MALANG POSCO MEDIA, KOTA BATU – Pola baru dalam menangani masalah di Kota Batu terus digelorakan oleh semua pihak. Salah satunya adalah komunitas Indonesia Menuju Hijau (IMH) yang mendukung penuh pola baru dalam menangani sampah di Kota Batu dengan konsep pilah sampah dari rumah.
Bahkan lebih menariknya lagi, IMH mengusulkan agar pengelolaan sampah di Kota Batu bisa dilakukan tanpa mesin. Hal itu ditegaskan oleh Ketua IMH, Antonio Louise dalam diskusi Dialog Kebangsaan Wong Mbatu yang digelar oleh Gusdurian Batu, Saberpungli, BAMAG LKKI dan Institut Injil Indonesia di Sawahrojo Kota Batu Rabu (6/9) kemarin.
“Mengelola sampah itu sangat mudah. Hal itu telah kami buktikan di beberapa kawasan yang telah kami kelola. Contohnya saja di Desa Bajo, Kecamatan Kedungtuban, Blora, Jawa Tengah yang mampu menjadi kawasan perekonomian dan food estate,” ujar Antonio Louise dalam paparannya.
Ia menjelaskan di Desa Bajo mampu mengelola sampah tanpa mesin. Bahkan bagi IMB semua jenis sampah memiliki nilai jual dan tidak ada lagi kata sampah residu.
“Di Bajo sampah selesai dalam kawasan. Pasalnya sampah di sana mampu dimanfaatkan dengan menggerakkan perekonomian (dijual), pertanian (diolah jadi pupuk) dan peternakan (bahan pakan). Bahkan bisa jadi PADes puluhan juta setiap bulannya dan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat utamanya anak muda,” terangnya.
Namun untuk bisa mengelola sampah tanpa mesin perlu merubah SDM yang ada. Terpenting lagi, lanjut dia, dalam mengelola sampah harus memberikan keuntungan bagi masyarakat. Misalnya berani membeli samua sampah, baik organik dan anorganik. Dengan begitu masyarakat akan semangat mengelola sampah.
“Jadi di Bajo, IMB membeli sampah organik dan anorganik per Kg Rp 1500. Jika masyarakat memilah malah akan lebih mahal. Kami berani beli sampah tersebut karena di satu kawasan pengelolaan sampah telah menjadi sebuah kawasan edukasi sampah dengan adanya pertanian dan peternakan,” terangnya.
Selain itu dari sampah yang dibeli dikelola menjadi pupuk untuk digunakan di lahan sendiri dan dijual, sebagai bahan baku pakan ternak. Pihaknya tidak bingung menjual produk olahan sampah karena telah bekerja sama dengan dengan 14 ribu UMKM se Indonesia.
“Untuk itu image mengolah sampah tanpa mesin itulah yang kami tekankan. Karena menurut kami mesin membutuhkan perawatan dan pengoperasian yang tidak banyak orang bisa melakukannya. Hal tersebut bisa diterapkan di Kota Batu,” ungkap laki-laki yang juga dipercaya mengelola sampah di Candi Borobudur ini. (eri)