MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Peluncuran Buku Balai Kota Menulis pada upacara HUT ke-110 Kota Malang di Balai Kota Malang pada 1 April lalu, terus diapresiasi dan direspon positif oleh berbagai pihak. Termasuk dari mantan Wali Kota Malang Drs. Peni Suparto, MAP.
Ebes Inep sapaan akrabnya, menilai buku yang digagas komunitas Gerakan Balai Kota Menulis ini merupakan bagian untuk terus memperdalam gagasan kreatif demi kemajuan Kota Malang. Khususnya dari para Aparatur Sipil Negara (ASN) di dinas dan badan serta Perangkat Daerah (PD) di jajaran Pemkot Malang.
‘’Semoga gagasan sinergi yang dituangkan dalam buku Balai Kota Menulis ini, dapat menjadi kado yang bermakna untuk HUT ke-110 Kota Malang yang sama-sama kita cintai ini,’’ tegasnya kepada Malang Posco Media, Senin (22/4) kemarin.
Dalam buku setebal 202 halaman ini, Ebes Inep berkesempatan menyumbangkan sebuah tulisan berjudul Sinergi Gagasan untuk Kota Malang di Era Revolusi Industri 4.0. Yakni dalam kaitannya dengan perkembangan zaman dan resolusi kemajuan Kota Malang di masa kini dan yang akan datang. Untuk itu, mantan wali Kota Malang periode tahun 2003-2008 dan 2008-2013 ini, memberikan lima catatan penting.
Pertama, perlunya terus dilakukan peningkatan inovasi e-gov untuk percepatan dan pendekatan pelayanan publik mewujudkan good and clean governance. Kedua, pembangunan dilakukan berdasarkan skala prioritas,kemanfaatan untuk masyarakat. Proses yang sesuai aturan dan terjangkau secara anggaran.
Ketiga, menggairahkan iklim investasi yang berpotensi menambah pemasukan daerah, menopang UKM/UMKM serta memperluas peluang kerja baru. Sebab, Kota Malang masih menjadi tempat potensial untuk investasi. Sehingga kemudahan regulasi dan perizinan usaha penting dilakukan.
Keempat, menginovasi konsep Tri Bina Cita yang disesuaikan dengan trend baru. Sebab, Malang sebagai kota wisata tidak selalu bermakna sebagai kota tujuan wisata, tapi bagaimana Kota Malang menjadi sentral berkembangnya informasi, edukasi dan bisnis kepariwisataan. ‘’Untuk itu, saya berharap Kota Malang dapat menjadi pusat riset, kajian dan inovasi aplikasi teknologi yang berkaitan dengan pendidikan, industri dan kepariwisataan,’’ tegasnya.
Kemudian, satu hal lagi digarisbawahi Ebes Inep sebagai catatan kelima dalam tulisannya tersebut adalah peningkatan muatan lokal di dalam kurikulum pendidikan dasar hingga menengah atas.
‘’Potensi sejarah, seni dan budaya lokal khas Malangan dapat menjadi salah satu perisai generasi muda untuk selalu peduli daerah, cinta kepada bangsa dan negara. Sehingga generasi muda tidak ‘’diperbudak’’ teknologi tapi tetap sebagai agent of change di era revolusi industri 4.0,’’ pungkas ketua umum Garda Pancasila ini. (nug/aim)