Beberapa pekan lalu sempat viral foto maupun video yang memperlihatkan replika Ikon Kota Malang Stadsklok (ikon jam kota).
Stadsklok yang dikenal di Kota Malang berada di Jalan Basuki Rahmat depan PLN Kayutangan. Belum lama ini ramai diperbincangkan karena pro dan kontra upaya pemindahannya.
Replika stadsklok ini bahkan menjadi souvenir tamu-tamu penting yang datang di Kota Malang. Banyak yang tidak tahu replika ini keseluruhannya terbuat dari sampah plastik. Dibuat oleh Desainer Sampah Kota Malang, M Taufiq Shaleh Saguanto.
“Iya saya buatnya itu semua dari sampah. Dari botol plastik minuman, tutupnya galon sampai sedotan,” papar Taufiq saat ditemui Malang Posco Media di galerinya di Perum Alam Dieng Residence Kelurahan Pisang Candi Kecamata Sukun Kota Malang.
Saat ditemui, Taufiq sedang mengerjakan pesanan replika stadsklok untuk segera dikirim ke Jakarta. Awalnya diakuinya membuat replika Stadsklok karena iseng kerap membaca atau mendengar berita pro dan kontra.
Diketahui bahwa Stadsklok asli memang sedang dalam masa perbaikan, saat Pemkot Malang melaksanakan proyek median taman di kawasan Jalan Basuki Rahmat. Stadsklok yang merupakan cagar budaya terlihat sedikit dibongkar.
Hal ini menuai respons dari masyarakat. Yang kebanyakan kontra karena tak ingin cagar budaya stadsklok itu rusak.
“Ya saya juga mikir itu kan memang ada sejarahnya. Saya cari tahu ternyata stadsklok ini dibangunnya bersamaan dengan Balai Kota Malang. Jadi kalau mau memindah stadsklok ya seperti memindahkan ikon Balai Kota Malang. Dan saat itu dengan enteng ada pembongkaran,” kata pria kelahiran 1979 itu.
Akhirnya terbesit untuk membuat replika salah satu ikon Kota Malang yang sedikit terlupakan tersebut. Menurutnya, jika selama ini ikon Kota Malang adalah Monumen Tugu hingga Topeng Malang, yang bahkan sangat berciri khas adalah stadsklok.
Terutama jika hendak dijadikan sebagai souvenir atau oleh-oleh khas Kota Malang. Jika Topeng, menurut Taufiq, Kota Batu dan Kabpaten Malang juga kerap menggunakannya.
“Tapi kalau stadsklok ini kan cuma ikonnya Kota Malang. Jadi saya pikir kenapa ndak dibuat saja jadi ikon yang bisa dibawa-bawa sebagai ciri khas Kota Malang. Dengan Ini juga diharapkan masyarakat sama pemerintah tidak lupa ikon ini masih ada. Dan tidak dengan mudah di pindah-pindah,” papar ayah tiga anak itu.
Di situlah ia mulai bereskperiman menciptakan replika stadsklok Kota Malang. Karena sudah sering menciptakan karya dari bahan-bahan daur ulang dan bekas, hal tersebut tidak menjadi sulit bagi Taufiq. Plastik botol, sedotan dan galon digunakan sebagai bahan utama.
Dengan riset dan beberapa kali trial dan error, jadilah replika stadsklok tersebut dalam beberapa hari saja. Maka replika stadsklok ini jadi di awal 2024 ini.
“Dan syukur dapat apresiasi juga dari Bapak Pj Wali Kota Malang (Wahy Hidayat). Pertama kali ini dijadikan sebagai buah tangan, Pak Pj memberikan replika stadsklok ini kepada salah satu Deputi Menko Marves (Kementrian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi). Langsung dari tangan bapak Pj diberikan,” jelas Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu.
Tidak hanya itu saat ada kunjungan Kedutaan Besar Rusia untuk Indonesia di Malang Creative Center (MCC) pun, replika stadsklok karya Taufiq diserahkan sebagai cinderamata dari Pemkot Malang kepada perwakilan Kedutaan Besar Rusia.
Sudah 100 lebih replika stadsklok yang dibuatnya. Di awal-awal ia tidak memberikan tarif khusus. Akan tetapi saat ini ia bersedia menjual Rp 150 ribu untuk satu unit replika stadsklok yang dibuatnya sendiri. Ada pula dengan ukuran lebih besar dijual Rp 500 ribu.
“Tidak saya patenkan ndak apa-apa. Kapan hari di MCC saya mengajarkan anak-anak mahasiswa yang mau belajar buat replika stadsklok. Karena menurut saya tak apa-apa ini kan Ikon Kota Malang, punyanya orang Kota Malang ya diberikan lagi saja untuk orang Kota Malang,” tutupnya. (sisca angelina/van)