.
Thursday, December 12, 2024

Majelis Dzikir Bina Qolbu Sabilillah; Cintai Allah, Muliakan Orang Tua dan Hormati Guru

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Majelis Dzikir Bina Qolbu Sekolah Islam Sabilillah Malang bulan ini terasa istimewa. Karena bersamaan dengan Peringatan Hari Santri. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Majelis Orang Tua Siswa (MOS) ini dilaksanakan di Gedung Serbaguna Kampus 2 LPI Sabilillah Malang.

Lebih istimewa lagi, hadir sebagai pemateri ulama yang berjuluk Si Celurit Emas, KH. D. Zawawi Imron. Turut hadir dalam acara, Direktur LPI Sabilillah, Prof. Dr. Ibrahim Bafadal, M.Pd, Asisten Direktur 3 Dr. Wartono, M.Pd., Sekretaris LPI Sabilillah, Dr. Ali Affandi, M.Pd, para kabag, kepala sekolah, guru, siswa dan orang tua siswa.

Dalam kesempatan tersebut, Kiai Zawawi menjelaskan, bahwa Santri berasal dari kata Sastri. Bahasa Sansekerta. Artinya : anak atau orang yang belajar kalimat suci dan indah. “Kalimat yang suci dan indah itu, tidak lain adalah Alquran,” katanya.

Dia menambahkan, ada cara mudah ‘bertemu’ Allah. Cara mudah akrab dengan Rasulullah. Yakni dengan membaca Alquran dan salawat kepada Nabi Muhammad SAW.

“Membaca Alquran itu sama dengan kita berbincang dengan Allah. Pelajarilah Alquran dengan keindahannya, supaya kita semakin kenal Allah, dan dekat dengannya,” ujarnya. 

Selain Santri/Sastri, ada istilah Sastria. Artinya adalah seorang santri yang sudah istiqomah menjalankan ajaran kalimat indah yang dibacanya (Alquran).

“Maka hendaklah kita semua menjadi Sastria. Seorang santri yang dihiasi dengan akhlak mulia, karena telah istiqamah mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Alquran,” terangnya.

Ulama kharismatik yang memperoleh penghargaan The S.E.A Write Award di Bangkok Thailand Tahun 2012 lalu tersebut, menegaskan bahwa, menghormati guru adalah syarat mutlak untuk memperoleh ilmu yang bermanfaat. Dia pun menyampaikan tiga akibat bagi siswa/santri yang tidak hormat pada guru. “Ilmunya tidak manfaat, tutur katanya tidak akan dihargai orang lain dan matinya bisa su’ul khotimah,” tegasnya.

Di sela materinya, penyair dengan karya-karyanya yang fenomenal itu sesekali membacakan puisi. Suaranya masih lantang dan menggelegar. Meskipun di usia yang tidak muda lagi. Para undangan melihat dengan rasa kagum. Tidak sedikit yang menangis haru karena tersentuh dengan ceramah dan bait-bait puisi yang dibacakan. 

Sementara itu, Direktur LPI Sabilillah Malang, Prof. Dr. H. Ibrahim Bafadal, M.Pd mengatakan, tiga alasan digelarnya Hari Santri. Pertama, karena kemerdekaan Bangsa Indonesia tidak lepas dari kaum santri. Kemerdekaan bukan hadiah dari penjajah. Tetapi hasil perjuangan besar. Terutama dari barisan ulama, kiai dan santri.

Kedua, untuk mengenang dan meneladani perjuangan para santri dan pahlawan di masa lalu. Dan ketiga, mengenang resolusi jihad. Untuk mempertahankan kemerdekaan oleh Laskar Sabilillah dan para pahlawan yang berjuang ke Surabaya.

Prof Ibrahim juga menerangkan, untuk menjadi sukses ada empat yang harus dilakukan. Pertama, cintai Allah dan Rasulullah kapan dan dimanapun. “Setinggi apapun gelar akademik yang dicapai, tetap istiqomah dalam ibadah. Kalau Allah mendampingi kita, semua urusan akan mudah,” katanya.

Kedua, berbakti dan memuliakan orang tua. “Kasih sayangi orang tua kita. Mungkin mereka tidak butuh. Tetapi kita yang butuh,” ucap Wakil Rektor 1 Universitas Negeri Malang ini.

Ketiga, lanjut dia, tetap mencintai ilmu pengetahuan. Artinya tetap belajar dengan sungguh-sungguh. Dan keempat, membangun silaturahmi. Atau memperkuat relasi. “Kalau empat ini dipegang, kita akan mencapai sukses,” pungkasnya. (sir/imm)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img