MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Si Udin, anak yang nakal itu kini menjadi insaf. Menjadi anak yang taat pada orang tuanya. Santun dan rajin. Padahal awalnya sulit diatur. Suka membantah.
Itu bermula dari kejadian yang menimpa dirinya. Udin yang menderita penyakit udun (bisul) merasakan nyeri begitu menyiksa. Penyakit itu karena dia tidak mau mendengar nasehat dari sang ibunya untuk tidak duduk di atas bantal. Orang dulu menyebutnya pamali. Yang melanggar akan bisulan.
Itu yang dialami Udin. Meskipun sebenarnya, penyakit bisul yang dideritanya itu hanya dalam mimpinya. Alias bukan sebenarnya. Tapi cukup membuat dirinya sadar dan menjadi anak yang patuh.
Sepenggal kisah ini merupakan isi cerita dari film pendek karya A. Rosyidatus Sa’adah, S.Pd, Guru SMK Negeri 12 Malang. Berkat karyanya itu, Rosyidatus Sa’adah dinobatkan sebagai Juara 1 Lomba Film Pendek SMK Dalam GTK Creative Camp (GCC) Batch 4 Tahun 2023 Provinsi Jawa Timur, Selasa (28/11) lalu. Sebuah film yang cukup menginspirasi. Sederhana namun sarat makna. Apalagi ada unsur komedinya. Sedikit menggelitik. Membuat penonton film ini terhibur. Demikian yang dialami para juri lomba GCC. Mereka menilai karya Rosyidatus Sa’adah berbeda dari finalis lain. Mengandung unsur budaya dan pendidikan.
“Filmnya berjudul Udin dan Udun. Udin yang menderita udun atau bisul. Tema film ini pendidikan berbasis budaya. Juga kami skenariokan ada komedinya supaya menarik,” kata Rosyida, sapaan akrabnya.
Film berdurasi empat menit itu melibatkan banyak pemeran. Terutama siswa. Siswa satu kelas dilibatkan. Kolaborasi ini juga yang menjadi point sendiri dari karya ini. Keterlibatan siswa menjadi yang utama. Sebagai bentuk dari implementasi Merdeka Belajar.
“Sebenarnya saya tidak menyangka bisa juara 1. Namun sempat yakin karena ternyata film ini diterima oleh semua penonton,” imbuhnya.
Rosyida merupakan salah satu guru kreatif di SMKN 12 Malang. Meskipun sempat gagal di Batch 1, 2 dan 3, dia tidak menyerah. Dia tetap berlomba di Batch 4 Tahun 2023 ini. Kegigihannya itu membuahkan hasil yang membanggakan : Juara 1.
Karyanya juga menginspirasi. Meskipun filmnya pendek dan berunsur komedi. “Melalui film ini kami ingin menyampaikan pesan kepada semua anak bahwa hormat dan memuliakan orang tua itu yang utama,” terangnya.
Hasil tidak menghianati proses. Itu memang adanya. Menjadi juara 1 butuh perjuangan besar. Rosyida butuh waktu dua bulan lebih untuk menyelesaikan produk inovasinya itu. Mulai dari merancang skenario, take video hingga editing.
“Film itu seni. Maka relatif. Ada yang menilai bagus, ada yang tidak. Maka tantangan kami membuat film ini disukai banyak orang,” terangnya.
Lomba Guru Film Pendek GCC diawali dengan Bimtek oleh pihak penyelenggara. Lalu ada workshop sesuai bidang lomba. Dilaksanakan secara online selama empat hari. Setelah itu peserta membuat karya. Karya inilah yang dilombakan.
“Pesan kami, jangan putus asa untuk berkarya meskipun beberapa kali gagal. Bagus atau jelek itu relatif. Yang penting terus berkarya,” terang guru Produksi Film ini. (imm)