Malang Posco Media, Malang – Roti menjadi salah satu produk kuliner yang permintaannya tak pernah berhenti. Tak heran jika UMKM roti terus bermunculan dengan berbagai varian andalan masing-masing. Salah satu pendatang baru yang kini hadir di Malang Raya adalah Roti Saya Bundar.
Berada di bawah manajemen Bgers Food, Roti Saya Bunda mulai eksis Agustus 2023 lalu. Brand ini muncul karena banyaknya permintaan khusus dari customer untuk mendampingi nasi kotak yang selama ini diproduksi oleh Bgers Food.
“Sebenarnya kami sudah memproduksi jajan pasar untuk mendampingi nasi kotak. Tapi harga jajan pasar tidak bisa ditekan karena bahan-bahan yang digunakan mahal. Untuk menyiasatinya, kami mulai memproduksi roti. Meski tetap menggunakan bahan premium, tapi kami masih bisa menekan HPP dan menjual dengan harga yang bersaing,” terang owner Bgers Food, Ricca Ausi Triayuningtyas pada Malang Posco Media.

Roti Saya Bundar dihadirkan dengan berbagai ukuran dan varian rasa. Mulai dari roti mini yang dibanderol Rp 2.000/pcs hingga roti ater-ater (hajatan) dengan ukuran besar yang dibanderol Rp 13.000/pcs. Ricca menyebutkan, varian paling best seller yang sering dipesan oleh customernya adalah double choco dan abon.
“Kami juga menerima special order dari customer, baik ukuran maupun rasa. Tinggal disesuaikan dengan budget yang mereka sodorkan,” sambungnya.
Ricca sendiri mengawali Bgers Food di tahun 2011. Saat itu ia hanya menjual Burger Nasi bersama adiknya, Juan Revi yang kala itu rehat bermain sepakbola akibat cedera. Usaha ini pun kemudian berkembang menjadi katering harian, bento dan nasi kotak. Sekitar tahun 2016, Ricca memutuskan pensiun dari bank BUMN tempatnya berkarir dan fokus mengembangkan usaha kateringnya. Namun perjalanan usahanya ini tak semulus impiannya. Satu tahun berjuang dengan mengandalkan uang pesangon sebesar Rp 50 juta, bisnisnya malah terjun bebas.
“Sempat mutung ingin berhenti, namun ditentang oleh mama saya. Karena sudah terlanjur menggeluti usaha ini, mama bilang ya lanjutkan saja. Berjuang terus. Alhamdulillah, bisa terus hingga di titik ini,” ucapnya penuh syukur.
Melebarkan sayap dari bidang usaha katering nasi kotak ke produksi roti tentu bukan hal yang mudah. Meski sama-sama di bidang F&B, namun Ricca mengaku jika ia harus belajar lagi dari awal. Ia pun mengikuti kursus membuat roti untuk memperkaya wawasan dan ilmu tentang produksi roti. Ada ilmu yang ia serap, namun ada juga yang sengaja tak diikuti.
“Salah satunya adalah penggunaan pemanis buatan untuk menekan HPP. Saya tidak mengikuti langkah ini karena membuat produk roti kurang enak dan tidak sehat. Penggunaan pemanis buatan pada roti menyisakan after taste yang sedikit pahit. Jadi saya memutuskan menggunakan gula asli meski pada akhirnya mengurangi laba,” beber perempuan kelahiran Surabaya, 1 Januari 1979 ini. (nda)