MALANG POSCO MEDIA – Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022 akan diingat selamanya. Masyarakat Malang Raya, Indonesia bahkan dunia pasti terus mengingat salah satu tragedi sepakbola paling ngeri di dunia. Keadilan terus diperjuangkan bagi para keluarga korban. Karena itu, jangan ada lagi tindakan yang melukai hati masyarakat, khususnya keluarga korban tragedi Kanjuruhan.
Dibongkarnya Gate 13 Stadion Kanjuruhan adalah tindakan yang sangat melukai hati masyarakat, khususnya keluarga korban. Apalagi sebelumnya dalam kesepakatan pembangunan museum, Gate 13 tidak akan diutak-atik. Apalagi sampai dibongkar.
Karena itulah, keluarga korban yang tergabung dalam Yayasan Keadilan Tragedi Kanjuruhan (YKTK) menuntut agar PT Waskita Karya mengembalikan kembali Gate 13 seperti semula dan tak diotak-atik lagi. Bagi keluarga korban, Gate 13 Stadion Kanjuruhan sangat sakral sebagai histori bagi supporter yang meninggal dalam tragedi 1 Oktober 2022.
Yang perlu dipertanyakan, mengapa pihak yang membongkar tak melakukan komunikasi dengan keluarga korban? Apalagi sebelumnya sudah ada kesepakatan yang harus sama-sama dihormati. Siapa pun tentu tidak terima, bila kesepakatan dilanggar. Apalagi yang dibongkar adalah hal yang sakral.
Stadion Kanjuruhan memang milik dan aset Pemkab Malang. PT Waskita Karya memang diberikan hak untuk renovasi Stadion Kanjuruhan pasca tragedi Kanjuruhan. Tapi tak adakah ruang akomodatif yang bisa memenangkan hati keluarga korban tragedi Kanjuruhan.
Ketika keadilan tidak berpihak pada mereka, ketika suara-suara mereka nyaris tak didengar, ketika perjuangan mereka juga tidak dihargai, haruskah Gate 13 yang tersisa di Stadion Kanjuruhan harus juga dihancurkan dengan arogan. Dimana keberpihakan penguasa kepada rakyatnya? Kalau tidak ada keluarga korban, siapa yang akan terus menyuarakan keadilan dan mengingatkan kepada semua agar tragedi mengerikan itu tak terulang kembali.
PT Waskita Karya memang berjanji akan mengembalikan Gate 13 ke bentuk semula. Namun semua sudah dibongkar. Tentu semua sudah berubah. Mengembalikan keaslian sama dengan sebelumnya tentu mustahil. Secanggih apapun pembangunannya, tak mungkin bisa membangun seperti aslinya. Bangunannya mungkin sama, tapi keaslian Gate 13 tentu pasti beda.
Keluarga korban tragedi Kanjuruhan sudah terluka. Hati mereka tentu hancur lebur setiap melihat Stadion Kanjuruhan. Apalagi setiap 1 Oktober. Lebih hancur lagi ketika Gate 13 yang bisa dilihat sebagai kenangan, juga dihancurkan. Yang punya kuasa, siapa pun, jangan arogan. Jangan hancurkan hati dan perasaan keluarga korban dan masyarakat.(*)