Malang Posco Media, Beijing- Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin, mengutip Menteri Luar Negeri Wang Yi mengatakan ketidakadilan yang dialami rakyat di Palestina. Hal inilah yang dianggap menjadi sumber konflik antara Palestina-Israel saat ini.
“Direktur Wang Yi menekankan bahwa permasalahan Palestina adalah inti permasalahan Timur Tengah. Ia mengatakan inti permasalahannya adalah keadilan sudah terlalu lama tidak bisa dicapai oleh rakyat Palestina,” kata Wang Wenbin saat menyampaikan keterangan kepada media di Beijing, China pada Jumat (13/10).
Pernyataan itu disampaikan Wang Yi yang juga menjabat sebagai anggota Politbiro Komite Sentral Partai Komunis China (PKC) dan Direktur Kantor Komisi Pusat Urusan Luar Negeri saat berbicara dengan kepala penasihat Kepresidenan Brazil Celso Luiz Nunes Amorim melalui sambungan telepon soal konflik Palestina-Israel pada 12 Oktober 2023.
“Konflik yang terjadi saat ini kembali menunjukkan dengan cara yang sangat brutal bahwa solusi terhadap permasalahan Palestina terletak pada dimulainya kembali perundingan damai yang sejati sesegera mungkin dan mewujudkan hak-hak sah rakyat Palestina,” ungkap Wang Wenbin.
Ia juga menyebut China mengusulkan pelaksanaan konferensi perdamaian internasional dengan otoritas yang lebih besar sesegera mungkin untuk menggalang konsensus internasional lebih luas dengan ‘solusi dua negara’ sebagai landasannya,” tambah Wang Wenbin.
PBB disebutnya punya tanggung jawab dan kewajiban untuk memainkan perannya dalam permasalahan Palestina.
“China mendukung Dewan Keamanan PBB dalam mengadakan pertemuan darurat mengenai konflik Palestina-Israel. Pertemuan tersebut harus fokus pada masalah kemanusiaan, meminta adanya gencatan senjata, diakhirinya kekerasan dan perlindungan warga sipil, membentuk konsensus internasional yang mengikat dan mengambil tindakan nyata,” ungkap Wang Wenbin.
Sedangkan kepala penasehat kepresidenan Brazil Amorim dalam pembicaraan tersebut mengatakan kunci penyelesaian konflik adalah melanjutkan perundingan damai.
“Brazil siap berkoordinasi erat dengan China untuk bekerja sama meredakan situasi,” kata Wang Wenbin mengutip Amorim.
Dalam beberapa hari terakhir, Utusan Khusus Pemerintah China untuk Masalah Timur Tengah Zhai Jun telah melakukan percakapan telepon dengan pejabat kementerian luar negeri Mesir, Palestina, Israel dan Arab Saudi untuk mengkomunikasikan posisi China terhadap situasi saat ini dan secara aktif mempromosikan perdamaian.
“China akan terus bekerja sama dengan negara-negara kawasan dan komunitas internasional untuk mendorong gencatan senjata dan penghentian kekerasan, mencegah krisis kemanusiaan berskala besar, dan memainkan peran konstruktif dalam mewujudkan penyelesaian permasalahan Palestina yang komprehensif, adil dan tahan lama,” tambah Wang Wenbin.
Konflik antara Israel dan Palestina pecah setelah kelompok militan Palestina Hamas menyerang Israel dengan sedikitnya 5.000 roket hanya dalam waktu 20 menit pada 7 Oktober 2023 pagi waktu setempat.
Sebagai respon, Israel mendeklarasikan perang terhadap Hamas dan melakukan pembalasan dengan meluncurkan serangan udara ke Jalur Gaza. Ini merupakan deklarasi perang Israel pertama dalam 50 tahun terakhir, sejak Perang Yom Kippur pada 1973.
Angkatan Udara Israel (IAF) pada Kamis (12/10) mengatakan bahwa mereka telah menjatuhkan sekitar 6.000 bom yang menargetkan Hamas di Gaza atau hampir menyamai jumlah bom yang digunakan Amerika Serikat (AS) di Afghanistan dalam satu tahun.
Dilansir dari Antaraa, Kementerian Kesehatan Palestina, berdasarkan data terakhir, menyebut jumlah korban tewas dari pihak Palestina menjadi 1.843 orang di Jalur Gaza sedangkan 44 orang tewas di Tepi Barat, sedangkan 7.138 orang terluka.
Menurut data yang dihimpung United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) setidaknya korban jiwa dari pihak Israel mencapai 1.200 orang dan korban luka 3.192 orang.
OCHA juga mencatat, total pengungsi saat berjumlah 338.934 orang, lebih dari dua pertiganya berlindung di pos pengungsian United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees (UNRWA).
(ntrr/jon)