Tak banyak perempuan yang bergelut di industri kopi. Kebanyakan laki-laki. Jika ada pun umumnya barista yang hanya nge-bar di sebuah kedai kopi. Namun Titik Rachma M.I.Kom melakoni dunia penuh dinamika ini.
======
Titik Rachma bukan barista biasa. Ia merupakan seorang juri kopi perempuan. Jumlahnya di Jawa Timur tak banyak. Perempuan berjilbab kelahiran Bangkalan Madura ini juri kopi perempuan di Malang yang memiliki sertifikat dan diakui oleh dunia Kopi Nusantara.
Di Malang, nama Titik Rachma sudah diakui di industri kopi. Setiap ada festival atau event kopi di Malang ia selalu ikut berpartisipasi. Entah sebagai juri maupun sebagai quality control setiap event.
Segudang pengalaman dan ilmu yang dipelajari di industri kopi, tak membuat ia berhenti belajar tentang kopi. Ilmu dan pengetahuannya ia maksimalkan menjadi konsultan kedai kopi dan mengisi seminar kopi di Jawa Timur hingga nasional.
Sudah banyak kedai kopi yang menikmati jasanya. Pembawaannya yang kalem dan cara mengajarnya dalam memberikan materi di seminar – seminar kopi sangat menarik. Karena itulah sering mendapat tanggapan positif dari audiens.
Saat ini ia memiliki tiga sertifikat. Sertifikat pertama ia peroleh pada tahun 2013 lalu sebagai Basic Barista Course Indische Archiple di Bandung. Kemudian, Sertifikat Pre Q grader Caswell Coffee Campus pada 2017 dan menjadi Cupping for Professional 5758 Coffee Lab tahun 2021. Dari ketiga sertifikat tersebut sudah terbayangkan betapa sulitnya menjadi ahli di industri kopi era sekarang.
Ia juga masih punya impian lain yang terus menjadi tujuannya. Yakni Q Grader atau ahli pencicip kopi terakreditasi. Sertifikat Q Grader ini dikeluarkan oleh Coffee Quality Institute (CQI) sebuah lembaga independen peneliti kopi yang berlokasi di Long Beach, California.
Bergelut di industri kopi sejak kuliah, rasanya tidak hanya sekadar mental yang perlu disiapkan. Waktu dan biaya yang tidak sedikit membuatnya semakin yakin dengan industri kopi yang digelutinya. Keyakinan ini yang membuat namanya saat ini diperhitungkan di industri kopi. Ia sering diundang menjadi pembicara dalam seminar kopi lokal maupun nusantara. Selain itu, sering menjadi juri dalam setiap lomba kopi.
“Bagi saya kopi sudah menjadi budaya. Sejak kecil setiap ada tamu maupun bertamu pasti disuguhi kopi. Kesukaan saya dengan kopi pas jadi mahasiswa. Dan sering rapat organisasi di kampus dan selalu minum kopi,” ujar Titik lulusan Magister Komunikasi Universitas Dr. Soetomo Surabaya ini.
Ia juga bercerita, ketertarikannya terhadap kopi hingga saat ini ketika mulai masuk kuliah magister. Ia merasa kopi memiliki keunikan tersendiri. Mulai dari cara tanam, variasi kopi, hingga alat seduh kopi memiliki banyak metode dengan menawarkan ciri khas dari kopi itu sendiri.
“Saya tetap bertahan di industri kopi hingga saat ini karena sangat menyenangkan. Banyak hal baru yang harus dipelajari di industri kopi. Tidak cukup hanya belajar sekali dan saya juga masih belajar,” ujar mantan dosen di Universitas Trunojoyo Madura ini.
Sebelum memasuki industri kopi secara serius. Pada tahun 2006 ia pernah menjadi Sekretaris Redaksi Jawa Pos Media Television (JTV) hingga 2012. Gaji sebulan dari hasil pekerjaannya habis dibuat ngopi setiap hari. Dari situ ia mulai berpikir untuk bikin usaha yang berhubungan dengan kopi sehingga bisa menghasilkan duit dan bisa nongkrong setiap hari.
Kedai kopi pertamanya ia bikin di Bangkalan dan tertantang untuk mengenalkan produk kopi Nusantara kepada warga sekitar.
Banyaknya laki-laki yang ada di industri kopi tidak membuatnya minder. Ia ingin menunjukan semangatnya di industri kopi meskipun sebagian perempuan. Ia menganggap kopi tidak selalu berkaitan dengan laki-laki.
“Industri kopi ini sangat menarik. Bagi saya yang “minoritas” perempuan dan menjadi juri kopi membuat saya semakin tertantang dengan para juri kopi laki-laki kebanyakan saat ini,” ucapnya.
Dia menyampaikan, bagi pelaku industri kopi di Malang untuk mencintai profesinya. Agar industri kopi di Malang tetap eksis dan selalu berkembang. Menurutnya, sekecil apapun profesinya tetap terus ditekuni. Menurutnya, industri kopi tidak bisa dijalankan sendiri. Butuh kolaborasi disemua bagian mulai, petani, prosesor, roaster, barista dan owner.
“Misalkan petani yang terus fokus dengan budidaya kebun kopinya sehingga bisa menghasilkan kopi yang berkualitas. Sedangkan para prosesor juga bisa menghasilkan produk yang baik. Dan roaster juga bisa menghasilkan kopi yang baik, serta owner bisa menekuni manajemennya. Intinya tekuni profesi kalian sebagai apa,” imbuhnya.
Titik Rachma juga memberikan tips sukses dalam industri kopi. Yakni perbanyak belajar mulai dari sering ngopi, perbanyak teman untuk diskusi dan terus meng-upgrade ilmu baru tentang kopi, apalagi sekarang untuk belajar kopi semakin mudah dengan perkembangan digital. Dan terus memberikan kemanfaatan ilmu kepada siapapun yang membutuhkan.
Dengan semakin sering ngopi dan berdiskusi tentang kopi, perkembangan industri kopi akan terus berkembang pesat dan semakin memudahkan berkampanye tentang kopi Indonesia.”Lakukan yang terbaik, berikan yang terbaik, selalu berusaha menjadi yang baik, tanpa pernah merasa menjadi yang baik,” (hud/van)