Miris! Perilaku bullying masih terus terjadi hingga saat ini. Terbaru bullying yang dilakukan beberapa remaja di sekolah swasta ternama di Serpong Tangerang Selatan. Korbannya sampai masuk rumah sakit. Kasusnya kini dalam pemeriksaan petugas kepolisian setempat.
Menurut Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), terdapat 30 kasus bullying alias perundungan di sekolah sepanjang tahun 2023. Angka itu meningkat dari tahun sebelumnya yang berjumlah 21 kasus. Berdasarkan data terdapat 50 persen perundungan terjadi pada tingkat SMP, 30 persen tingkat SD, 10 persen tingkat SMA dan 10 persen tingkat SMK.
Kebanyakan kasus bullying terjadi pada tingkat SMP dengan kisaran anak usia 12-15 tahun. Tetapi juga tidak menutup kemungkinan anak yang berada di bawah usia tersebut bisa terbebas dari tindakan bullying.
Menurut beberapa referensi, bullying adalah sebuah kegiatan penyalahgunaan kekuasaan atau ‘kekuatan’ yang bertujuan untuk menyakiti orang lain baik dalam bentuk fisik, psikis atau perkataan sehingga sang korban akan merasakan sakit, depresi, atau terjebak dalam keputusasaan.
Biasanya, pelaku adalah orang yang merasa mempunyai posisi yang lebih tinggi atau lebih ‘kuat’ dari sang korban. Kita harus bersikap tegas dalam menyikapi persoalan bullying ini. Karena dampak negatif yang muncul akan sangat sulit dihindari bahkan sampai mengakibatkan korban bullying depresi hingga akhirnya merenggut nyawa.
Rendahnya sikap percaya diri, empati dan simpati anak juga memiliki potensi yang besar untuk menciptakan adanya perundungan. Dalam hal ini peran orang tua, guru, serta masyarakat sekitar sangat diperlukan agar perilaku bullying dapat teratasi dengan baik.
Kita juga harus selalu mengingat bahwa anak yang cukup dicintai, akan mencintai. Anak yang cukup dilindungi, akan melindungi. Anak yang selalu diperlakukan dengan baik, akan memperlakukan orang lain dengan baik. Untuk itu perlu disadari bersama pentingnya menjaga lingkungan yang sehat bebas dari perundungan.
Cara-cara yang dapat dilakukan orang tua untuk membentuk konsep diri positif pada seorang anak menurut St. John. W. 2007 dalam bukunya yang berjudul Perkembangan Anak Jilid 1 Edisi ke – II ada tujuh cara. Pertama, ajari anak agar selalu bersyukur atas apa yang diberikan oleh Tuhan. Jika perundungan terjadi selalu tanamkan rasa tabah dan kuat kepada anak bahwa yang sebenarnya terjadi adalah ketidakmampuan lingkungan untuk memahami perbedaan. Tidak selalu berarti ada yang salah dengan diri kita.
Kedua, Selalu yakinkan kepada anak bahwa dia istimewa dan selalu dicintai serta dibutuhkan oleh orang sekitar. Ketiga, Selalu berikan pujian atas pencapaian sekecil apapun yang telah diraih oleh anak. Meskipun jika mereka gagal, selalu beri kalimat positif sebagai penyemangat dan saran yang baik.
Keempat, Selalu berikan pelukan hangat agar anak selalu merasa aman, dilindungi dan akhirnya sang anak memiliki empati yang tinggi. Kelima, Hindari menggunakan kalimat yang menunjukkan kekecewaan kita atas apa yang diperoleh seorang anak. Karena itu akan menurunkan rasa percaya dirinya dan mengakibatkan dia mudah untuk putus asa.
Keenam, Berusaha menempatkan anak dalam lingkungan sosial yang memiliki nilai-nilai sama atau mirip dengan nilai yang selalu kita tanamkan kepada anak. Ketujuh, Jangan membanding-bandingkan anak dengan teman-temannya. Karena kita harus menyadari bahwa setiap individu memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing dan bukan hak kita untuk menghakiminya. Tugas kita selalu mendukung dan membimbingnya ke arah yang lebih baik.
Cara-cara yang direkomendasikan di atas merupakan hal yang sangat mendasar dalam mendidik seorang anak agar dapat menjadi pribadi yang lebih baik. Walaupun saat ini nilai-nilai tersebut sudah mulai terkikis karena pengaruh dari kecanggihan teknologi.
Meluangkan waktu sebentar untuk mengobrol santai membicarakan hal-hal apa saja yang sudah dilalui sang anak dalam kesehariannya sudah cukup membuat sang anak merasa dicintai. Kecanggihan teknologi yang ada juga tetap harus dalam pengawasan orang tua, apalagi saat ini anak-anak dengan jenjang Sekolah Dasar pun sudah mulai berpikiran kritis menanyakan hal-hal yang terjadi di sekitarnya.
Mendidik seorang anak maupun murid merupakan kewajiban setiap orang tua maupun guru. Dalam proses mendidik, kita sebenarnya juga dalam proses belajar. Untuk itu kerja sama yang terjalin antara guru dan orang tua sangat diperlukan dalam membentuk karakter seorang anak. Orang tua dan guru dapat bersama-sama menanamkan nilai-nilai yang baik di dalam lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat.
Setiap anak juga harus diberi pemahaman tentang dampak dari perilaku perundungan dengan jelas, baik oleh orang tua di rumah maupun guru ketika belajar di sekolah. Slogan-slogan anti bullying juga harus terus dipajang di setiap penjuru sekolah. Serta hukuman yang akan diterima jika melakukan perundungan harus terus diingatkan kepada setiap anak.
Karena seringkali perundungan itu muncul secara tiba-tiba ketika sang anak merasa tidak nyaman atau terganggu dengan ejekan temannya. Maka dari itu, setiap anak harus faham betul makna dari toleransi dan saling menghormati serta menghargai perbedaan yang ada.(*)