Malang Posco Media – “Kunci sukses sepak bola itu, lini belakang tidak kebobolan, lini depan bisa cetak gol,” ungkap Rohanda dalam sebuah kesempatan ngobrol santai di Stadion Gajayana, Kota Malang.
Entah tahun berapa kalimat itu disampaikannya. Saya punya kenenangan bersama Om Kandut, panggilan akrab Rohanda yang kini pergi untuk selamanya. Selasa (31/10) siang, 13.30 WIB.
Dunia sepak bola Malang berduka. Pelatih kawakan asli Malang itu meninggal dunia di usia 71 tahun. Menghembuskan nafas terakhir di rumahnya Jalan Semeru, Kota Malang.
Sebagai penghormatan terakhir, saya turut mengantar Om Kandut ke peristirahatannya di pemakaman umum Kasin, Selasa (31/10) habis magrib. Beberapa mantan pemain Persema ikut mengantarnya.
Mengenang sosok Rohanda, yang paling diingat adalah perannya sebagai pelatih dengan spesialis penyelamat Persema. Khususnya saat tim ‘plat merah’ itu dalam kondisi terpuruk.
Salah satunya pada tahun 2006, Rohanda kembali dihadirkan untuk mengganti pelatih sekelas Danurwindo. Saat itu, Danurwindo dinilai gagal mengentaskan Persema dari zona degradasi.
Rohanda dinilai sebagai pelatih yang tepat untuk menyelamatkan Persema di putaran kedua Liga Djarum 2006. Sebelumnya tahun 2003, Rohanda juga telah membesut tim Persema.
Saya sendiri mengenal Rohanda tahun 2002, saat mengawali sebagai wartawan olahraga di Kota Malang. Tugas pertama saya meliput liga internal Persema, sebagai induk organisasi sepak bola.
Rohanda saat itu melatih tim Indonesia Muda (IM) yang berlaga di Divisi Utama Persema. Sering bertemu di lapangan, dalam kompetisi Persema yang berlangsung sengit dan seru.
Selain itu, Rohanda juga tercatat masuk dalam kepengurusan Persema, kalau sekarang Askot PSSI Kota Malang. Rohanda menjabat sebagai Ketua Komisi Pelatih Persema.
Posisi inilah yang membuat Rohanda seolah tak bisa jauh dari tim Persema dan selalu siap saat dibutuhkan. Khususnya dalam kondisi darurat, Rohanda pelatih yang paham karakter Persema.
Saya kenal baik dengan Rohanda dan gaya melatihnya yang keras sesuai karakter sepakbola Malangan. Kebetulan tugas saya sebagai wartawan sepak bola saat itu adalah mengawal tim Persema.
Pernah dalam sebuah perjalanan laga away bersama Persema yang dilatih Rohanda, menjalani empat laga di wilayah barat. Saat itu Divisi Utama dibagi wilayah barat dan timur.
Persema melakoni empat laga beruntun menghadapi Persiraja Banda Aceh, PSBL Langsa, PSSB Biruen dan PSDS Deli Serdang. Saya semakin akrab dengan Rohanda yang orangnya memang ramah.
Meski saat di lapangan, Rohanda dikenal sebagai pelatih yang keras. Kata ‘jancok’ harus terbiasa didengar pemain yang tak sesuai instruksinya, atau bermain kurang keras.
Salah satu catatan sukses Rohanda adalah membawa Persema juara kompetisi Divisi Satu Perserikatan tahun 1989-1990. Sukses ini sekaligus mengantarkan Persema kambali promosi ke Divisi Utama.
Persema promosi setelah lima tahun tahun terdegradasi ke Divisi Satu. Tangan dingin seorang Rohanda terbukti menyelamatkan Persema dengan karakter permainan yang keras dan ngotot.
“Almarhum adalah figur pelatih yang selalu menjaga silaturahmi dan kekeluargaan, itu yang membuat kami lebih dekat lagi, meski beliau sudah purna atau tidak melatih lagi, kami tetap berkomunikasi,” ungkap Hari ‘Hunter’ Siswanto, mantan pemain Persema.
Hunter jadi saksi sejarah saat Persema raih gelar juara Divisi Satu bersama Rohanda. Bahkan Hunter adalah pencetak satu gol penentu kemenangan Persema atas Persijatim Jakarta Timur di babak final.
“Beliau sebagai legenda headcoach yang memasyarakat, mudah-mudahan ini menjadi contoh pelatih dalam menjaga silaturahmi kekeluargaan,” lanjut Hunter ditemui usai pemakaman almarhum.
“Kalau ciri khas beliau memang pelatih keras dan disiplin untuk melatih pemain-pemain agar mematuhi, itu seorang Rohanda, pelatih yang keras, tapi hasilnya lebih baik. Beliau juga dikenal sebagai penyelamat Persema,” jelasnya.
Satu hal yang diingat Hunter dari Rohanda adalah saat memberi motivasi ke pemain dengan gaya heroiknya. Rohanda pernah bilang, kalau kaki belum patah di lapangan, jangan pernah menyerah.
“Dia orang baik, banyak membantu persekabolaan di Kota Malang,” ungkap M. Arif ‘Corong’, mantan striker Arema tahun 2003, yang juga hadir di pemakaman almarhum Rohanda.
“Dia memang pelatih keras di lapangan, professional, tapi orangnya baik-baik saja. Saya dari kecil sampai besar ikut Om Rohanda di IM, banyak kenangan bersamanya. Semoga berikutnya ada pelatih Malang seperti Om Rohanda yang keras, ciri khas Malang,” pungkasnya. (*)