MALANG POSCO MEDIA – Dosen tak sekadar pemberi materi. Studi lanjutan dan meneliti harus terus dilakukan.
Prof Dr Ir Mahayu Woro Lestari MP memberi contoh itu. Ia berhasil menemukan kekayaan gizi dalam tanaman Junggul.
Ibu berusia 63 tahun ini baru saja menjadi Guru Besar Unisma pada Bidang Ilmu Hortikultura Fakultas Pertanian.
Bergelar profesor kata Woro, tidak boleh menjadikan seseorang sombong. Justru memegang jabatan akademik tertinggi harus menebar inspirasi.
Sebagai seorang ibu yang terus mengajarkan kesederhanaan di keluarganya, Prof Woro menjadi inspirasi bagi dosen muda untuk terus berkarya dengan menghasilkan riset.
Semangat dan motivasi di dunia pendidikan menghasilkan karya besar. Risetnya menemukan satu jenis sayuran baru, yakni anaman Junggul.
Selama ini ada anggapan tumbuhan tersebut merupakan tanaman liar. Anggapan itu terutama muncul di masyarakat perkotaan.
Melalui risetnya, Prof Woro mengedukasi masyarakat bahwa tanaman yang dianggap mengganggu tanaman lainnya ini ternyata bisa dikonsumsi. Dan yang mencengangkan, Junggul mengandung nilai gizi yang tinggi.
“Tanaman Junggul selama ini terlupakan. Padahal punya potensi untuk kesehatan,” katanya.
Tidak sulit menemukan tanaman ini. Terlebih di pedesaan. Junggul tumbuh dimanapun. Di pematang sawah atau ladang, kebun, pinggir jalan dan sebagainya. Sayangnya dianggap liar dan mengganggu. Istilah ilmu pertaniannya disebut gulma.
Karena itu sampai saat ini yang membudidayakan belum ada. Padahal ada yang menjual di marketplace. Harganya sekitar 7000 per 100 gram.
“Sebagian masyarakat desa sudah biasa konsumsi sebagai lalapan atau sayur. Hanya di masyarakat kota yang tidak banyak mengetahui,” ujarnya.
Kurangnya pengetahuan tentang khasiat tanaman ini membuat masyarakat acuh. Mereka cenderung mencabut dan membuang. Maka dengan hasil resit yang ditemukan Prof Woro ini, diharapkan masyarakat semakin teredukasi.
“Semoga kedepan masyarakat dapat memanfaatkan keanekaragaman hayati yang ada di lingkungan. Salah satunya mulai menggemari sayuran Junggul yang ternyata mengandung banyak Vitamin A, B dan D,” terangnya.
Sebagai peneliti, Prof Woro punya keinginan besar ikut mengenalkan jenis sayuran baru ini. Apalagi cara mengolahnya pun mudah. Tidak berbeda dari sayur lainnya.
“Hanya butuh waktu. Tapi tetap kita sampaikan dengan cara budidaya. Karena 85 persen sayuran yang dikonsumsi masyarakat adalah hasil budidaya,” terangnya.
Prof Woro juga mengimbau kepada dosen-dosen muda Unisma aktif melakukan penelitian. Tidak lain untuk peningkatan karir melalui jenjang jabatan fungsional akademik. Hingga sampai pada jabatan guru besar.
“Saya saja yang sudah tidak lagi muda punya semangat yang tinggi untuk berusaha naik jabatan akademik sampai guru besar. Apalagi dosen-dosen muda. Pasti bisa,” katanya.
Prof Woro juga tidak menyangka mampu menyelesaikan studi doktor, mengingat dalam melanjutkan studinya dalam usia yang sudah tidak muda lagi.
“Awalnya memang saya juga tidak minat untuk melanjutkan studi hingga program doktor. Tetapi karena tuntutan profesi saya sebagai seorang dosen, dan alasan lain, saya studi lanjut dan akhirnya saya dapat menyelesaikan studi saya,” ucap Prof. Woro.
Ia bercerita, ada penyesalan yang tidak dapat ia tebus sampai kapanpun adalah saat membohongi alm Prof. Dr. K.H. M. Tholchah Hasan, yang ia anggap bapak, guru, orang tua, sekaligus pengayom karena nasehat-nasehat beliau yang sangat mendalam.
“Waktu itu beliau menanyakan sampai sejauh mana studi saya. Dengan lancar, ringan serta tanpa ada rasa takut dosa membohongi beliau saya menjawab bahwa studi saya tinggal menunggu sidang ujian disertasi yang saat itu sebenarnya status saya sudah dinyatakan lulus tinggal menunggu waktu untuk wisuda. Saya baru menyadari kesalahan saya ini saat ditinggal beliau untuk selama-lamanya. Alfatihah untuk beliau,” ungkap Prof Woro. (hud/van)