MALANG POSCO MEDIA-Menghadapi musim penghujan, Pemkot Malang meningkatkan kesiagaannya terhadap potensi bencana. Semua potensi penanganan bencana disiagakan di Lapangan Buring, Rabu (8/11) kemarin. (baca grafis di Koran Malang Posco Media)
Selain dihadiri ribuan personel, juga dipamerkan kesiapan berbagai jenis peralatan untuk penanganan bencana. Pj Wali Kota Malang Wahyu Hidayat yang memimpin apel tersebut mengingatkan pentingnya pengecekan peralatan dan personel. Ini merupakan persiapan dan kesiapsiagaan yang dimiliki saat ini. Termasuk juga melakukan pemantauan terhadap simulasi bencana yang mungkin saja bisa terjadi sewaktu-waktu.
“Mudah mudahan tidak ada bencana, tetapi apabila ada bencana Insya Allah teman-teman semua tadi apel, simulasi, kita cek kesiapsiagaannya termasuk peralatannya, Alhamdulillah kita siap. Tetapi kita berdoa mudah-mudahan tidak ada bencana,” terang Wahyu kepada Malang Posco Media usai simulai dan peninjauan.
Menurutnya bencana yang diwaspadai selama musim hujan yakni bencana hidrometrologi. Terutama longsor dan banjir. Pihaknya pun telah melakukan pemetaan terhadap potensi bencana tersebur di wilayah terutama di tiap kecamatan.
Menurut Wahyu, ada sejumlah wilayah yang menjadi perhatian ekstra. “Misalnya Kecamatan Kedungkandang karena kemarin ada kejadian (longsor dan hanyut) yang di sungai kemudian ada beberapa di titik kecamatan lain yang banjir. Tapi kami lihat kemarin banjir paling lama dua jam tiga jam sudah selesai, tetapi kita tetap siaga,” yakinnya.
Sedangkan untuk kesiapan relawan dari personel Babinsa, Bhabinkamtibmas hingga Polisi RW, mereka bersinergi bersama elemen lain seperti BPBD, PMI dan lain sebagainya. Semuanya bersama-sama kerja bakti dalam penanganan bencana disamping relawan tangguh bencana yang ada di tiap kelurahan.
“Semua siap bersatu bersinergi untuk bisa menghadapi bencana alam. Dari personel banyak, TNI Polri juga ada, termasuk elemen yang lain. Tadi apel saja ada 750 peserta, belum yang elemen langsung yang siap, termasuk perguruan tinggi juga,” sebut Wahyu.
Sementara untuk peralatan untuk penanganan bencana, Wahyu memastikan semuanya baik yang lama maupun yang baru dalam keadaan siap pakai dan berfungsi normal. Ia pun berharap dengan kesiapsiagaan bencana seperti ini juga diiringi dengan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap lingkungannya
“Harus sama-sama simultan. Harapannya kita sama -sama jalan, kita siap, masyarakat sadar,” tuturnya.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Malang, Prayitno menambahkan, terkait relawan yang akan dilibatkan dalam penanganan bencana, tiap kelurahan telah memiliki relawan tangguh bencana dengan nama Kelurahan Tangguh. Tiap kelurahan sekitar 30 relawan. Jumlah secara keseluruhan bisa mencapai 1.500 hingga 2.000 relawan.
Menurut Prayitno, jumlah ini sebenarnya relatif belum ideal. Namun ia mengharapkan adanya keterlibatan semua sektor untuk tanggap terhadap bencana.
“Saya ingin sinergikan relawan bersama linmas yang ada. Ini potensi besar, karena linmas sendiri sudah ketemu pak Kasatpol PP untuk 20 kelurahan yang kita latih nanti. Harapannya anggaran dari pak camat pada OPD itu bisa mengembangkan, bisa direfresh setiap tiga bulan. Semoga jumlahnya nanti bisa bertambah, ada linmas, karang taruna, PKK, kelompok elit profesi, orang pendidikan, kesehatan dan sebagainya,” sebutnya.
Secara hitungan kasar, jika linmas dan komponen lain bisa dilibatkan, diperkirakan nanti relawan tangguh bencana bisa menjadi 5.000 orang. Sebab dari linmas saja potensinya mencapai sekitar 3.000 orang.
“Mereka ini kadang-kadang mindsetnya harus ke ketangguhan bencana. Tidak melulu hanya untuk persiapan pemilu, lalu lintas manten, ini kita tarik bisa membackup di ketangguhan bencana,” tegasnya.
Tidak sebatas hanya SDM, Prayitno juga menyiagakan seluruh Early Warning System (EWS). Beberapa unit EWS yang sebelumnya mengalami permasalahan di baterainya, kini sudah selesai diperbaiki. Total ada 13 unit EWS yang dipasang tersebar di berbagai daerah di Kota Malang. Ia berharap tahun depan ada penambahan EWS lagi, terutama di sempadan sungai.
“Kami ingin merapatkan EWS kami (yang ada di sepanjang sungai), yang satu di Tlogomas, dua di Kampung Putih, tiga di Muharto. Kami ingin merapatkan wilayah – wilayah yang cakupan penduduknya di daerah sungai sangat banyak. Supaya warga lebih aware lagi, sirenenya terjangkau lagi,” tutupnya. (ian/van)