.
Friday, November 22, 2024

Perdagangan Indonesia Swiss Meningkat Tiga Kali Lipat

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Perdagangan Indonesia Swiss membawa banyak keuntungan bagi Indonesia. Apalagi dua tahun pasca berlakunya Indonesia-EFTA CEPA. Ini terungkap dalam pertemuan ke-10 Joint Economic Trade and Comission (JETC) Indonesia-Swiss di Bern, 23 April 2024.

MALANG POSCO MEDIA- Dirjen Amerika- Eropa Kementerian Luar Negeri RI, Dubes Umar Hadi  mengatakan nilai perdagangan kedua negara meningkat tiga kali lipat. Menjadi lebih dari US$ 3 miliar dengan surplus lebih dari US$ 2 miliar berturut-turut untuk Indonesia.

Hal itu diungkapkan  pada pertemuan ke-10 Joint Economic Trade and Comission (JETC) Indonesia-Swiss di Bern, 23 April 2024.

Pertemuan tahunan yang juga dihadiri pihak swasta kedua negara masing-masing dipimpin Dirjen Amerop Kemenlu RI, Dubes Umar Hadi, dan Head of Bilateral Economic Relations, State Secretariat for Economic Affairs (SECO), Federal Department of Economic Affairs (EAER) Swiss.

Pertemuan JETC ke-10 merupakan dialog tahunan untuk meningkatkan kerja sama ekonomi kedua negara. Membahas tantangan dan peluang, khususnya dengan memanfaatkan keunggulan masing-masing.

Perdagangan bilateral dan investasi Swiss ke Indonesia menunjukkan peningkatan. Dan masih tetap membuka peluang untuk lebih ditingkatkan, khususnya pasca berlakunya Indonesia-EFTA CEPA, sejak 1 November 2021.

Perjanjian bilateral bidang ekonomi juga segera diperkuat dengan Bilateral Investment Treaty (Perjanjian Investasi Bilateral atau P4M/Perjanjian Peningkatan dan Perlindungan Penanaman Modal, yang telah ditandatangani tahun 2022 dan diharapkan berlaku tahun 2024.

“Bagi Indonesia, Swiss dan negara yang tergabung ke dalam EFTA (Swiss, Norwegia, Liechtenstein dan Islandia) merupakan mitra pertama CEPA di Eropa,  sementara Indonesia merupakan mitra pertama EFTA di ASEAN”, ungkap Dubes RI untuk Swiss dan Liechtenstein, Ngurah Swajaya.

Berlakunya kedua perjanjian tersebut diharapkan memperkuat pemanfaatan potensi yang masih signifikan untuk ditingkatkan. Kehadiran swasta kedua negara dan perwakilan beberapa kementerian memberikan nilai tambah untuk mendorong secara konkret komitmen peningkatan kerja sama ekonomi.

Sebelum pertemuan JETC ke-10, Dubes Ngurah Swajaya juga menghadiri The Third Annual Meeting of the Swiss-Indonesia Trade and Sustainability Council di Zurich, 22 April 2024. Ini dilaksanakan sebagai rangkaian JETC untuk melanjutkan kerja sama isu keberlanjutan dan perdagangan, untuk meningkatkan kapasitas UMKM Indonesia dalam sektor industri tekstil, infrastruktur yang diselenggarakan oleh KADIN Indonesia dan Economiesuisse.

Isu-isu kerja sama ekonomi dan pembangunan yang diangkat dalam JETC antara lain, kelanjutan kerja sama pembangunan Indonesia-Swiss periode 2025-2028, investasi industri berbasis teknologi dan rendah karbon, kerja sama kesehatan, ekonomi digital, optimalisasi pemanfaatan CEPA, termasuk kerja sama bidang pendidikan vokasi dan profesionalisme untuk meningkatkan daya saing industri Indonesia.

“Peningkatan nilai perdagangan hingga tiga kali lipat justru terjadi di akhir Covid-19 dan pada saat kondisi ekonomi global yang belum pulih menunjukkan komitmen dan potensi yang masih sangat besar untuk dikembangkan bagi keuntungan rakyat kedua pihak,” jelas Dubes Ngurah.

Hal ini juga dinilai sebagai momentum yang perlu dimanfaatkan kedua negara untuk mempererat kerja sama ekonomi bilateral.

Pertemuan sepakati beberapa hasil konkret, antara lain memulai pembahasan perpanjangan kerja sama pembangunan 2025-2028, meningkatkan diversifikasi produk ekspor Indonesia ke Swiss, termasuk akses yang lebih banyak bagi UMKM Indonesia yang unggul. Selain itu peningkatan investasi dengan memanfaatkan Indonesia sebagai bagian dari rantai pasok industri Swiss di kawasan Asia. Pembahasan juga mencakup penjajakan kerja sama dalam berbagai bidang lainnya, seperti pariwisata, penghindaran pajak berganda dan kerja sama perhubungan udara.

Kerja sama bidang pendidikan, khususnya vokasi dan profesionalisme telah dimulai dan akan terus diperkuat untuk mendukung peningkatan daya saing industri Indonesia.  Khususnya yang berbasis teknologi dan rendah karbon. Dalam memperkuat ekosistem industri berteknologi tinggi dan rendah karbon di Indonesia,  KBRI akan terus melakukan pendekatan kepada industri Swiss. “Khususnya Small and Medium Size Enterprises,” ujar Dubes Ngurah.

Secara ekonomi, perdagangan bilateral kedua negara telah melampaui kisaran US$ 3 miliar dalam beberapa tahun terakhir, terutama sejak berlakunya Indonesia EFTA CEPA dan Indonesia saat ini menjadi tuan destinasi investasi sekitar 150 perusahaan Swiss di berbagai bidang.

Total nilai perdagangan Indonesia-Swiss pada tahun 2023 mencapai US$ 3,11 miliar atau Rp. 50,31 triliun, dengan total nilai ekspor Indonesia sebesar US$ 2,66 miliar atau Rp  43,09 triliun. Sedangkan nilai impor Indonesia dari Swiss adalah US$ 446,29 juta atau Rp 7,21 triliun.

Dengan demikian, nilai surplus perdagangan Indonesia-Swiss senilai US$ 2,21 miliar atau Rp  35,88 triliun.  Dibandingkan tahun sebelumnya, neraca perdagangan Indonesia-Swiss tahun 2023 meningkat 24,32 persen, dengan neraca ekspor meningkat 20,37 persen dan neraca impor juga meningkat 3,92 persen dibandingkan dengan tahun 2022 (YoY).

Terkait dengan investasi (data BKPM), periode Januari-Desember 2023 menunjukkan bahwa Swiss berada di urutan ke-enam dari seluruh negara Eropa. Jumlah proyek investasi mencapai 750 proyek, dengan nilai investasi sebesar US$ 150,065 juta. Pada tahun 2022, Swiss berada di urutan kelima di Eropa dengan proyek investasi sebanyak 292 proyek, dengan nilai investasi US$ 133,772 juta. Nilai investasi Swiss ke Indonesia meningkat sebesar 12,17 persen pada tahun 2023 dibandingkan dengan tahun 2022 (YoY). (opp/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img