MALANG POSCO MEDIA, KOTA BATU – Penanganan stunting yang dilakukan secara masif terus dilakukan oleh Pemkot Batu. Upaya tersebut tentunya berpengaruh sekali terhadap hasil yang dicapai dalam langkah menurunkan angka stunting di Kota Batu.
Beberapa diantaranya Pemerintah Kota Batu bersama dengan kader dan tim percepatan penanganan stunting nampaknya membuahkan hasil yang baik. Di mana pada kegiatan bulan timbang di bulan Januari 2023 angka stunting di Kota Batu mencapai 21,1 persen sedangkan pada pelaksanaan bulan timbang di bulan September 2023 menurun 6,3 persen atau menyentuh angka 14,8 persen.
“Penguatan Kader sangat penting dalam mempercepat penurunan stunting di setiap wilayah. Alhamdulillah di Kota Batu angka menurun di 14,3 persen dari sebelumnya 21,1 persen. Hasil tersebut berkat para kader yang tanpa kenal lelah mendampingi tumbuh kembang anak stunting,” ujar PJ Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai.
Tidak hanya itu, hampir setiap hari disela padatnya kegiatan, Aries terjun langsung ke lapangan mengunjungi masyarakat pra sejahtera, rentan miskin, maupun anak-anak stunting untuk melihat dan mengetahui secara langsung kondisi lingkungan dan kesehatan warganya.
“Saya langsung ingin mengetahui faktor apa yang menyebabkan tingginya angka stunting sekaligus penanganan yang tepat dengan turun langsung ke lapangan. Sehingga intervensi yang dibutuhkan bisa sesuai dengan persoalan yang muncul,” ungkapnya.
Dari hasil menggali informasi secara langsung ke masyarakat tersebut, Aries menilai bahwa gaya hidup dan gadget (smartphone) rupanya jadi salah satu yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Dampaknya anak-anak jadi susah makan.
“Fenomena penggunaan smartphone yang berlebihan juga salah satu faktor kurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya. Yang penting anaknya tidak nangis dipegangi HP itu juga berpengaruh sekali,” tambahnya.
Untuk itu Kepala Dinas Pendidikan Jatim ini meminta orang tua agar melakukan pendampingan dan pengertian agar anak tidak dimanjakan dengan HP.
Sementara itu Kepala BKKBN Provinsi Jawa Timur, Hasto Wardoyo menyampaikan, sulitnya menurunkan angka stunting di setiap daerah di Indonesia ini dikarenakan perilaku. Dicontohkannya, yaitu mindset masyarakat soal makanan. Dalam pengertian ialah makanan produksi pabrikan.
“Misalnya, cilok, makanan yang diproduksi pabrik atau pedagang ini tidak ada protein hewani. Mindset yang sudah terbentuk. Yaitu terpenting anaknya tidak menangis,” terang Hasto.
Maka, menurutnya kader KB dan pendamping keluarga bisa memberi pemahaman bahwa adanya mindset perilaku orang tua terhadap anaknya yang tidak benar. Selain itu Hasto menambahkan, penurunan angka stunting disebabkan pola kesehatan reproduksi. Dipaparkannya banyak orang yang tidak mempedulikan kawin di usia muda.
Serta, jarak kehamilan yang terlalu berdekatan. Sementara jarak kehamilan dalam waktu satu tahun menyebabkan stunting pada anak yang berada di dalam kandungan.
“Kader ini sangat penting sekali. Karena, kader KB maupun pendamping keluarga ini yang mampu mendekati keluarga. Hingga mengajak bicara. Seperti, reproduksi, pola makan sampai lingkungan yang kumuh,” jelasnya. Saat ini, angka stunting di Indonesia pada tahun 2022 sebesar 21,6 persen. Kalau, stunting di Jawa Timur pada 2022 sudah di bawah 20 persen sekitar 19 persen. targetnya angka stunting di Jatim bisa di bawah 14 persen. (eri)