Pelaksanaan UTBK-SNBT 2024 gelombang pertama baru dilalui, tepatnya dimulai pada Selasa, 30 April 2024 sampai dengan 5 Mei 2024. Walaupun begitu, peserta tetap bisa mempersiapkan diri dengan metode belajar ala Gen Z. Generasi Z merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut orang-orang yang lahir pada tahun 2000-an ke atas termasuk peserta UTBK-SNBT 2024.
Mengutip Pusat Standar dan Kebijakan Pendidikan (PSKP) Kemendikbudristek, Gen Z dilabeli sebagai generasi yang minim batasan (boundary-less generation). Mereka memiliki harapan, preferensi, perspektif yang unik, dan juga mampu memanfaatkan perubahan teknologi dalam kehidupan sehari-hari mereka termasuk dalam hal belajar. Untuk mewaspadai dan preventif terhadap peserta ala Gen Z yang lihai terhadap dunia teknologi informasi dan kehandalan zaman di era digititalisasi maka PTN memperketat dan memantapkan diri dalam pelaksanaan UTBK-SNBT 2024.
Gen Z, yang tumbuh dengan teknologi, media sosial, dan akses informasi yang tak terbatas, memasuki dunia perkuliahan dengan perspektif yang berbeda. Mereka memiliki aspirasi tinggi dan bersemangat untuk mengubah dunia, tetapi juga menghadapi tekanan yang luar biasa.
Dalam kajian tulisan ini, kita akan melihat perspektif kampus yang berlabel Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dalam menyiapkan pengetatan kaum Gen Z dalam menghadapi UTBK-SNBT 2024 dalam beradaptasi dengan kerasnya dunia teknologi canggih, mengejar tujuan mereka dalam menggapai kursi di PTN, dan menghadapi perubahan yang mungkin belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah pendidikan tinggi.
Proyeksi pembekalan secara komprehensif kepada para panitia kesekretariatan dengan didukung teknisi, pengawas, dan tim monitoring UTBK-SNBT 2024 adalah bersifat “condition sine quanon” suatu keharusan tanpa syarat untuk dilakukan.
Kondisi ini, tentunya harus dipersiapkan yang sangat matang dan harus memiliki cara tersendiri untuk mengantisipasi kebocoran perjokian yang dilakukan dari jarak jauh dengan operator handal. Apabila ini terjadi, sungguh sangat mengusik nurani dan tentunya hal ini membuat jengkel pihak pengawas saat berlangsungnya tes UTBK.
Sudah menjadi tradisi bahwa prioritas siswa mayoritas tetap membidik UTBK-SNBT agar kelak diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) pilihannya, di sini menunjukkan pamor PTN seolah-olah menjadi suatu kampus impian.
Terlebih lagi pilihan spesial adalah Fakultas Kedokteran masih menjadi primadona, baik animo masyarakat grassroot yang punya potensi intektual atau IQ handal maupun kaum borjuis yang punya modal materi besar guna memasok kepentingan anaknya diterima di Kedokteran.
Metal Detector Terekomendasi
Melihat animo masyarakat yang begitu ngefans dengan Fakultas Kedokteran menggugah gairah kejahatan melalui kasus perjokian khusus untuk menjanjikan bisa diterima di Kedokteran. Tentu saja cara ini melalui tawar menawar dan berkomitmen dengan orang berduit guna meloloskan anaknya untuk melakukan kecurangan tes melalui alat jahat.
Ditemukannya kasus perjokian melalui peralatan canggih nyaris tidak terdeteksi oleh peralatan pemeriksa keamanan atau yang disebut metal detector. Kejadian ditemukannya calon mahasiswa yang menggunakan alat komunikasi melalui kamera di kancing baju, ada juga yang dipasang di masker dan dikendalikan joki dari jarak jauh, sungguh sangat mengusik nurani. Dan tentunya hal ini membuat jengkel pihak pengawas saat berlangsungnya tes SNBT.
Siswa yang menggunakan peralatan “jahat” tersebut tentunya sebagai calon mahasiswa yang sudah mati rasa dengan misi menghalalkan apapun cara yang dilakukan. Mata rantai perjokian ini minimum ada tiga pihak yang terlibat. Yaitu calon mahasiswa, orangtua mahasiswa sebagai penyandang dana, dan si joki biasanya sudah berstatus mahasiswa.
Komitmen ketiga pihak itu secara sadar dan sengaja sudah sepakat untuk melakukan transaksi gelap. Cara jahat yang memanfaatkan dunia teknologi infomasi sebenarnya sangat berisiko. Selain dapat masuk ranah hukum, juga telah menodai dunia pendidikan, yang selayaknya sebagai orang terdidik memulai dengan niat luhur, dilandasi nilai kejujuran dan kebenaran.
Apabila yang tes Gen Z melalui perjokian tidak terdeteksi oleh alat metal detector, tentu saja ada peluang besar siswa Gen Z dan alat yang digunakan terbukti handal. Mereka rata-rata yang menggunakan perjokian dengan peralatan canggih lebih memilih jurusan favorit, yaitu Kedokteran.
Dalam rangka preventif meningkatkan pengetatan dan keamanan pada saat pelaksanaan SNBT Tahun 2024, salah satunya dengan melengkapi perbekalan alat metal detector yang wajib terekomendasi kecanggihannya. Metal Detector yang dirancang peka pada hal-hal yang mencurigakan di ruangan ujian untuk mencegah peserta membawa peralatan perjokian masuk ke ruang ujian. Masing-masing ruang ujian di lingkungan kampus penyelenggara kegiatan tes harus dibekali Metal Detector yang terekomendasi.
Metal detector dianggap handal dan membantu karena sudah ada pengalaman dari tahun sebelumnya ada calon mahasiswa yang tertangkap basah saat tes SNBT. Indikasinya peralatan perjokian sudah dipasang rapi, yaitu kamera ditaruh di kancing baju, handpone disimpan di dalam baju dan headset sudah terpasang di dalam kerudung.
Dalam memilih merk Metal Detector tentunya alat ini harus merk yang benar-benar terekomendasi kecanggihannya yang mampu untuk mendeteksi kandungan metal yang berada di suatu produk, peralatan semisal jam tangan, kacamata, ataupun cincin yang sudah dilindungi oleh penciptanya.
Peran metal detector adalah untuk mengantisipasi takutnya ada barang bawaan peralatan perjokian yang akan digunakan kecurangan melakukan ujian bagi Gen Z. Dengan demikian adanya metal detector ini adalah sebagai alat bantu handal bagi sekretariat penyelenggara tes UTBK agar berjalan dengan tertib, lancar dan aman.(*)