Kangen Masa Jadul, Perputaran Uang Tembus Ratusan Juta Rupiah
Suasana tempoe doeloe hadir di kawasan Kelurahan Purwodadi dan Kelurahan Pandanwangi Blimbing Kota Malang, pekan lalu. Selama tiga hari, persisnya Jumat (31/5) hingga Minggu (2/6). Event kangen masa lampau ini ternyata memutar uang. Perputaran ekonominya terbilang tinggi. Tembus Rp 500 juta.
MALANG POSCO MEDIA-Perempuan tampak anggun mengenakan kebaya dan kemben. Sedangkan pria berkaos oblong putih dan sarungan. Itulah sebagian pemandangan di sepanjang Jalan Plaosan Timur sampai Jalan Teluk Grajakan.
Tidak itu saja, saat memasuki kawasan ini lantunan musik gamelan dan keroncong juga menyambut. Warga terlihat menyantap jajanan jadul tradisional yang kini jarang didapatkan. Seperti Talas, Gulali, Cenil, Bothok, Rambut Nenek dan banyak lainnya.
Ya, selama tiga hari warga dua kelurahan ini berada dalam kegiatan “Gebyar Plaosan Timur Jadoel Dadi Wangi”. Kata Dadi Wangi diketahui berasal dari singkatan Kelurahan Purwodadi dan Pandanwangi.
Konsepnya sama dengan event yang pernah digelar Kota Malang yakni “Malang Tempoe Doeloe” yang dulunya diselenggaraan di sepanjang Jalan Ijen. Warga dua kelurahan ini kangen dengan kegiatan itu. Sehingga mereka menggelar kegiatan yang kedua kalinya diadakan itu. Ini disampaikan inisiator kegiatan, yakni Ketua RW 12 Kelurahan Purwodadi, Juari.
Saat ditemui Malang Posco Media, Juari mengenakan pakaian jarik dan udeng. Juari mengatakan konsepnya memang mengikuti Malang Tempoe Doeloe. Selain kangen dengan kegiatan itu, ia juga ingin suasana Tempoe Doeloe yang sarat dengan kebudayaan dan tradisi Malangan bisa dihidupkan kembali. Meskipun dalam skala kecil di tingkat kelurahan.
“Ya memang kami kangen dengan Malang Tempoe Doeloe. Tahun lalu akhirnya saya mencetuskan kenapa tak buat saja sendiri. Buat di kampung sendiri, dan ternyata memang antusias warga besar. Tahun lalu (2022) ada 144 stan yang gabung, tahun ini 160 stan. Bahkan bisa lebih, yang di luar belum kehitung,” kata Juari.
Ia menyampaikan bahwa semangat menghidupkan tradisi dan kebudayaan ini direkatkan dengan momen Hari Lahir Pancasila. Yang diharapkannya bisa menguatkan kembali rasa nasionalisme khususnya bagi pemuda-pemudi kampung sendiri.
Akan tetapi dampaknya lebih dari itu, Juari mengungkapkan perputaran ekonomi warga dengan diadakannya kegiatan ini selama tiga hari melebihi ekspektasi. Ribuan warga dari segala penjuru Malang datang meramaikan.
“Tahun lalu bisa Rp 100 juta lebih perputaran ekonomi disini, itu satu hari. Tahun ini dengan jumlah stan lebih banyak dan pengunjung yang datang ramai sekali, perkiraannya bisa Rp 500 juta untuk tahun ini,” tegas Juari.
Ia kemudian mengungkapkan dari total 160an stan yang ada di “Gebyar Plaosan Timur Jadoel Dadi Wangi”, hampir 80 persen di antaranya yang mengisi adalah warga Kelurahan Purwodadi dan Pandanwangi. Selebihnya ia memberikan kesempatan bagi warga luar kelurahan untuk meramaikan.
Disampaikan Juari bahwa dua kelurahan saat ini Purwodadi dan Pandanwangi memiliki sejarah yang tidak boleh dilupakan. Dahulunya dua kawasan ini satu wilayah yang disebut Plaosan Gempol.
Hal ini tidak banyak diketahui warganya sekarang. Itulah mengapa Juari mengambil wilayah Jalan Teluk Grajakan dan Jalan Plaosan Timur sebagai “venue” utama event Malang Tempoe Doeloe ala Kecamatan Blimbing itu.
“Insya Allah tahun depan akan kami buat lebih baik lagi. Mau saya wajibkan nanti yang buka stan harus pakai baju jadul semua. Ini tadi masih ada yang belum tahun depan wajiblah,” pungkas Juari.
Pj Wali Kota Malang Wahyu Hidayat juga sempat mengunjungi “Gebyar Plaosan Timur Jadoel Dadi Wangi” pada hari pertama di Jumat (31/5) lalu. Ia mengapresiasi apa yang dilakukan warga yang secara mandiri memberikan upayanya untuk membuat kegiatan yang bisa meningkatkan ekonomi warga sendiri.
“Kami sangat apresiasi. Ini bagus sekali. Sangat kreatif warga kita ya. Ini tidak hanya perekonomian jalan, ini juga jadi cara melestarikan tradisi kita seperti kulinernya, mainannya, pakaiannya. Semoga terus diadakan tiap tahunnya,” tegas Wahyu.
Wakil Ketua II DPRD Kota Malang H Asmualik yang sempat ditemui di lokasi juga mengungkapkan hal senada. Ia mengaku sangat takjub dengan keramaian dan perputaran ekonomi yang dihasilkan dari kegiatan ini selama tiga hari. Hal inilah yang patut didukung dan dicontoh warga Kota Malang lainnya.
“Saya takjub sekali. Apalagi dana awal ini dana sendiri lho. Saya harapkan hal-hal seperti ini didorong pemerintah daerah lebih baik. Difasilitasi dan didorong agar kelurahan lain juga punya event menarik lainnya,” pungkas dia. (sisca angelina/van)