MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Suasana asri dan klasik menyambut ketika memasuki lorong SMP Taman Harapan. Tak hanya lingkungan sejuk, sekolah yang berada di Jalan Aries Munandar No. 2-4 Malang ini punya kultur keberagaman.
Sejak berdiri di tahun 1958, sekolah yang tergabung dalam Yayasan Taman Harapan ini memang mengedepankan pendidikan multi etnis, multikultural, multi agama, dan multi budaya. Begitu yang disampaikan Kukuh Prasetyanto, S.TP., kepala SMP Taman Harapan kepada Malang Posco Media, Kamis (15/2) lalu.
“Terkait sekolah multi etnis, awalnya kami di bawah yayasan Tionghoa, kemudian berkembang sesuai arahan pemerintah sebagai sekolah nasional. Multikultural karena kami mewadahi siswa-siswa dari luar pulau dan luar daerah, dengan beragam suku dan budaya. Kami juga mewadahi siswa dari semua agama di Indonesia. Jadi setiap siswa punya guru agama sesuai kepercayaan masing-masing,” jelas Kukuh.
Sesuai dengan tagline, sekolah dengan toleransi antar umat beragama, SMP Taman Harapan berkomitmen untuk mendukung dan mewadahi kegiatan keagamaan masing-masing siswa. Salah satunya dengan perayaan seluruh hari besar enam agama di Indonesia.
Misalnya yang terbaru, melibatkan dan mengenalkan siswa dengan perayaan tahun baru imlek. Para siswa diajarkan untuk bertoleransi sejak dini. “Di perayaan imlek kemarin, kami mengenalkan anak-anak budaya seperti barongsai, diceritakan apa itu tahun naga, tak lupa juga saling berbagi angpao. Tak hanya merayakan, tetapi juga dikenalkan sejarah dan latar belakangnya,” ujar Kukuh.
Tak hanya imlek, perayaan hari besar seperti idul fitri, natal, paskah, dan lain-lain juga dikenalkan kepada siswa. “Mereka dilibatkan langsung dengan aksi sosial. Bagaimana pelaksanaan zakat fitrah, pondok ramadan, lalu seperti apa tradisi paskah, natal, imlek, nyepi, dan lainnya. Di momen-momen perayaan tertentu kami juga melibatkan mereka untuk berbagi dengan masyarakat sekitar,” lanjut Kukuh.
Dari pembelajaran itulah, siswa dikenalkan bagaimana keberagaman itu bisa menjadi landasan kerukunan di masyarakat. “Jika ada hari besar perayaan agama yang bukan tanggal merah, siswa juga dipersilakan untuk izin. Misalnya Hindu, siswa ada acara kuningan atau apa, dia diizinkan khusus,” jelas Kukuh.
Nilai multikultural itu benar-benar dirasakan oleh siswa. Salah satunya Akbar Nugraha Putra Kusuma, siswa kelas 9 yang beretnis Sunda-Betawi. Ia mengaku merasakan kultur yang saling toleran antar umat beragama dan berbeda suku di sekolah. “Di sini itu tidak ada tindakan rasisme dan tidak membedakan siswa meski berbeda-beda suku dan agama. Saya Sunda-Betawi, tapi lama di Aceh, teman-teman juga saling menghargai. Yang kita bicarakan pembahasan anak muda yang sama sekali tidak ada SARA,” jelas Akbar.
Untuk pendaftaran di SMP Taman Harapan sendiri ada tiga gelombang. Gelombang 1 mulai November 2023-Februari 2024, dengan keuntungan gratis uang gedung. Gelombang 2 mulai Februari-April 2024, uang gedung Rp. 500.000,-. Lalu gelombang 3 mulai Mei-Juli 2024, dengan uang gedung Rp. 1.000.000,-. Adapun untuk uang SPP sebesar Rp. 250.000,- uang formulir Rp. 100.000, dan seragam Rp. 400.000,-. Tak lupa, ada juga potongan SPP hingga 10 persen bagi siswa-siswi yang berprestasi di tingkat SD. (mg1/imm)