.
Friday, November 22, 2024

Dulu Belajar Ilmu Hitam, Kini Mualaf dan Tekun Dalami Islam

Berita Lainnya

Berita Terbaru

INSPIRING RAMADAN

MALANG POSCO MEDIA- Kisah hidupnya berliku. Jeniver Alfero, pernah hidup dalam jalan yang tidak dikehendaki Allah SWT. Dunia gelap dan kelam pernah jadi pilihannya. Kini semua itu dianggapnya sebagai masa lalu yang harus ditanggalkan. Telah dikubur dalam-dalam.

Dulu Jeniver bukanlah seseorang yang terlahir dari keluarga muslim. Baru ketika menginjak remaja, pria asal Dampit ini memutuskan menjadi mualaf. Tapi, dia belum sepenuhnya belajar agama Islam.

Ia sering bergelut dengan dunia hitam. Sampai pada titik terendah di 2020, dia benar-benar menekuni agama yang dipilihnya.

Ketika masih remaja, kenakalan yang dilakukannya masih dianggap sebagai kenakalan remaja. Seperti bolos sekolah, perkelahian antar pelajar atau bahkan pulang sampai larut malam dan melawan omongan orang tua.

Akan tetapi, ada sesuatu yang menurutnya menarik dari kenakalannya. Dia sudah suka dan percaya dengan ilmu hitam, walaupun belum belajar secara serius.

Hingga akhirnya saat SMA, dia bersekolah di luar pulau sehingga membuat kontrol kepadanya pun berkurang. Ia yang suka musik, jadi terbawa arus anak-anak band yang kurang tepat. Kemudian,waktu tersebut, ternyata membuatnya kadang mempelajari ilmu hitam lebih dalam.

“Ya waktu remaja sudah suka yang berbau begituan. Saya percaya klenik, saya bahkan nepi ke tempat wingit, mencari benda-benda seperti keris. Mungkin karena terbawa lingkungan,” kata Jeniver mengawali cerita.

Menurutnya, jika menilik ke masa lalu, antara percaya atau tidak. Dia mendapatkan hal-hal gaib tersebut. Bahkan, ia sempat pada satu masa sering dimintai tolong beberapa orang dekatnya yang sedang sakit karena kiriman ilmu hitam, menjodohkan orang atau mencari barang tertentu. “Padahal usia saya masih belasan. Katanya sih ada yang cocok setelah saya bantu,” jelas dia.

Ia pun bisa mendapatkan uang meskipun tidak dalam jumlah banyak. Hanya saja, dia menjadi tidak tenang. Secara agama, cara hidupnya tak dibenarkan. Ia pun merasa takut jika suatu saat gagal membantu orang atau bahkan mendapat kiriman tidak baik pada dirinya sendiri.

“Banyak tidak tenangnya. Karena kadang harus puasa, yang berbeda dengan puasa di Islam, kadang harus tidak tidur dan hal-hal yang sulit dipercaya nalar. Sering merasa kok ini nggak benar ya, terus gampang sakit yang aneh-aneh juga. Misalkan tiba-tiba badan saya gosong, padahal gak jatuh, gak terbentur,” tambahnya.

Selain tidak tenang, pria berusia 28 tahun ini  juga mulai kehilangan beberapa hal. Misalnya karir dia sebagai tenaga guru bantu ketika sudah pindah ke Mataram. Padahal, sejak usia muda, ia sudah menjadi tenaga pengajar musik di salah satu sekolah negeri di Mataram.  

“Pokoknya hidup juga lebih susah. Karir rusak, keluarga juga berantakan. Tapi saya percaya, bila Allah sudah berkehendak, semua bisa berbalik. 180 derajat,” tutur dia.

Sampai akhirnya sekitar 2019, menyadari harus berubah. Apalagi, dia sebenarnya dikelilingi oleh keluarga yang tergolong taat beribadah dan terpandang. Ayahnya misalnya, kerap dimintai sebagai tetua untuk warga di kampung atau kegiatan keagamaan.

“Mungkin juga karena doa istri, ayah, ibu, mertua dan semuanya. Supaya saya hidup lebih benar. Ya sekarang alhamdulillah, sudah meninggalkan hal-hal yang kelam dan lebih banyak belajar soal agama,” jelasnya.

Ya memang belum sempurna, menurut dia. Ia masih bukan seorang yang ahli dalam hal agama. Namun  sudah merasa takut meninggalkan salat, puasa. Juga ketika ada kesempatan mengikuti kajian, belajar dalam lingkup kecil atau ketika pengajian.

“Ya perlahan. Memang awalnya berat, merasa aneh harus pakai sarung, salat, ngaji. Tapi, saya terus mencoba. Dulu orang tua kaget ketika saya mau salat, karena mereka juga gak pernah memaksa, mungkin cuma mendoakan saja,” sebut dia.

Ia berharap, bisa istiqomah dengan imannya saat ini. Termasuk membantu syiar agama, bila memang diperlukan. “Ya mungkin di kampung ikut membantu kegiatan pengajian, ikut agenda di pondok di kampung atau berbagi kisah untuk meninggalkan hal-hal yang tidak baik, supaya hidup jadi lebih baik. Yang jelas saya sudah takut kalau kembali pada model hidup yang dulu,” pungkas Jeniver. (ley/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img