.
Friday, December 13, 2024

Dari Bukit Merese Lanjut Gili Trawangan Mata Dimanja Pemandangan Ciamik

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Wisata Akhir Tahun ala Karyawan MPM (2)

Usai ke Desa Banyumulek, Desa Sukarara dan Desa Sasak Ende, wartawan Malang Posco Media (MPM) Jon Soeparijono bersama istri Ihda Khairun Nisa serta dua anaknya Ghea Rosweiss dan Ahmada Hilmy Rayyan Tsany melanjutkan wisata ke Bukit Merese dan sejumlah destinasi.

Bukit Merese  terletak di Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat (NTB). Bukit ini juga sering disebut Bukit Cinta. Keindahan yang sangat luar biasa.

Menuju Bukit Merese dari Desa Sasak Ende hanya ditempuh dalam waktu sekitar 30 menit ke arah selatan. Jalurnya melewati depan Sirkuit Mandalika yang pernah digunakan ajang MotoGP, World Superbike hingga Asia Talent Cup. Namun kami tidak langsung mampir ke sirkuit ini karena memilih pulangnya saja.

Tinggi Bukit Merese sekitar 60 meter meter di atas permukaan laut (mdpl). Sehingga naik ke atas bukit ini tak terlalu melelahkan. Bukit ini seperti Bukit Teletubbies yang ada di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Dari bukit ini pengunjung bisa melihat hamparan laut luas dengan pasir putih di tepi pantai. Hamparan laut sangat luas terlihat dari ketinggian. Apalagi airnya sangat jernih sehingga terlihat terumbu karang dari atas bukit. Selain itu bisa melihat sunset yang menawan dari atas bukit ini. Namun  kami berempat tiba di Bukit Merese saat masih siang sehingga tidak bisa melihat sunset.

Puas berada di bukit, melanjutkan wisata ke Pantai Tanjung Aan. Pantai ini yang terlihat dari atas Bukit Merese. Karena sudah melihat dari ketinggian, kami tidak terlalu lama di pantai ini.

Selanjutnya menuju Pantai Kuta Mandalika. Lokasinya tidak terlalu jauh dari Pantai Tanjung Aan. Perjalanan hanya ditempuh sekitar 15 menit.

“Pantai Kuta Mandalika ini pasirnya berbeda dengan pasir di pantai-pantai lainnya. Di Pantai Kuta Mandalika pasirnya mirip biji merica,” kata I Dewa Gede Arta dari Dewata Lombok Tour.

Benar juga, pasir di pantai ini beda dengan pasir pantai pada umumnya. Di sini pasirnya bulat-bulat mirip biji merica.  Di pantai ini pula, ombaknya landai sehingga banyak wisatawan yang mandi di tepi pantai.

Puas menikmati Pantai Kuta Mandalika, pulang ke hotel. Namun sebelumnya makan terlebih dahulu di kawasan Pantai Kuta. Karena melewati depan Sirkuit Mandalika, mampir jeprat jepret. Di beberapa pintu sirkuit, juga dijadikan tempat foto-foto para pengunjung.

Kami tiba di Hotel Amaia di Jalan Nakula  Cilinaya Kecamatan Cakranegara  Kabupaten Lombok Barat sekitar jam 19.00 WITA.  Meski kondisi capek karena mengunjungi enam destinasi wisata, namun tetap memanfaatkan waktu sebaiknya.

Usai mandi, kedua anak saya memilih tetap di kamar hotel. Sedangkan saya bersama istri melanjutkan belanja di  pusat oleh-oleh Sasaku. Letaknya di Jalan Raya Senggigi No 88 Dusun Aiq Genti Desa Senteluk  Kecamatan Batulayar  Kabupaten Lombok Barat. Kami ke sana naik grab mobil hanya sekitar Rp 20 ribu.

Di tempat pusat oleh-oleh ini tersedia berbagai souvenir maupun kaus lengkap. Harganya terjangkau, tempatnya juga nyaman. Sebenarnya waktu beli oleh-oleh oleh pihak travel dijadwalkan keesokan sore sepulang dai Gili Trawangan. Tempatnya di pusat oleh-oleh Lombok Eksotik di Jalan Raya Senggigi Dusun Tanah Embet Barat, Batu Layar.  Ke Sasaku atas inisiatif sendiri. Di Sasaku ini membeli gantungan kunci dan kaus untuk oleh-oleh lainnya.

Setelah jam menunjukkan pukul 22.00 WIB kami harus balik ke hotel karena besok pagi melanjutkan wisata ke Gili Trawangan. Selain itu  harus check out dari Hotel Amaia dan pindah ke Hotel Santika di Pejanggik Mataram Barat Kecamatan Selaparang  Kota Mataram.  Hotel ini berada di jalan poros Kota Mataram, berdekatan dengan pusat pemerintahan Kota Mataram maupun Provinsi NTB.

Pagi hari setelah check out dan sarapan pagi di Warung +62, kami berempat berangkat ke Gili Trawangan. Perjalanannya butuh waktu sekitar 1,5 jam.

Sepanjang perjalanan I Dewa Gede Arta bercerita tentang  gempa Lombok tahun 2018. Peristiwa itu mematikan perekonomian Pulau Lombok, termasuk dunia pariwisata.

“Belum pulih akibat gempa Lombok, disusul Covid-19. Dunia pariwisata di Lombok jatuh. Ada hotel yang hingga sekarang tidak dibangun lagi. Saya saat itu pindah pekerjaan, memelihara burung,” kenang I Dewa Gede Arta.

Pemandangan sepanjang perjalanan menuju Pulau Gili Trawangan sangat indah. Melewati bukit-bukit yang di bawahnya terlihat hamparan luas laut lepas. Apalagi jalannya sangat lebar dan mulus. Meski berkelok-kelok namun kondisi aspalnya sangat mulus dan tidak ada yang berlubang.

“Kondisi jalan seperti ini mengelilingi Pulau Lombok yang membuat dunia wisata  senang. Hampir seratus persen jalannya mulus,” tambah I Dewa Gede Arta.

Usai tiba di dermaga penyeberangan dan menunggu sekitar 15 menit, kami akhirnya menyeberang ke Pulau Gili Trawangan. Dengan menggunakan boat selama sekitar 20 menit.

Di Gili Trawangan, sudah ramai wisatawan lokal maupun asing. Di pulau ini pula, kami makan siang. “Kita bisa keliling naik motor maupun naik sepeda. Sewa sepeda di sini satu jamnya Rp 30 ribu,” tambahnya.

Setelah puas menikmati keindahan Pulau Gili Trawangan kami mampir di pusat oleh-oleh Lombok Eksotik. Sebenarnya masih ada satu lagi tempat wisata yang harus dikunjungi. Yakni salah satu tempat yang banyak monyet berkeliaran. Namun kami berinisiatif membatalkannya sendiri.

Setelah puas berbelanja, melanjutkan perjalanan ke Hotel Santika. Malam hari jalan-jalan. Kali ini mencari makan Ikan Taliwang asli dari Lombok. Namun sayang, karena sudah malam, kami tak mendapatkan.

Keesokan paginya, usai breakfast di hotel, kami check out. Dijemput travel menuju bandara dengan penerbangan ke Surabaya pukul 13.50 WITA. (jon soeparijono/van/bersambung)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img