MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Komoditas cabai rawit menjadi salah satu bahan pokok yang mengalami kenaikan harga dengan signifikan. Di tingkat konsumen, harga cabai rawit di Kota Malang bahkan mencapai Rp 100 ribu per kilogram. Kondisi seperti ini pun dikhawatirkan bisa berkepanjangan, apalagi menjelang akhir tahun seperti ini yang notabene bahan bahan pokok harganya selalu mengalami kenaikan.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Malang Slamet Husnan menyampaikan produksi cabai rawit yang dilakukan berbagai daerah termasuk di Malang dilakukan pada waktu yang berbeda beda. Ada yang mulai sebelum musim hujan kemarin, namun juga ada yang hingga saat ini masih menyiapkan lahannya. Namun diperkirakan, pada akhir Desember ini banyak yang sudah memanen dan diharapkan bisa panen raya.
“Kemungkinan saat panen raya nanti kebutuhan pangan akan cabai akan turun dengan sendirinya. Kalau di Kota Malang, panen raya itu mungkin akhir Desember sampai Januari. Karena tanaman cabai ini gampang-gampang susah,” ungkap Slamet kepada Malang Posco Media, kemarin.
Menurut Slamet untuk komoditas cabai rawit yang beredar di Kota Malang ini ada yang berasal dari dalam dan luar Malang. Untuk di Kota Malang, ada dua kecamatan yang masih memiliki lahan di Kelurahan Merjosari Kecamatan Lowokwaru dengan lahan kurang lebih 36 hektar. Terdiri dari lahan untuk tanaman cabai rawit kurang lebih 20 hektar dan cabai besar dengan luas lahan 16,5 hektar.
Di lokasi itu sudah mulai tanam cabai rawit kurang lebih pada Oktober-November kemarin dan diharapkan pada Desember awal ini sudah mulai dipanen, meski tidak terlalu banyak. Diperkirakan, panen dari lahan yang ada di Merjosari itu produksi yang bisa dihasilkan nanti sekitar 270 kilogram.
“Kemudian kami juga ada di Kecamatan Kedungkandang, itu kurang lebih ada 40 hektar yang status lahannya lahan tadah hujan. Saat belum hujan, Oktober-November kemarin itu masih menyiapkan lahan, jadi pengolahan lahan, juga mempersiapkan bibit, memasang mulsa di sepanjang media tanam. Nah, yang wilayah Kedungkandang itu kemungkinan panen di akhir Desember 2023 ini sampai Januari 2024 nanti, baik cabai besar maupun cabai kecil,” bebernya.
Selain menggencarkan operasi pasar, Slamet mengungkapkan pihaknya sudah melakukan berbagai upaya lain. Misalnya yang terbaru adalah pihaknya sudah menyalurkan bantuan bibit cabai rawit sebanyak 5 ribu bibit beserta pupuknya kepada sejumlah petani cabai.
Pihaknya pun bakal memonitor perkembangan bibit cabai tersebut secara berkala. “Harapan kami, dari cabai yang bisa dipanen itu sebagian bisa dikonsumsi, sebagian dijual, sebagian juga untuk benih selanjutnya. Sehingga dapat dikembangkan tanaman-tanaman cabai lainnya,” tandasnya. (ian/aim)