12/8) lalu dengan didampingi oleh tim dokter dari RSUD dr. Soetomo Surabaya. Untuk kesuksesan operasi kembar siam pertama ini, RSSA Malang mengerahkan sejumlah dokter ahli. Total sekitar 50 tenaga kesehatan yang terlibat hingga operasi itu sukses.
Meski kondisi salah satu bayi, yakni Aisyah sempat harus melalui perawatan intensif lebih lama di ICU, namun pada akhirnya baik Aliyah maupun Asyah kondisnya stabil dan terus membaik. “Ini anak ketiga dan keempat saya. Alhamdulillah sekarang sudah sehat dan bisa berkumpul dengan keluarga di rumah,” jelasnya.
Direktur RSUD dr. Saiful Anwar dr. Bachtiar Budianto memastikan kedua bayi tersebut memang dalam kondisi yang bagus dan stabil serta tidak ada kekurangan apapun. Total kedua bayi itu telah menjalani perawatan selama 10 hari. Menurut Bachtiar, hal ini bisa terjadi juga lantaran doa dari seluruh elemen masyarakat dan semua pihak terhadap kedua bayi kembar tersebut. Terutama juga atas izin dari Tuhan.
“Tim medis setelah melakukan serangkaian evaluasi, Alhamdulillah saat ini Aliyah dan Asyah kondisinya stabil dan tidak ada kekurangan apapun. Karena kondisinya sudah normal kita perbolehkan pulang tapi tetap kita pantau perkembangannya. Nantinya setelah ini kami juga akan ada kontrol yang dilakukan secara rutin,” jelas Bachtiar.
Lebih jauh, Ketua Tim Dokter Operasi Kembar Siam RSSA Malang, dr. Eko Sulistijono, Sp.A(K), secara klinis kedua bayi tidak mengalami kelainan. Kondisi seluruh organ juga telah diobservasi dan dipantau. Semuanya dipastikan normal. Kedua bayi bisa mencerna asupan nutrisi dengan baik dan tidak sampai terjadi penolakan atau muntah. Bahkan, kedua bayi sangat aktif dan sehat.
Karena dalam observasi ini menunjukkan kondisi yang bagus, maka pihaknya pun memutuskan untuk mempersilahkan pasien untuk pulang. “Semua sistem susunan syaraf pusat, jantung normal, paru-paru normal. Nutrisi yang kita berikan, bayi bisa menerima dengan baik. Bayinya aktif, dari luka operasinya juga bagus, kita putuskan bayinya dipulangkan,” sebut Eko.
Meski demikian, pihaknya akan terus melakukan pemantauan. Sebab untuk luka bekas operasi sendiri masih perlu dilakukan perawatan. Dari operasi pemisahan lalu, setidaknya meninggalkan jahitan sepanjang 10 hingga 15 sentimeter. Oleh karenanya, hal ini harus dikontrol secara rutin.
Menurut Eko, kontrol rutin sejatinya bisa di RSSA Malang maupun RSUD Bangil yang terdekat sesuai keinginan orang tua. Akan tetapi sebaiknya bisa dikontrol secara langsung oleh RSSA Malang. “Kontrol rutin mengangkat jahitan, ganti perban dan sebagainya. Itu bertahap karena jahitan itu panjang benangnya. Kemudian juga bayi harus ditidurkan jadi sebaiknya di sini sampai selesai kontrolnya,” ungkap Eko.
Selain luka operasi, dalam kontrol rutin nantinya juga meliputi pemantauan dan pendampingan untuk tumbuh kembangnya. Sebab di usianya yang kini sudah 11 bulan, kedua bayi tidak bisa tumbuh secara normal karena selama ini selalu berdempetan.
“Secara garis besar (tumbuh kembang) sudah bagus, bisa tegap. Kemudian nanti kita latih untuk tengkurap kalau lukanya sudah bagus. Kalau sekarang kan khawatir lukanya terbuka. Tengkurap dan merangkak ya. Kemarin tidak bisa itu karena dempet. Ini harus kita kejar,” pungkasnya. (ian/lim)