.
Sunday, December 15, 2024

Amirudin Arief, Dulu Yakinkan Petani Kini Penyeduh Kopi Terbaik; Urus Hulu Sampai Hilir, Sekarang Berprestasi di IAC 2023 Nasional

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Bisnis kopi makin nikmat. Bertumbuh di mana-mana. Di Kota Batu ada anak muda yang bukan sekadar penikmat kopi. Tapi ahli menyeduh kopi. Dia adalah Amirudin Arief.

Amir sapaan akrab Amirudin Arief tinggal di Kelurahan Songgokerto Kecamatan Batu Kota Batu. Ia tekuni home brewer. Ketekunannya itu berhasil menembus kejuaraan Indonesia AeroPress Championship (IAC) 2023 Nasional.

Meski tak keluar sebagai juara satu, pria kelahiran Malang, 23 Agustus 1989 ini menyabet Juara II IAC 2023 Nasional. Untuk bisa tampil dalam ajang bergengsi bagi para brewer tersebut harus menjuarai IAC 2023 tingkat regional.

“Buat saya IAC adalah even tahunan yang selalu saya nanti-nantikan di setiap tahunnya. Secara kebetulan tahun ini saya mendapatkan kesempatan mengikuti Kejuaraan IAC 2023 yang diadakan oleh Kopifest dan Otten Coffee,” kata Amir kepada Malang Posco Media.

Saat mengikuti IAC di Region Semarang, Amir meraih juara satu. Selanjutnya mewakili Region Semarang untuk final nasional yang di Mall Kota Kasablanka Jakarta  4-5 Oktober 2023.

“Di final round ini saya mendapatkan posisi 2nd, rasa hati senang dan cukup lega meskipun belum bisa mewakili Indonesia buat tanding di WAC 2023 di Melbourne, Australia,” katanya.

“Ini menjadi evaluasi dan semangat buat diri sendiri dan bisa memotivasi teman-tema yang masih berusaha  mendapatkan juara tingkat Nasional,”  sambungnya.

Selama mengikuti ajang  tersebut, ada banyak pengalaman dan cerita bagi alumnus SMKN 1 Singosari ini. Hampir 70 persen yang dirasakan ternyata bukan melulu tentang juara atau menang dan kalah.

“Tapi bagaimana bisa saling menghormati dan support sesama brewer atau barista dan apapun itu posisi dan kondisinya. Serta membuat saya lebih bisa lagi menghargai setiap proses buat menuju ke tingkat nasional,” paparnya.

Namun dibalik perjalan mengikuti event tingkat nasional tersebut ada jalan terjal yang harus dilalui Amir. Pada tahun 2016 langkah pertamanya mengenal industri kopi.

Ia berangkat bersama rekan-rekannya yang melihat potensi tersembunyi di tempatnya. Yakni pertanian kopi yang tersembunyi di rimbunnya dan tingginya pohon pinus yang berada di wilayah lereng Gunung Banyak, Dusun Songgoriti  Kelurahan Songgokerto  Kota Batu.

Sebagai warga lokal, ia tahu apa yang ada di wilayahnya. Melihat potensi pertanian yang tak tersentuh  akibat hanya menjadi tanaman tumpang sari. Atau hanya dibiarkan begitu saja oleh petani sembari menunggu musim panen. Kemudian dijual dengan harga tengkulak.

Melihat kondisi tersebut, Amir tergerak. Ia mulai mendekati dan mendampingi petani kopi yang ada di lereng Gunung Banyak. Lokasinya tak jauh dari rumahnya. Hanya lima menit saja dengan mengendarai motor.

“Seingat saya waktu itu tahun 2017. Saya melihat potensi kopi yang ada di Songgoriti yang tidak dimaksimalkan petani. Mulai dari hulu ke hilir atau penanaman, perawatan, pemasaran hingga penjualan,” katanya.

Sebagai home brewer, tentu ia tahu dan paham betul cara menyeduh kopi yang memiliki nilai. Kopi memiliki nilai atau harga jual dilihat dari proses perawatan dari petani. Karena itulah, dengan modal keberanian ia mendekati petani, mengajak bicara. Dari hati ke hati dengan menyeduh secangkir kopi agar suasana lebih cair.

“Memang benar tidak mudah mengajak petani. Apalagi kopi bagi mereka bukan jadi pertanian (ekonomi.red) utama. Hanya jadi pertanian tumpang sari di bawah tingginya pohon pinus. Sehingga bagi petani, kopi hanya untuk tambahan dari peternakan atau pertanian lainnya,” kenangnya.

Dari situlah ia mendekat dan mencoba mengedukasi petani. Awalnya ditolak. Tapi dia  teguh dan tetap gigih. Rela berkoban membeli kopi petani di atas rata-rata. Sampai-sampai Arief yang pernah bekerja sebagai teknisi alat berat di Tembagapura ini menjual sepeda motornya.

Saat itu ia membeli kopi green been dari petani dengan harga Rp 60 ribu per kg. Padahal petani menjual kopi ke tengkulak seharga Rp 20-30 ribu. Ia berani membeli kopi tersebut, tentu dengan beberapa syarat. Yakni petani harus benar-benar merawat kopinya.

“Petani akhirnya mau dengan harga yang saya tawarkan. Dari situlah saya mulai tertarik mengembangkan petani kopi agar mereka bisa berdaya. Tak hanya melalui penjualan kopi, tapi juga melalui sektor wisata dengan edukasi kopinya,” ceritanya.

Seiring berjalannya waktu, dia membuat kopi yang dibranding sendiri. Kopi Songgoriti itu dinamainya Macan Jawara. Bukan tanpa alas an menggunakan nama tersebut. Tapi karena ia ingin mengubah mindset banyak orang tentang Songgoriti Gang Macan yang dianggap negatif.

Sampai saat ini produk kopi tersebut tetap diproduksi. Namun untuk memesan kopi yang dia buat, konsumen harus pesan secara by order. Dari rangkaian perjalanan dirinya terjun ke  industri kopi, Amir memulai dari hulu. Hal itu dia lakukan  karena benar-benar menikmati lika-liku industri kopi yang sangat kompleks. 

“Dari perjalanan yang terbilang singkat tersebut menjadi motivasi saya untuk bisa memberikan yang terbaik dalam even -even selanjutnya. Utamanya bisa mewakili saya di kelas World AeroPress Championship (WAC) tahun selanjutnya,” harapnya.

Terbaru dalam event Jogja Nature Camp pada 21-22 Oktober 2023, Amir  berhasil meraih Juara I Aero Press Competition. Bersama dua rekannya, Arief berhasil membawa pulang uang Rp 10 juta.

Untuk kesehariannya, Amir membuka usaha kopitiam Masiga. Lokasinya di area Batu Tourism Mall (BTM). Dia juga menjadi business development yang berfokus di bidang kopi dan training barista. (eri/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img