MALANG POSCO MEDIA– Bareskrim Polri benar-benar bekerja keras di balik pengungkapan pabrik narkoba di Kota Malang. Untuk menggerebek pabrik narkoba terbesar di Indonesia ini, beberapa unit tim Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim harus menyamar sejak bulan Mei 2024 lalu.
Dua bulan lebih, tim yang disebar tersebut melakukan pengamatan untuk memastikan bila salah satu rumah di Jalan Bukit Barisan Kota Malang itu benar-benar digunakan untuk memproduksi ekstasi ataupun ganja sintetis.
“Tim-tim ini ada yang menjadi surveillance atau tugas lain,” ujar sumber terpercaya Malang Posco Media dari Ditreskoba Polda Jatim.
Di balik penggerebekan pabrik narkoba di Kota Malang yang merupakan terbesar sepanjang sejarah Indonesia, Bareskrim Polri ternyata awalnya sempat ragu.
Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri Brigjen Pol. Mukti Juharsa sampai turun langsung dan berkali kali memastikan ke warga sekitar terkait rumah yang dijadikan pabrik narkoba tersebut.
Ia mengaku melakukan penyamaran karena pabrik ini menyaru sebagai kantor Event Organizet (EO) dan berada di daerah padat pemukiman. Kecurigaan makin menguat setelah tercium adanya bau tidak sedap.
“Sempat saya tanyakan ke kelurahan, memangnya sempat mencium ‘bau’ bangkai pak? Kami mau nabrak (menggerebek) sempat mundur juga, karena ini tempat EO,” ungkap Mukti.
Meski sempat ragu, pihaknya berpegang pada hasil pengungkapan sebelumnya. Mukti menceritakan, penggerebekan ini ada kaitannya dengan kasus gudang penyimpanan di Apartemen Kalibata City Jalan Raya Kalibata, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan. Tepatnya di gudang transit yang berada di Tower Jasmine dan Tower Ebony Apartemen Kalibata City pada 29 Juni lalu.
Di sana lah ditemukan barang bukti berupa Sinte atau Tembakau Sintetis dengan berat total 23 kilogram. Dari pengembangan kasus itu, didapatkan informasi bahwa barang haram itu dikirim dari Kota Malang.
“Kami yakin karena sudah ada nama yang tertangkap di Jakarta dengan gambaran (pelaku) atas nama S, nomor teleponnya ada. Kami trace (lacak, red) rumahnya di sini, yang mengirim 23 kilogram Sinte ke Jakarta,” sebutnya.
“Maka kami yakinkan lokasi dan benar terbukti. Saya kemarin sampai pusing kepala gara gara cium itu,” sambung jenderal polisi bintang satu ini.
Mukti menyebut, narkoba jenis tembakau sintetis atau tembakau gorila ini tergolong mudah dibeli dan banyak digunakan oleh anak muda. Modus yang digunakan para bandar maupun pengedar narkotika pun makin berkembang.
Jika biasanya masuk secara sembunyi-sembunyi, baik melalui laut, darat maupun udara, kini narkotika masuk dalam wujud bahan baku yang disamarkan menjadi bahan prekusor (senyawa kimia pembuat narkotika).
Pengungkapan ini pun harus disyukuri karena mencegah beredarnya narkotika tersebut, dua bulan sejak awal beroperasional.
“Dari bulan Mei sudah segini banyaknya. Kalau kasus Bali, enam bulan (operasional). Ini dalam dua bulan sudah bisa memproduksi 1,2 Ton Sinte, 25 ribu ekstasi dan 25 ribu Xanax. Kami juga apresiasi rekan rekan Bea Cukai yang selalu bersama- sama, bergandengan tangan untuk memberantas narkotika yang masuk ke Indonesia,” tandasnya. (ian/van)