“Rungkad.. Entek Entek an, Kelangan Koe Sing Paling Tak Sayang, Bondoku Melayang Tego Tenan Tangis Tangisan. Rungkad..Entek Entekan, Tresno Tulusku Mung Dinggo Dolanan, Stop Mencintaimu, Gawe Aku Ngelu. Rungkad..Entek Entek an, Kelangan Koe Sing Paling Tak Sayang, Bondoku Melayang Tego Tenan Tangis Tangisan. Rungkad.. Entek Entekan, Tresno Tulusku Mung Dinggo Dolanan Stop Mencintaimu Gawe Aku Ngelu.”
MALANG POSCO MEDIA – Siapa yang tidak mengenal lirik lagu di atas, lagu bergenre dangdut koplo ciptaan Vicky Tri Prasetyo asal Pleret Jogja ini, popularitasnya semakin melambung pasca lagunya “Rungkad” dinyanyikan oleh Putri Ariani saat perayaan Kemerdekaan RI ke 78 di istana negara beberapa waktu yang lalu. Seolah menjadi penanda bahwa dinamika politik bangsa ini jelang pemilu 2024 akan menjadi banyak perhatian, terutama masalah koalisi Capres dan Cawapres.
Konstalasi politik nasional yang akhir-akhir ini terjadi mau tidak mau memang menjadi perhatian bagi seluruh khalayak Nusantara. Terlebih pasca deklarasi pasangan Capres dan Cawapres Anies Baswedan dan Cak Imin di Hotel Majapahit beberapa hari yang lalu.
Cak imin yang sejak awal sudah mesra dengan Prabowo Subianto, bahkan terlihat sempat membuat kantor bersama Gerindra dan PKB tersebut berakhir kandas setelah perjalanan kemesraan sekian lama. Begitu juga dengan AHY yang sedari awal menjadi bagian dari deklarator Anies Baswedan sebagai Calon Presiden, kebersamaan dan kemesraan AHY dengan Anies Baswedan tidak bisa dielakkan.
Berbagai moment terlihat dengan jelas kedekatan yang dibangun antara Anies Baswedan dengan AHY, bahkan dengan ketua dewan pembina Partai Demokrat Pak SBY. Namun lagi-lagi kemesraan itu kandas, bahkan sumpah serapah, penurunan dan penggantian baliho yang bergambar Anies pun terjadi di hampir seluruh penjuru negeri. Pasalnya kemesraan AHY dan Anies kandas pasca tercium kabar dirinya meminang Cak Imin sebagai Cawapresnya.
Tontonan politik nasional hari ini memang tidak bisa dipungkiri akan menjadi “justifikasi” terhadap sehat dan tidaknya iklim demokrasi yang terjadi hari ini di Indonesia. Pasca peristiwa reformasi 1998, banyak kepala dan pikiran yang memiliki ekspektasi terhadap perubahan bangsa Indonesia menjadi lebih berkualitas, adil dan makmur sebagaimana amanat Pancasila. 25 tahun reformasi berjalan, kebebasan yang ditagih memang berjalan, namun janji konstitusi terhadap kedaulatan, kemakmuran, keadilan, persatuan, dan kemanusiaan masih perlu dipertanyakan.
Mungkin “Rungkad” adalah istilah yang tepat untuk menggambarkan perilaku politik para kandidat yang hari ini ada, kemesraan antar kandidat yang dipertontonkan untuk kepentingan mendulang suara pun terjadi, dan “rungkad” antar kandidat pun tidak bisa dipungkiri. Namun apapun itu perhelatan pemilu yang tidak lama lagi berlangsung akan menjadi penentuan bagi arah bangsa.
Drama rungkad antar kandidat yang mewarnai politik nasional akhir-akhir ini tentu tidak boleh membiaskan tujuan bangsa. Indonesia sebagai bangsa yang besar dan pemilik segudang resources, memiliki peluang dan masa depan yang cemerlang menjadi bangsa yang gemilang dikancah internasional.
“Runkad” boleh saja terjadi dalam konstalasi politik, nilai-nilia luhur Pancasila dan UUD 1945 harus menjadi acuan bagi semua komponen bangsa untuk memiliki tujuan yang sama, yakni mewujudkan bangsa Indonesia yang berdaulat, adil dan makmur.
Membangun Indonesia Gemilang adalah perkara mengembalikan kembali marwah demokrasi di segala level. Pemerintah baik eksekutif, legislatif dan yudikatif harus bisa mengembalikan kepercayaan masyarakat, memberikan teladan terbaik dan menjadi garda terdepan dalam menuntaskan segala permasalahan sosial kemasyarakatan yang ada.
Birokrasi yang mudah dan bersih, akses informasi yang mudah, kejelasan hukum, insfrastruktur yang layak sampai perifer, kepastian pasar, tersedianya fasilitas publik yang memadai, lapangan pekerjaan yang terbuka lebar, jaminan pendidikan bagi semua anak bangsa sampai pelosok desa, pengentasan kemiskinan, jaminan sosial bagi janda, gelandangan dan tunawisma, akses modal yang mudah bagi pegiat UMKM, dan jaminan pasar yang terbuka bagi pegiat UMKM.
Membangun Indonesia gemilang juga perkara membangun manusia Indonesia. Manusia Indonesia yang bangga dengan ke Indonesiaannya. Manusia Indonesia yang terus memiliki semangat dan gairah untuk meningkatkan kapasitas diri. Manusia Indonesia yang memiliki ethos untuk menjadi kelas menengah ekonomi dan manusia Indonesia yang mewarisi semangat juang dan patriotisme para pahlawan bangsa dalam memuliakan dan memartabatkan Bangsa.
Optimisme Indonesia gemilang harus terus kita pupuk dan hidupkan menuju 100 tahun Indonesia Merdeka 23 tahun lagi. 1 abad umur Indonesia merupakan narasi yang pantas untuk menjadikan Indonesia menjadi negara yang berdaulat dan makmur seutuhnya. 100 tahun Indonesia merdeka adalah waktu yang cocok menjadikan Indonesia menjadi negara yang lebih maju dan berkeadilan.
Semoga “rungkad” hanya terjadi antar elite politik dalam kontestasi jelang pemilu, dan bukan “rungkad” yang mengorbankan keutuhan bangsa, persatuan manusia Indonesia dan cita-cita mulia bangsa tercinta. Membangun keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, mewujudkan Indonesia Gemilang sampai pelosok desa harus menjadi komitmen bersama dalam momentum pemilihan umum yang tidak lama lagi berlangsung.(*)