MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Pendidikan anak merupakan tugas dan kewajiban orang tua. Guru hanya pendukung dan pembantu. Maka antara orang tua dan guru harus sinergi dan satu frekuensi. Kalau tidak pendidikan akan sulit berhasil. Bahkan bisa saja gagal.
Itu yang disampaikan Direktur Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Sabilillah Malang, Prof. Dr. H. Ibrahim Bafadal, M.Pd, dalam acara Majelis Dzikir Bina Qolbu Sabilillah beberapa waktu lalu. Dia mengibaratkan orang tua sebagai majikan dan guru sebagai pembantu. Keduanya harus satu visi, satu tujuan dan satu semangat dalam proses pendidikan. “Antara majikan (orang tua) dan pembantu (guru) harus satu frekuensi, kalau tidak maka pendidikan akan kocar kacir,” katanya, di hadapan guru dan seluruh orang tua siswa Sekolah Islam Sabilillah Malang (SISMA).
Majelis Dzikir Bina Qolbu merupakan agenda rutin LPI Sabilillah Malang. Kegiatan ini digelar setiap bulan di Masjid Sabilillah. Selain dihadiri orang tua, juga diikuti siswa kelas 6 SD Islam Sabilillah, kelas 9 SMP Islam Sabilillah dan siswa kelas 12 SMA Islam Sabilillah Malang Boarding School Sistem Pesantren.
Tema Bina Qalbu kali ini : Menyamakan frekuensi dalam mendidik anak antara orang tua, siswa dan sekolah. “Tema ini bagus, untuk pendidikan anak-anak kita. Menyamakan frekuensi berarti menyamakan kepedulian,” kata dia.
Wakil Rektor 1 Universitas Negeri Malang (UM) ini menegaskan, SISMA memiliki visi misi besar dalam mencetak calon Pemimpin Peradaban Dunia. Diantara Profil Lulusan SISMA, antara lain islami, qurani, negarawan, berwawasan luas, berbahasa internasional dan berprestasi.
“Enam profil lulusan sekolah Islam Sabilillah ini akan terwujud jika ada kerjasama dan sinergi yang kuat. Harus satu frekuensi,” tegasnya.
Prof Ibrahim juga mengimbau kepada orang tua siswa SMA Islam Sabilillah Malang Boarding School Sistem Pesantren. Meskipun anak-anak mereka tinggal di Ma’had, orang tua tetap intensif mendoakan. Karena Ma’had merupakan ikhtiar lahir. Butuh juga penguatan ikhtiar batin. “Anak tinggal di Ma’had beribadah dan belajar, sementara orang tua mendoakan di rumah itu namanya satu frekuensi,” terangnya.
Bina Qolbu Sabilillah kali ini menghadirkan Pengasuh Pondok Pesantren I’anatut Thalibin KH. Saifuddin Zuhri, selalu narasumber. Dia juga merupakan pengasuh Ma’had Sabilillah Malang. Hadir juga jajaran Direksi LPI Sabilillah dan para Kepala SISMA.
Dalam ceramahnya, KH Saifuddin Zuhri mengatakan orang tua adalah yang pertama dan utama yang mendapat amanah pendidikan anak. Maka kewajiban orang tua tidak sama sekali berkurang meskipun anak sudah dititipkan ke lembaga pendidikan. “Orang tua nanti diminta pertanggung jawabannya terhadap amanah yang diembannya itu,” katanya.
Maka, kata dia, memilih lembaga pendidikan terbaik penting oleh orang tua bagi anak-anak mereka. (imm)