Desy Pratiwi Putri Perajin Ethnic Silhouette Crochet Accessories
Inovasi kunci bagi pelaku ekraf untuk menembus pasar bebas.Terus berinovasi menghasilkan karya yang diciptakan meraih prestasi luar biasa. Itulah yang dilakukan Desy Pratiwi Putri. Ia menggeluti usaha kerajinan tangan yang dirintisnya mulai dari bawah.
Mengawali usaha sejak tahun 2015, Desy sapaan akrabnya memilih merintis usaha kerajinan tangan. Seperti kebanyakan orang yang menekuni kerajinan tangan, ia memulai dengan merajut tas, syall, dompet berbahan dasar benang rajut.
Memulai dari nol di rumahnya sendirian. Di ruang miliknya Jalan Min Suwarso 10 Kota Batu. Tepatnya setelah ia tak bekerja lagi sebagai HRD Officer di salah satu perusahaan swasta di Surabaya.
“Saya mulai menggeluti usaha ini sekitar 8 tahun lalu. Belum cukup lama. Kerajinan itu saya namai Silhouette Crochet. Pertama kali buka usaha saya bikin rajutan tas, syall, dompet dan pernak-pernik lainnya,” cerita Desy kepada Malang Posco Media.
Awal mula memulai kerajinan ini, ungkap dia, sangat disambut baik oleh konsumen. Itulah yang membuat dia memberanikan diri tampil di publik. Yakni dengan mengikuti pameran.
“Pertama kali ikut pameran di Malang. Dari situ aksesoris saya laku lumayan banyak,” kenang perempuan kelahiran Surabaya, 1 Januari 1987 ini.
Padahal lanjut dia, kerajinan yang ia buat memanfaatkan barang-barang bekas yang ada di rumahnya. Seperti perca kain batik dan benang-benang rajutan yang lama tak terpakai.
Setelah pameran yang diikuti di Kota Malang tersebut, ia mendapat pemasukan yang kemudian bisa digunakannya sebagai modal usaha.
“Dari sana saya bisa belanja bahan-bahan aksesoris yang lebih mewah seperti batu alam, mutiara air tawar, kulit, benang-benang rajutan yang unik-unik. Sehingga saya bisa membuat karya yang memiliki nilai lebih tinggi lagi,” papar ibu dua anak ini.
Seiring berjalannya waktu, kerajinan yang ia garap mulai dilirik oleh pejabat hingga artis. Bahkan pesanan dari luar negeri mulai berdatangan.
Desy mencatat beberapa produk miliknya telah dipakai Wali Kota Batu hingga Gubernur Jatim, Ketua Dekranasda Jatim dan banyak pejabat serta artis yang tak bisa ia sebutkan namanya.
Menurutnya karya yang ia garap memiliki daya tarik tersendiri. Mengingat untuk kerajinan aksesoris banyak sekali pesaingnya.
“Tapi produk silhouette crochet milik saya mempunyai ciri khas yang berbeda. Yaitu aksesoris kerajinan saya berbahan dasar rajutan yang dikombinasi dengan bahan alam. Sehingga sangat unik dan etnik,” katanya.
Pemasaran dilakukannya melalui media sosial seperti Instagram dan FB. Kemudian mencoba ke market place. Serta ikut pameran-pameran dengan mewakili Pemkot Batu atau berangkat sendiri ke beberapa kota.
Sekarang dalam pengerjaannya, ia dibantu oleh beberapa ibu rumah tangga di sekitar rumahnya. Begitu juga bahan baku seperti benang rajut, rami, goni, kulit, batik, kayu, aneka batu alam, dan koin yang diambil dari beberapa tempat seperti Kota Batu, Surabaya, Kota Malang, Jombang, dan Mataram.
Sedangkan untuk kapasitas produksi diungkapnya memang sangat terbatas agar limited edition karena handmade. Dalam satu bulan ia hanya menggarap 300 pcs.
“Kalau untuk pembuatannya satu kerajinan bisa dibuat dalam waktu dua jam. Itu kalau mengulang model. Kalau membuat model baru, bisa sampai setengah hari, karena harus membuat konsep dan desainnya dulu,” terangnya.
Konsep dan desain ia selalu membuat karya dengan bahan baku yang memiliki warna cerah. Dengan begitu konsumen akan melirik dan tertarik.
Tak salah memang jika karya miliknya tersebut tersebar di ratusan outlet. Serta mampu menembus pasar Jepang dan Taiwan. Konsumen yang ingin memiliki aksesoris mewah tersebut cukup membayar dengan harga kisaran Rp 100 ribu – 1,5 juta.
“Saat ini telah banyak event yang saya ikuti. Mulai dari Malang Fashion Week sejak tahun 2021 sampai saat ini. Serta karya saya menjadi mitra BI Malang, Diskoperindag Batu dan Bank Jatim. Terbaru saya pernah meraih juara I UKM berprestasi Jatim tahun 2023,” ungkapnya.
Untuk juara I UKM berprestasi Jatim tahun 2023, pihaknya harus menembus lima tahap seleksi dari ratusan peserta. Mulai dari pemberkasan izin usaha hingga legalitas, wawancara hingga presentasi.
Selain itu untuk produknya juga telah banyak berkolaborasi dengan desainer-desainer dari Malang, Surabaya, Palopo, Banyuwangi dan Kota Batu. (kerisdianto/van)