MALANG POSCO MEDIA – Produk utama Malang Posco Media (MPM) adalah koran. Tapi era digital memaksa MPM harus beradaptasi dengan zaman. Karena itu sejak berdiri juli 2020 lalu. MPM pun membangun divisi digital untuk memperkuat positioning MPM di jagad bisnis media massa.
Tak cukup di situ. Asli Korane Arek Malang ini juga melengkapi dengan kegiatan offprint yang berfokus pada konten. Salah satunya adalah Diskusi Publik yang digelar secara rutin dengan beragam tema aktual. Sebelum pandemi melanda, diskusi ini rutin dan gayeng digelar di Rumah Kita, sebutan kantor MPM. Para stakeholder yang diundang pun sangat antusias merespon kegiatan ini.
Setelah sempat terhenti karena pandemi, Komisaris Utama Juniarno Djoko Purwanto dan Dirut MPM Sudarno Seman kembali mendorong keras agar redaksi mengaktifkan kembali diskusi rutin ini. Bukan untuk mencari sensasi apalagi menyebar masalah, tapi diskusi ini berfokus untuk ajang silaturahmi media dan masyarakat sekaligus wujud kepedulian MPM memberikan sumbangsih pemikiran yang mencerahkan masyarakat.
Maka di pertengahan tahun 2023, ketika Meeting Redaksi digelar ditetapkanlah program diskusi publik rutin digelar kembali. Sebagai pemimpin redaksi, saya pun menunjuk ahlinya Mas Muhaimin untuk menjadi penanggungjawab Diskusi Publik ini. Ini karena Mas Aim selain sebagai sekretaris redaksi, Mas Aim juga sangat cekatan dan piawai mengemas isu-isu menarik di Malang Raya untuk menjadi tema diskusi.
Karena rutinitas kerja awak redaksi yang memang padat dan selalu diburu deadline, maka Diskusi Publik ini diputuskan digelar dua minggu sekali. Diskusi pertama digelar pada, Kamis (27/7), 4 hari menjelang ulang tahun ke 3 Malang Posco Media.
Tema yang diangkat waktu itu juga menarik, yaitu ‘Lima Tahun Kota Malang, Bisa Apa Atasi Masalah.’ Tema ini ditetapkan setelah perdebatan di Rapat Redaktur harian yang berlangsung siang harinya. Tema ini dirasa pas karena seiring berakhirnya masa jabatan Wali Kota Malang, September 2023.
Alhamdulillah, berkat kecakapan Mas Aim dibantu Kak Ira Rafika, Koordinator Liputan serta bantuan wartawan di lapangan, Sisca Angelina dan Imam Wahyudi, semua undangan bisa hadir. Dan yang istimewa, duet Mas Aim dan Sisca Angelina sukses merayu Wali Kota Sutiaji hadir langsung ke acara diskusi.
Begitu juga dengan Redaktur Pelaksana Mas Vandri Battu yang sukses ‘menculik’ Ketua DPRD Kota Malang I Made Riandiana Kartika juga hadir. Padahal saat itu sedang ada kegiatan di dewan. Tak tanggung-tanggung Mas Vandri, sampai diajak langsung oleh ketua dewan naik mobil dinas dari kantor DPRD Kota Malang menuju Rumah Kita di Jembawan Sawojajar.
Alhasil, diskusi yang sudah dihadiri, WAG Malang Peduli Demokrasi Imam Muslikh, Sudarno WAG, Pakar Tata Kota UB Ir. Wahid Hasyim, Pamerhati Kota Ir. Budi Fathoni, Pegiat Lingkungan Ir. Bambang, Ketua Apersi Kota Malang Indra Setiadi, semakin seru dan gayeng. Suasana makin lengkap dengan kehadiran Wali Kota Sutiaji dan Ketua Dewan I Made Riandiana Kartika.
Ya. Begitulah kedekatan wartawan MPM dengan para narasumber-narasumber VVIP di Kota Malang. Meski dekat, sebagai jurnalis dan media, MPM tetap profesional dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya. Dan diskusi yang digelar pun tetap proporsional dan mengkritisi kebijakan pembangunan di Kota Malang.
Sukses diskusi pertama disusul Diskusi Publik kedua. Kali ini tema ‘tuan rumahnya’ Kabupaten Malang. Karena lagi ramai pemberitaan soal Penerima Bantuan Iuran Daerah (PBID) yang distop. Maka dipilihkan tema ‘’PBID Distop, Masyarakat Bisa Apa” pada, Jumat (11/8) lalu.
Lagi-lagi Mas Aim yang menjadi komandan, sukses menghadirkan narasumber. Mulai dari anggota DPRD Kabupaten Malang Unggul Nugroho, LSM Pro Desa Kusaeri, serta pakar Kebijakan Publik UM Nurudin Hadi. Sayang, Kak Ira Rafika yang juga wartawan Pos Kabupaten harus merelakan Kadis Kesehatan dan Sekda Kabupaten Malang tidak bisa hadir karena berbarengan ada acara di dewan siang itu.
Diskusi ketiga pun langsung digagas. Tema ‘Tuan Rumahnya’ adalah Kota Batu. Maka diputuskanlah tema yang lagi aktual soal TPA Tlekung yang ditutup warga Tlekung. Berkat kolaborasi yang apik, antara Mas Aim, Kak Ira Rafika, Mas Kerisdianto dan Mas Imam Wahyudi, semua undangan hadir. Mulai dari Komunitas Sabers Pungli, Komunitas Tandur Banyu, Perwakilan Warga Desa Tlekung, Wakil Ketua DPRD Kota Batu Nurrochman sampai Kepala Dinas Lingkungan Hidup Aries Setiawan. Meski awalnya sempat tidak merespon, dengan sikap gentel, Mas Aries Setiawan hadir dengan antusias mengikuti diskusi dari awal sampai akhir. Hanya pakar Lingkungan yang kesulitan hadir karena semua yang diundang sedang sibuk berkegiatan di luar Malang.
Meski jalannya diskusi sempat ‘memanas’ karena warga yang tetap mengancam akan melakukan penutupan TPA pada, Rabu 30 Agustus mendatang, namun diskusi tetap berlangsung gayeng. Mas Aries yang sempat mengaku seperti ‘Terdakwa’ juga tampak tenang dan legowo. Warga pun ‘marah’ bukan karena emosi, tapi karena mereka menginginkan Kota Batu lebih baik. Persoalan sampah terselesaikan dengan baik ke depannya.
Ya itulah dinamika jalannya diskusi. Mulai susahnya melobi narasumber untuk datang, menunggu kepastian datang, hingga pada akhirnya pasrah ketika narasumber yang ditunggu tidak hadir. Termasuk permintaan live diskusi yang terpaksa ditolak karena berfokus pada diskusi.
Dinamika-dinamika itu membuat semangat MPM untuk menggelar Diskusi Publik tetap menyala. Karena MPM berfokus pada kegiatan positif yang bisa memberikan warna bagi pembangunan dan kemajuan Malang Raya. Diskusi Publik juga sebagai sarana silaturahmi masyarakat dengan semua stakeholder di Malang Raya dalam suasana yang akrab.(abdul halim)