Mahasiswa Teknik Informatika Universitas Ma Chung
MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika Universitas Ma Chung menciptakan satu program inovatif. Dengan karyanya itu orang tidak lagi kesulitan menerjemahkan bahasa isyarat. Pun sebaliknya. Para pengguna bahasa isyarat, penyandang tuna rungu misalnya, juga tidak kesulitan menyampaikan pesan.
Program ini diberi nama teknologi Machine Learning. Sebuah program aplikasi yang dapat menerjemahkan bahasa isyarat menggunakan kamera. Perangkat lunak yang tersambung dengan kamera handphone dapat dengan rinci menangkap setiap pesan dari setiap gerakan tangan.
Adalah Nico Alexander Handoko, mahasiswa yang menciptakan program ini, telah melakukan sebuah riset selama lima bulan. Hasilnya cukup menggembirakan. Karena program ini dapat dikembangkan dengan kapasitas yang lebih besar.
Yang dibuat saat ini masih sampai pada skala prototipe. Masih berupa program yang ada dalam komputer. Belum berupa aplikasi yang bisa diinstal dalam handphone.
Karena kapasitas Machine Learning yang diciptakan masih sangat kecil. Masih merekam 77 klas berupa numerik, huruf alfabet dan kata.
Karya yang berpotensi memberikan manfaat besar itu telah menjadi tugas akhirnya berupa skripsi. Judulnya, Penggunaan Machine Learning dalam Klasifikasi Bahasa Isyarat BISINDO Menggunakan Kamera.
Ide membuat program itu merupakan masukan dari dosen pembimbing Nico. Mengingat banyak penyandang tuna rungu atau pengguna bahasa isyarat yang lain kesulitan berkomunikasi.
Itu karena orang normal tidak banyak yang mengerti bahasa isyarat. Maka perlu adanya program ini untuk membantu komunikasi mereka supaya lebih lancar. “Saya mengerjakan ini sekitar lima bulan. Meskipun baru berupa prototipe tapi saya yakin karya ini nanti bisa berkembang hingga dapat digunakan masyarakat luas,” ujarnya.
Sepintas wartawan Malang Posco Media mencoba aplikasi ini. Sangat mudah digunakan. Handphone kamera tinggal dihadapkan pada penggunaan bahasa isyarat. Lawan bicara tinggal melihat terjemahan bahasa isyarat itu di layar handphone.
Setiap gerakan tangan yang ditangkap kamera langsung muncul di layar handphone berupa angka, huruf atau kata. Sehingga lawan bicara tinggal membaca maksud pembicaraan dari penyandang bahasa Isyarat.
Nico menyampaikan, program yang dibuatnya masih dapat menerjemahkan 77 kelas atau jenis kata atau huruf yang biasa digunakan. Alias masih kata-kata yang populer digunakan tuna rungu. Meskipun belum sepenuhnya bisa ditranslate secara optimal.
Dalam bahasa isyarat ada dua jenis gerakan, statis dan dinamis. Contoh gerakan statis ketika menunjukkan angka.
Sedangkan yang dinamis seperti kata maupun beberapa huruf yang pernyataan isyaratnya berupa gerakan. “Jenis yang dinamis ini yang belum seluruhnya bisa diterjemahkan secara optimal, mungkin karena kapasitas atau model yang saya pakai,” tuturnya.
Namun pada umumnya, dari 77 jenis kata, angka maupun huruf yang sudah terekam semuanya berjalan optimal. Sekitar 80 persen sudah dapat diterjemahkan, sisanya dapat dikembangkan lebih lanjut.
Penelitian sebelumnya yang serupa dengan karya Nico ini berupa alat sensor yang diletakkan di beberapa ruas tangan. Alat tersebut tersambung dengan komputer yang kemudian menerjemahkan bahasa isyarat yang disampaikan.
Sedangkan karya Nico ini sudah terintegrasi dengan kamera secara real-time. Sehingga lebih efektif, bahkan lebih efisien karena tidak perlu membeli alat. Cukup menginstal aplikasi program di handphone.
Mahasiswa asal Solo itu punya keinginan besar untuk mengembangkan program tersebut sehingga hasil risetnya dapat terhilirisasi.
Rekaman 77 kata itu masih terlalu sedikit. Bahkan tidak sampai 1 persen dari seluruh kata maupun huruf yang dipakai oleh pengguna bahasa isyarat.
“Saya punya tekad besar, semoga karya ini terus berkembang, sehingga dapat berguna bagi masyarakat. Khususnya membantu para penyandang tunarungu,” pungkasnya. (imm)