Tuesday, October 28, 2025
spot_img

Polehan Jadi Model Kampung Moderasi Beragama, Gelar FGD dan Santunan

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Kelurahan Polehan di Kecamatan Blimbing, Kota Malang, berhasil dipilih sebagai contoh kampung moderasi beragama sejak tahun 2023 lalu. Sebagai tindak lanjutnya, mereka menggelar penguatan kegiatan moderasi beragama di kelurahan tersebut dalam bentuk Focus Group Discussion (FGD) dan santunan bersama.

Demikian diungkapkan Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Blimbing, H. Ahmad Sa’roni kepada MALANG POSCO MEDIA.

-Advertisement- HUT

Ditambahkan, kegiatan ini bertujuan untuk melestarikan budaya toleransi antikekerasan, kerukunan, serta memperkuat moderasi beragama di masyarakat.


HUT

HUT

“Sengaja kita fokus pada output yang dihasilkan. Dengan adanya FGD ini para tokoh agama masing-masing bisa berdiskusi dan mengutarakan masukan untuk kegiatan ke depannya,” tuturnya.

Lebih lanjut, Sa’roni menjelaskan, salah satu poin penting dari kegiatan ini adalah terwujudnya kegotongroyongan dan kerukunan antarumat beragama. Terlebih,masyarakat Polehan telah menunjukkan karakteristik ini dengan saling membantu antarumat beragama, tanpa memandang perbedaan keagamaan.

“Kenapa harus rukun, karena dampak dari disharmoni adalah tidak tentram dan tidak tenang. Kerekatan emosional anak bangsa harus dikuatkan untuk memupuk rasa solidaritas,” lanjutnya.

Ia berharap Kelurahan Polehan dapat menjadi contoh bagi kampung-kampung lain dalam mempraktikkan moderasi beragama. Dipaparkan juga bahwa di Kota Malang, terdapat lima kampung moderasi beragama di setiap kecamatan, namun Polehan dan Tanjungrejo menjadi yang paling diunggulkan.

Kegiatan moderasi beragama ini juga mencakup pertemuan rutin yang tidak hanya berbentuk formal. Namun juga melibatkan kegiatan-kegiatan informal seperti olahraga bersama, makan bersama, dan pertemuan antartokoh agama. Hal ini dilakukan untuk mempererat tali persaudaraan antarumat beragama.

“Jadi di Polehan ini kita ingin kegiatan tidak harus menunggu anggaran. Misalnya dengan olahraga, badminton, futsal, makan bersama dan kunjungan antar tokoh,” terangnya.

Salah satu pemateri dan pemantik diskusi, Prof. Dra. Hj. Mufidah Cholil, M.Ag. menyampaikan pengalamannya dalam membangun kerukunan antar umat beragama. Ia memaparkan, pada awal berdiskusi dengan berceramah di gereja pada tahun 1997 lalu. “Dari situ akhirnya mengumpulkan teman-teman tak hanya Nasrani tetapi juga Hindu, Budha, dan Konghucu,” ujar Guru Besar Fakultas Syariah UIN Maliki Malang tersebut.

Kemudian, selaku founder Perempuan Antar Umat Beragama (PAUB) Malang, ia juga menyebutkan bahwa toleransi yang digagas bersama bukanlah dalam hal kepercayaan atau akidah. Melainkan dalam sisi sosial, ekonomi, dan lainnya. Toleransi itu penting untuk memahami bahwa manusia hidup selalu bersama keberagaman, tapi tetap bersatu untuk kebaikan. “Ternyata hal-hal yang sifatnya kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, itu kita semua sama. Tidak ada perbedaan,” ujarnya.

Selain melakukan FGD, mereka juga memberikan bantuan sosial dan santunan bagi masyarakat tidak mampu, tanpa memandang perbedaan agama. Bantuan sosial diberikan kepada masyarakat dari berbagai agama yang ada di Polehan. Hal ini menunjukkan semangat gotong-royong dan toleransi yang tinggi dalam masyarakat di daerah tersebut. (mg1/nug)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img