Siapa saja bisa bermanfaat bagi sesama. Tak terhalang latar belakang dan usia. Seperti yang dilakukan Cherylita Adelyn Hyacintha Zakariya. Ia menjadi bagian dari sukarelawan yang memberikan pendidikan non formal.
Sejak badai pandemi Covid-19 melanda, ia aktif mengajar membaca, menulis dan berhitung (calistung), untuk anak-anak yang kurang beruntung di Malang. Perempuan yang akrab disapa Cheryl atau Cece ini juga aktif mengampanyekan dan mengajak masyarakat semakin peduli pendidikan anak.
Perjalanan pengabdiannya ini dilakukan sejak tahun 2021. Saat itu, ia bergabung menjadi bagian dari Yayasan Agatha Tunas Bangsa Malang. Dari sana, dia mulai belajar sambil memberikan pelajaran.
Cece memang mendapat insentif dari yayasan, sebagai ganti uang transportasinya. Namun nilai terbesarnya adalah bisa bertemu dan berkesempatan mengajar langsung anak-anak.
“Saya dan beberapa mentor mengajar pelajaran dasar kepada anak-anak yang kurang beruntung. Kebanyakan mereka ini anak usia dini dan anak-anak SD,” ungkapnya.
Puluhan hingga ratusan anak yang sudah diajarnya, tidak hanya lancar bahkan sudah pandai dalam calistung. Semangatnya mengajar, karena termotivasi semangat pendiri Yayasan Agatha Tunas Bangsa Malang Yeni Christina.
“Semangatnya memang setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang setara. Saya sangat sepakat dengan hal ini, dan jadi motivasi saya untuk terus berperan memberikan pendidikan yang setara,” lanjut Cece.
Gadis yang pernah mengenyam pendidikan di SMPN 2 Malang ini memang sangat menyukai kegiatan sosial yang bertemu anak-anak. “Hal ini tidak hanya saya tanamkan pada diri sendiri, tetapi juga saya kampanyekan ke masyarakat luas. Sebab itulah saya juga aktif di media sosial sebagai content creator yang sering berbagi pentingnya pendidikan anak,” jelasnya.
Di rentang anak usia dini dan anak SD, kata dia, memang penting halnya pendidikan non formal. Ini untuk membantu anak untuk semakin terbuka wawasannya. Selain itu, pola hidup belajar anak juga jadi lebih terarah dan membiasakan hal baik kepada anak.
Cece yang aktif berkegiatan sosial saat ini sudah merambah ke berbagai lokasi di Malang Raya. Mulai dari Kabupaten Malang, Kota Malang, Kota Batu bahkan hingga ke kawasan Lumajang.
Ia pernah ikut memberikan trauma healing bersama relawan lain, kepada anak korban erupsi Gunung Semeru 2022 lalu. Bersama dengan Yayasan Qolbu Neema serta berkolaborasi denganISN Islam Selamatkan Negeri, ia terjun langsung menghibur anak-anak korban erupsi Gunung Semeru.
“Kegiatan ini diisi dengan memberikan nasihat yang dikemas komedi. Saat itu disampaikan oleh Harun Zakariya salah satu anggota Qolbu Neema. Selain itu, kami sebagai relawan juga ikut mendampingi belajar dan bermain bersama anak-anak di sana,” cerita wanita 20 tahun itu.
Alumnus SMAN 6 Malang ini teguh terus aktif berkegiatan sosial. Itu juga salah satu hasil belajar dari pemilihan Mbakyu Kota Malang.
Cece pernah menjadi finalis Mbakyu Kota Malang tahun 2022. Ini semakin membuat wawasan dan pemikirannya terbuka lebar.
“Bahwa perjalanan saya di sini (Mbakyu Kota Malang) seperti rollercoaster. Namun, saya mengakui, dari Pakandayu (Paguyuban Kakang Mbakyu) Kota Malang inilah, berubah banyak,” jelasnya.
Kini demi bisa semakin mengabdikan dirinya kepada masyarakat, Cece banyak mengikuti kegiatan sosial budaya yang ada di Malang. Seperti aktif sebagai panitia kegiatan Kampung Putih Bersih Berseri, Inclusifity Festival hinga PESTA Kampung Tematik.
“Seandainya saya diminta untuk memilih, tentu pilihan jatuh untuk terus aktif dalam kegiatan sosial yang bertemu anak-anak. Saya percaya bahwa anak-anak merupakan tunas bangsa, yang mampu menjadi harapan masa depan bangsa hingga tingkat internasional,” tandas perempuan yang hobi dance dan menyanyi ini. (rex/van)