Sama seperti pengusaha yang lain, produsen keripik tempe di Kampung Sanan Kota Malang sering dihadapkan dengan persoalan harga bahan baku. Terlebih saat kondisi harga bahan baku tersebut tidak bisa stabil atau cenderung naik, maka persoalan di produsen adalah penentuan harga keripik tempe yang akan dijual.
“Tidak hanya harga bahan baku untuk kedelai, tapi semuanya, seperti beberapa waktu lalu harga minyak goreng, itu menyebabkan semua ikut naik, ini yang jadi kendala. Saat harga minyak goreng naik, harga jualan keripik tempe bisa naik dua kali lipat,” jelas Mohammad Wicaksono (50) pengusaha keripik tempe merek Melati di Kampung Sanan.
Seringnya saat harga sudah naik, tidak bisa turun lagi. Sehingga dari sisi penjualan, pembeli yang biasanya beli banyak dengan harga normal, maka saat harga naik, otomatis mengurangi. Pengurangan bisa setengah dari jumlah yang biasanya mereka beli karena faktor harga.
“Harapan untuk pemerintah, tolong harga bahan baku itu distabilkan, agar tidak bingung jualnya. Sebelum ada kenaikan, kita jualannya dengan daya beli masyarakat itu bisa imbang, sekarang pembeli berkurang saat harga naik, apalagi keripik ini uang sisa, bagi yang punya kelebihan, bukan kebutuhan pokok,” yakin Wicaksono.
Pengusaha keripik tempe lainnya yaitu Ibrahim mengaku tantangan usaha saat ini adalah pemasaran. Hal ini juga terkait dengan harga jual keripik tempe tersebut. “Bahan baku itu walau pun mahal, tetap ada, ya otomatis pengaruhnya di harga, pandai-pandainya kita menyesuaikan, masalahnya di pemasaran,” ungkap pemilik keripik tempe merek Elang Jawa ini.
Sementara itu, salah satu pengurus Primer Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Primkopti) Bangkit Usaha di Kampung Sanan yang menyediakan bahan baku tempe menyebutkan harga saat ini sudah cenderung stabil. “Sebelumnya harga naik terus, sekarang sudah stabil, untuk harga kedelai Rp 12.600 per kilogram, kalau sebelum pandemi itu Rp 10.000 an per kilogramnya,” ungkap Novita, kasir koperasi.
Selain menyediakan kedelai, kioperasi ini menjual bahan bahan untuk keripik tempe lainnya seperti minyak goreng, tepung dan garam. Meski tidak semua pengrajin keripik tempe di Sanan yang mengambil bahan baku di Primkopti Bangkit Usaha. Sebaliknya, anggota koperasi ini tidak hanya dari Sanan.
“Alhamdulillah sudah ada peningkatan penjualan, sehari penjualan kedelai sekitar 5 ton, biasanya akan lebih ramai saat musim liburan dan hari raya,” kata Perempuan berhijab yang akrab disapa Ita ini kepada Malang Posco Media. (bua)