MALANG POSCO MEDIA- MALANG- Pedagang Pasar Madyopuro bergejolak. Sebagian pedagang diminta memindahkan seluruh barang dagangannya dari tempat penampungan sementara ke gedung baru Pasar Madyopuro yang sudah selesai direvitalisasi tahun lalu. Sementara tempat baru tidak sesuai dengan kesepakatan awal.
Terlebih pada Kamis (1/2) lalu dilakukan kegiatan pembongkaran tempat penampungan sementara yang diakui pedagang dilakukan tanpa pemberitahuan ataupun sosialisasi terlebih dahulu. Alhasil, pedagang kebingungan dan cemas.
Beberapa terpaksa langsung memindahkan barang dagangannya karena merasa ketakutan dengan sikap pekerja pembongkar bangunan yang datang. Pedagang masih enggan pindah pun diberi waktu 5 hari sejak Kamis lalu untuk segera memindahkan barang-barang dagangannya ke tempat baru.
Hal ini dijelaskan Pembina Paguyuban Peduli Pedagang Pasar Madyopuro (P4M) Khadijah saat ditemui Malang Posco Media, Jumat (2/2) siang kemarin di lokasi penampungan sementara pedagang Pasar Madyopuro.
“Jadi kemarin itu (Kamis, 1 Februari) tiba-tiba ada yang datang bongkar tempat kami ini. Didampingi aparat juga. Kami kaget, bingung juga. Karena ndak sosialisasi, pemberitahuan ke pedagang juga ndak ada. Diserahterimakan juga belum. Ada yang langsung pindah karena mereka takut,” tegas Khadijah.
Dijelaskannya, ada sekitar 10 tempat penampungan yang saat itu langsung dibongkar. Dimana kebanyakan sudah kosong karena pedagangnya sudah pindah ke tempat atau gedung baru. Hanya saja masih ada pedagang, seperti dirinya, yang masih enggan pindah.
Menurut Khadijah, pedagang yang masih belum berpindah ini kebanyakan adalah pedagang yang menjual barang perabotan rumah tangga hingga sembako.
“Masih ada 15 sampai 20 yang seperti saya belum mau pindah. Kami bukannya ga mau pindah, ya pasti mau. Tapi tempat baru itu ndak sesuai kesepakatan. Barang dagangan seperti sembako dipindah ke tempat baru ya jadi gak aman. Karena tidak ada rolling door, itu semua terbuka ndak yang tertutup. Padahal kesepakatan awalnya yang butuh bedak tertutup akan disediakan,” papar perempuan berhijab ini.
Sementara itu salah satu pedagang sembako yang juga masih enggan pindah, Titin, mengungkapkan kebingungannya. Diberi waktu 5 hari, sementara barang dagangannya yang sebagian besar sembako sangat banyak dan butuh dijaga.
Titin mengungkapkan kekhawatirannya jika terpaksa harus pindah ke bedak baru yang tanpa pengaman atau terlihat sangat berbuka.
“Kami jualan bukannya untung nanti malah merugi. Kalau hilang seperti apa, ini soalnya sembako semua. Waktu itu disuruh pindah saya bilang ndak siap. Karena datang tiba-tiba tanpa informasi. Dulu pas pindah dari tempat lama ke sini (tempat penampungan) saya butuh seminggu lebih,” tegas Titin.
Ia juga mengungkapkan jikapun terpaksa pindah, Titin memilih tidak akan menaruh barang-barangnya di tempat baru. Karena takut akan hilang. Akan tetapi konsekuensinya, Titin tidak akan bisa berjualan. Hal inilah yang dikhawatirkannya.
Mengenai hal ini Kadiskopindag Kota Malang Eko Sri Yuliadi menjelaskan kondisi tersebut. Menurut dia pedagang sebagian besar sudah pindah. Dan tempat penampungan sementara yang dibongkar pada Kamis (1/2) lalu adalah tempat penampungan yang pedagangnya sudah pindah.
“Jadi sejak awal memang tidak ada rencana lapak atau bedak tertutup. Jika pun ada dulu, itu pedagang yang membuatnya sendiri. Jadi sejak awal Pasar Madyopuro itu tidak ada lapak kios yang tertutup. Pembangunan dari awal adalah meja-meja seperti saja,” tegas Eko Sri Yuliadi saat memberi konfirmasinya kepada Malang Posco Media.
Meski begitu atas permintaan pedagang yang menginginkan bedak tertutup, Diskopindag tidak akan menutup mata. Maka dari itu tahun ini pun pihaknya sudah menganggarkan penambahan fasilitas ram (besi pengaman) di bedak-bedak pedagang yang membutuhkan untuk menjaga keamanan barang dagangannya.
“Jadi bagi yang memang belum mau pindah ya sudah. Kami biarkan mereka tetap berjualan di tempat penampungan itu. Tapi untuk ram pengaman bedak kami anggarakan tahun ini, secara bertahap jadi mohon bersabar,” pungkas dia. (ica/jon)