MALANG POSCO MEDIA, MALANG – SD Plus Al-Kautsar Malang serius menerapkan pendidikan berbasis riset. Itu dibuktikan dengan prestasi peserta didiknya beberapa waktu lalu.
Dua tim karya ilmiah remaja (KIR) SD Plus Al-Kautsar mendapat gold medal dan silver medal di ajang internasional bergengsi, Indonesia International Applied Science Project Olympiad (I2SPO).
Di ajang I2SPO kali ini SD Plus Al-Kautsar tidak sendiri. SMP dan SMA Plus Al-Kautsar juga ikut membawa medali.
“Kami membawa pulang 5 medali. Dua gold medal dan tiga silver medal. Kategori SD mendapat 1 gold dan 1 silver, SMP mendapatkan 2 silver, SMA 1 gold,” ucap Pembina KIR SD Plus Al-Kautsar Esti Rahmawati, S.Si.
Menurut Esti, keberhasilan ini bukanlah hal instan. Siswa yang mengikuti lomba memang disaring dan dibina sedemikian rupa sehingga tak heran jika menelurkan banyak prestasi. Dimulai dari seleksi akademik, observasi kematangan siswa secara mental, hingga kesanggupan dan minat orang tua untuk mendukung anak-anaknya dipertimbangkan dengan baik.
“Setiap tahun kami ada timnya sendiri. Kami harapkan yang mengikuti KIR ini sudah selesai dengan dirinya sendiri. Sudah tidak tantrum, sikapnya sudah baik, sudah matang emosionalnya juga,” jelas Esti.
Menurut Kepala SD Plus Al-Kautsar Lidia Wulandari, S.Pd, S.S prestasi anak didiknya, seperti nilai akademik adalah bonus. Goals utama dalam pendidikan adalah akhlak mulia.
“Saya ingin mewujudkan anak-anak yang berakhlak mulia, cerdas, unggul, dan berkarakter. Sesuai jargon kita sebagai sekolah akhlak, kita ingin anak-anak menerapkan akhlak mulia. Di samping itu juga cerdas itu berkualitas, unggul itu bisa bersaing dan punya kemampuan, dan berkarakter karena kita punya budaya 9S itu ya,” ujar Lidia.
Wyonix Iquitta Dewi Alkayla salah satu siswa dari tim yang berlomba di I2SPO antusias menceritakan pengalamannya bersaing dengan para peserta dari 17 negara dunia. Wyonix dan timnya mendapat gold medal di kategori Functional Food dengan mengusung judul Gummy Ball Innovation from Bay Leaf Extract as a Contemporary Nginang Tradition to Strengthen Children’s Teeth. Ide ini sekaligus memanfaatkan daun salam yang tanamannya banyak dijumpai di SD Plus Al-Kautsar Malang.
“Kami ingin melestarikan kembali tradisi nginang dengan cara terbaru agar anak-anak tertarik dengan tradisi tersebut. Kami bikin gummy ball gitu, permen dari daun salam yang bisa menguatkan gigi anak. Karena kan sekarang gigi anak banyak yang keropos,” jelas siswi kelas 6 ini. (imm)