.
Saturday, December 14, 2024

Menjemput Kemajuan Global

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA-Di tengah perkembangan kerjasama antarperguruan tinggi antar bangsa, negara, dunia usaha dan industri bahkan dengan Non Government Organization (NGo), pimpinan perguruan tinggi perlu memainkan peran signifikan agar perguruan tingginya adaptif terhadap dinamika dan perkembangan global, dengan cara bersama-sama menguatkan dan tujuannya melakukan kuantum, international mobility dan pengabdian masyarakat.

Berfikir tentang pentingnya kerjasama pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat melalui Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) menuju Indikator Kinerja Utama (IKU), World University Rangking (WUR) dan World Class University (WCU) menjadi sebuah keniscayaan. Agar setiap perguruan tinggi saling menguatkan jejaring dan implementasi strategis mulai dari transfer credit, in bound mobility, out bound mobilty, journal publication, class international, joint research, double deggree, seminar dan conferece.

Problem Migran

Indonesia memiliki kepentingan besar untuk membangun kemitraan dengan pihak luar negeri, terutama dengan negara-negara tetangga. Seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Singapore, Thailand, Vietnam, Philipina, Jepang, China dan seterusnya. Kalau kita perhatikan, masyarakat Indonesia sebagai migran jumlahnya sangat besar, puluhan ribu hingga jutaan di negara-negara tetangga tersebut untuk mengadu nasib, memperbaiki taraf kehidupannya. Disini ada yang bekerja secara legal tetapi juga ada yang illegal. Konon yang illegal jumlahnya sangat banyak.

Dengan banyaknya migran di negara-negara tetangga, bukan berarti tidak meninggalkan masalah, justru masalah semakin rumit dan kompleks. Fenomena ini membutuhkan konsolidasi terstruktur dan sistemik antar negara tetangga agar posisi mereka jelas dan memiliki masa depan yang gemilang. Contoh bagi yang illegal, terkait legalitas migran, status pernikahan saat di negara migran (apalagi laki-wanita nikah dengan warga negara yang berbeda) kependudukannya, status keluarga, status anak bila memiliki anak, pendidikan dan jaminan sosial kehidupan masa depannya dan sebagainya.

Di sini, semua unsur mesti harus peduli dan mengawalnya dengan ketat para migran, baik legalitas maupun kelangsungan hidup para migran dan keluarganya, agar terjamin kelangsungan hidupnya. Kita juga melihat, peran-peran strategis social capital sekelompok orang peduli, misalnya Pesantren An Nahdhoh di Malaysia yang membina santri berjumlah sekitar 45 orang usia rata rata 16-20 tahun yg didirikan oleh Ustadz Rizal dan melibatkan Ustadz/ustadzah dari Indonesia. Dari penelusuran ternyata anak-anak migran ini bersemangat untuk belajar, namun dia belum memahami status kewarganegaraannya,  orang tuanya status kependudukannya berbeda negara, belum memiliki legalitas negara di saat menikah (walaupum secara agama telah sah), anak dilahirkan di negara asal orang tua lahir, tapi saat ini orang tuanya sudah berdomisili di Malaysia, bahkan ia nanti harus kemana dia melanjutkan pendidikan dan bekerja, bila orang tuanya sudah meninggal, dia juga masih belum memiliki bayangan yang jelas, karena banyak masalah yang menyelimutinya.

Kepedulian orang yang memiliki jiwa sosial tinggi, seperti Ketua Muslimat NU PCI Malaysia ibu Nyai Mimin Mintarsih telah banyak membina anak-anak untuk mendapatkan pendidikan non formal di negeri Jiran semata-mata lebih pada menjunjung tinggi rasa kemanusiaan di sanggar pendidikan yang telah ia dirikan. Nah di sini, kita sebagai akademisi perlu memikirkan bagaimana solusi legalitas lembaga dan personal yang banyak menjadi atensi KBRI dan keluarga pekerja migran di Malaysia ini bisa eksis dan mendapatkan support dari berbagai elemen, sehingga anak-anak akan memiliki masa depannya.

Di Kementerian Pendidikan Malaysia  Prof. Azam dari Education Malaysia yang memiliki pengalaman mengembangkan pendidikan tinggi Malaysia ke best 100 world ranking seperti Universitas Kebangsaan, yang menempati rangking 35 dunia, menyatakan bahwa Indonesia dan Malaysia adalah bersaudara sesama bangsa melayu dan satu rumpun, sehingga penguatan  strategis dalam kemitraan bidang pendidikan sangat dibutuhkan.

Indonesia memiliki kepentingan yang mendalam dg Malaysia karena faktor sejarah. Kegiatan semacam kerjasama ini sudah sejak lama dirintis oleh para tokoh dan para pimpinan kedua negara yg sekarang masih relevan ditingkatkan.

Mahasiswa pascasarjana bisa turut menjemput dan melakukan pengabdian global, pada negara-negara mitra di sanggar-sanggar pendidikan atau lembaga pendidikan yang memiliki legalitas formal maupun non formal dengan menyiapkan visa khusus yang berlaku hingga enam bulan sampai satu tahun, hal ini diharapkan akan berdampak pada pengentasan kemiskinan terutama dalam bidang pendidikan bagi putra-putri migran di negara-negara tetangga, mengingat negara-negara tetangga sangat membutuhkan penyelesaian migran bukan semata-mata tugas negara yang dituju, tetapi juga negara di mana para migran dilahirkan. Di sini para calon Magister maupun calon Doktor untuk mengambil peran strategis Internasional terutama dalam bidang pendidikan global. (*)

Catatan; dari Negara Jiran, saat ini penulis sedang di Malaysia.

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img