Dua Ikon Indonesia Sambut Delegasi KTT ke 43 ASEAN dan Negara Mitra
DUA ikon Indonesia dikenalkan kepada para tamu negara peserta KTT ke 43 ASEAN di Jakarta, 5-7 September 2023. Pertama Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dengan wajah barunya. Kedua suasana Ibu Kota Nusantara (IKN).
Wajah baru TMII memberikan kenangan yang tidak terlupakan bagi pendamping kepala negara/ pemerintahan atau ibu negara yang hadir dalam Spouse Program Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 ASEAN di TMII, Jakarta, Rabu (6/9) kemarin.
“Kami pede (percaya diri) menampilkan wajah baru ke para Ibu Negara dari ASEAN,” ucap Direktur Operasi TMII Arie Prasetyo.
Para Ibu Negara dijamu sarapan di Panggung Budaya. Letaknya persis di samping Danau Archipelago. Konsep jamuan adalah outdoor, sehingga mereka dapat melihat secara langsung keindahan dari miniatur pulau Indonesia yang terletak di tengah danau. Rombongan juga disajikan hal-hal ringan dari Istana Boneka yang terletak di samping persis dari Panggung Budaya.
Selanjutnya, rombongan dijamu makan siang di Sasono Hutomo. Fasilitas itu merupakan aula yang kerap digunakan untuk menyelenggarakan jamuan makan siang. Aula ini memiliki arsitektur khas sehingga diyakini akan memberikan kesan kepada pengunjung.
Arie menerangkan, pihaknya juga menampilkan tari dan pakaian adat khas nusantara saat para Ibu Negara berpindah dari Panggung Budaya menuju Sasono Hutomo. Perjalanan dari Panggung Budaya menuju Sasono Hutomob menggunakan mobil dengan rute melewati anjungan Kalimantan Timur (Kaltim), Kalimantan Selatan (Kalsel), Aceh, Sumatra Utara (Sumut), Sumatra Selatan (Sumsel), dan Bengkulu.
Saat di anjungan Kaltim, rombongan akan disuguhi kegiatan keseharian masyarakat adat daerah setempat. Seperti menjemur kain dengan menggunakan pakaian adat khas. Sementara di anjungan Sumsel juga ada sekelompok pemuda dan pemudi yang melakukan tarian daerah setempat.
Sedangkan, di anjungan Sumut akan ada sekelompok anak-anak yang memainkan alat musik tradisional khas dari daerahnya tersebut. Begitu pula di anjungan-anjungan lainnya, masing-masing anjungan akan menampilkan kekhasan daerah masing-masing.
“Mereka bisa melihat sinopsis budaya Indonesia yang berbeda. Sehingga mereka bisa melihat secara langsung keberagaman dan keindahan arsitektur anjungan Indonesia. Ini akan memberikan kenangan,” kata Arie.
TMII juga menyiapkan enam tour guide perempuan yang mendampingi para Ibu Negara di setiap anjungan. Hal ini untuk menjelaskan setiap makna maupun falsafah dari anjungan yang dilewati. Sehingga para Ibu Negara dapat mengerti keberagaman Indonesia.
Arie mengungkapkan, penting membuat para tamu negara memahami setiap objek yang dilihat di TMII agar mereka bisa menyebarkan informasi soal indahnya Indonesia di negara masing-masing. “Ini menjadi ajang promosi ke dunia internasional,” kata dia.
TMII mulai direvitalisasi tahun 2022, didasari oleh beberapa filosofi dasar. Pertama, inklusivitas dengan tetap mempertahankan kekuatan Bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. TMII hadir sebagai destinasi wisata yang terbuka untuk seluruh lapisan masyarakat yang saling bertoleransi dan menghargai budaya.
Kedua filosofi hijau yang diterapkan TMII melalui kebijakan pemanfaatan kendaraan listrik di sekitar kawasan berikut dan sumber energi ramah lingkungan. Filosofi ketiga adalah kecerdasan melalui implementasi platform digital. Itu sebagai representasi Indonesia di masa depan.
Terakhir adalah filosofi budaya. TMII menjadi destinasi wisata yang merepresentasikan ragam budaya Indonesia. Filosofi ini diwujudkan melalui optimalisasi kegiatan seni dan budaya, dan ragam atraksi di panggung-panggung terbuka, sehingga pengunjung berkesempatan untuk menyaksikan langsung pagelaran seni dan budaya, serta terlibat menjadi bagian dari budaya itu sendiri.
Ikon TMII, Danau Archipelago adalah danau yang dihiasi miniatur pulau-pulau di Tanah Air. Saat ini, danau dilengkapi air mancur menari yang mempertunjukkan permainan cahaya di malam hari. Pertunjukan air mancur menari digelar setiap malam di danau tersebut.
Di sisi lain, suasana Ibu Kota Nusantara (IKN) dihadirkan di venue KTT ke 43 ASEAN di Jakarta Convention Center (JCC). Ini demi memperkuat nation branding Indonesia di mata internasional.
Suasana itu paling tampak saat pimpinan negara, baik negara-negara anggota ASEAN maupun negara mitra dan pimpinan negara sebagai wakil dari organisasi internasional, disambut Presiden Joko Widodo (Jokowi) beserta Ibu Negara Iriana Jokowi di area bernuansa hutan hujan tropis di lobi JCC, Selasa (5/9) lalu.
Dalam konsep mendesain pengalaman, area penyambutan memang menjadi salah satu titik penting. “Di titik inilah, keunikan dan suasana batin dapat mulai dibangun, yang diharapkan membawa dampak positif bagi keseluruhan penyelenggaraan KTT,” kata Visual Creative Consultant KTT ke-43 ASEAN 2023, Elwin Mok.
Area penyambutan, menurut Elwin, menghadirkan alam Indonesia berupa hutan hujan tropis dan air terjun di dalam lobi JCC, yang terletak di jantung kota metropolitan Jakarta. “Pendekatan ini mencerminkan bagaimana Indonesia dan ASEAN, sesuai tema ‘ASEAN Matters: Epicentrum of Growth’, pusat pertumbuhan dunia, terus berkomitmen menjaga kelestarian alam dan keseimbangan ekosistem demi masa depan dunia yang lebih baik,” ujar Elwin.
Eratnya kerja sama antarnegara ASEAN seakan menjadi mata air yang akan terus-menerus menyuburkan pertumbuhan dunia. Dipadu dengan layar besar multimedia yang menampilkan siluet Istana Presiden di IKN, area penyambutan ini mensimulasikan pengalaman kembali ke alam.
Perangkai bunga dan dekorator Dina Touwani menjelaskan, beautifikasi venue yang dilakukan di JCC sebenarnya berawal dari KTT G20 di Bali. “Di KTT G20, kami bertugas mempercantik alam di kawasan Garuda Wisnu Kencana (GWK) yang digunakan saat jamuan makan malam tamu negara. Pada KTT ASEAN ini, kami ingin menyuguhkan sesuatu yang indah, tanpa mengubah banyak struktur gedung. Idenya adalah membawa hutan ke dalam ruangan,” kata Dina yang mengemban tugas untuk menata tanaman dan pepohonan di area penyambutan tamu-tamu negara.
Menurut Dina, dengan latar belakang IKN, mencerminkan masa depan Indonesia yang tetap mengedepankan kelestarian alam dan lingkungan yang hijau. Dina mengungkapkan, dalam menata ruangan di area penyambutan itu banyak tantangan yang dihadapi.
Antara lain, mencari jenis jenis tanaman hutan, mencari pohon-pohon besar yang bisa membentuk hutan dalam ruangan, menambah unsur air maupun tanaman air yang bisa sesuai dengan habitatnya, dan ruangan yang menggunakan penyejuk udara.
Ratusan jenis tanaman dan pepohonan ditampilkan di miniatur hutan yang luasnya sekitar 2.000 meter persegi, seperti pakis, anggrek, randu, palem, lontar, pule, pohon mahogany, pohon beringin, angsana, dan ulin.
“Kami mencari tanaman dan pepohonan melalui riset dan mencari langsung ke hutan di sekitar Jawa Barat. Tanaman dan pohon ada yang disewa dan ada yang dibeli. Kami juga memberdayakan para petani untuk menyuplai tanaman,” katanya.
Dina menambahkan, hadirnya hutan hujan tropis di KTT ke-43 ASEAN tersebut tak lepas dari sumbangsih para petani bunga dari Jakarta, Tangerang, Bogor, dan Lembang. “Apresiasi kami setinggi-tingginya kepada seluruh petani bunga dan tanaman yang turut menghadirkan hutan hujan tropis ini. Gotong royong mereka sungguh luar biasa,” katanya.
Dina dan tim membutuhkan waktu satu bulan untuk persiapan hutan hujan tropis. Sedangkan untuk menata tanaman dan aneka ragam bunga memakan waktu hingga enam hari. “Kami membuat hutan ini sealami mungkin. Di hutan ini kita juga menonjolkan anggrek Indonesia,” ujarnya.
Dina sendiri sudah hobi menata tanaman sejak kecil. Ia pun sudah menekuni dunia perangkai bunga dan dekorator selama 25 tahun. Dalam keseharian, ia dan timnya lebih banyak menggarap acara pernikahan.
“Sering juga terlibat kegiatan negara yang berskala nasional dan internasional sejak zaman Presiden Soeharto, Presiden Habibie, dan juga Presiden Jokowi untuk KTT ASEAN ini,” pungkas Dina. (van/lim)