Malang Posco Media-Kampung Warna Warni terus berbenah seiring dengan mulai bangkitnya dunia pariwisata di Indonesia. Termasuk di Kota Malang yang ternyata juga menjadi incaran wisatawan asing. Meski tanpa deklarasi atau acara seremonial, Kampung Warna Warni mulai menjadi destinasi wisata yang go internasional. Menyusul semakin banyaknya turis asing asing yang berkunjung.
“Ya pengunjungnya 90 persen dari luar negeri, yang lokal 10 persen, Kampung Warna Warni sebagai salah satu ikon Kota Malang sudah go internasiomal, Kampung Warna Warni tetap lestari,” ungkap Widya Dwi Wicana S,AP., Lurah Jodipan, Kecamatan Blimbing, Kota Malang disela-sela menerima kunjungan studi banding pelaku wisata Kabupaten Jembrana, Bali, Kamis (26/10).
Pengelola Kampung Warna Warni juga membenarkan bahwa saat ini memang lebih banyak kunjungan wisatawan asing dari berabagai negara. Meski jumlah kunjungannya tentu tak sebanyak sebelum masa pandemi Covid19 lalu. Setidaknya Kampung Warna Warni mulai kembali didatangi pengungjung, baik weekday maupun weekend.
“Kondisi Warna Warni sekarang, ada saja pengunjung tapi gak banyak, sehari sekitar 150 atau 200 pengunjung. Paling banyak orang asing, sekarang orang lokal jarang,” ungkap Sony Parin (77), Ketua RW 02 Kelurahan Jodipan sekaligus ketua pengelola wisata Kampung Warna Warni.
Menurutnya, selain kampung dengan warna warni yang menarik, yang menjadi daya Tarik wisatawan asing ini adalah keramahan warga Kampung Warna Warni. “Selain menojolkan warna warni, saya mengajari warga untuk ramah pada pegunjung, beri senyum, dan kalau ditanya pengunjung dijawab dengan baik,” jelasnya.
Perihal kegiatan rutin di Kampung Warna Warni, Parin, panggilan Sony Parin, mengaku tak ada pertujukan atau gelaran bagi pengunjung, karena seringnya terbatas anggaran. Meski pada tanggal 4 September lalu, tepat di hari ulang tahun Kampung Warna Warni ada event sederhana. Berikutnya pada pergantian tahun, rencananya ada pentas tari anak-anak kampung dan pesta kembang api.
“Kalau dibandingkan dengan sebelum pandemi memang jauh menurun, dulu sebelum pandemi, bisa ribuan pengunjung sehari yang datang, sekarang 100 atau 150 itu kadang sulit. Waktu itu hanya ada Kampung Warna Warni, kalau sekarang sudah muncul kampung tematik lainnya, di Kota Malang ini ada 23 kampung tematik, pengujung pecah ke sana,” lanjutnya.
Khusus hari Sabtu Minggu, kunjungan di Kampung Warna Warni sekitar 200 hingga 300 orang. Menurut Sony Parin, hasil penjualan tiket seharga Rp 5.000 per orang, dikelola untuk dikembalikan kepada warga. Seperti tiap enam bulan, ada pembagian sembako untuk sekitar 280 kepala keluarga. Termasuk juga untuk biaya perawatan kampung.
“Untuk perawatan pakai biaya mandiri, kalau dari Pemkot Malang, mohon maaf, tidak ada bantuan dari pemerintah, ya semestinya ada support dan perhatian dari pemerintah untuk Kampung Warna Warni. Kita cemburu dengan Kayutangan Heritage, itu bisa dapat Rp 7 miliar, ya kalau bisa kita dikasih bagian sedikit,” pungkas Parin. (bua)