Karya Penyetaraan Disabilitas ala Riza Agung Pribadi
Riza Agung Pribadi memilih jalan berbeda. Ia membaktikan hidup untuk sesama, terutama penyandang disabilitas. Omah Gembira dan berbagai karya Penyetaraan Disabilitas merupakan jejak pengabdiannya.
===========
MALANG POSCO MEDIA – Getaran hati ketulusan dari penyandang disabilitas, membawa Riza Agung Pribadi mendirikan Omah Gembira. Pemuda yang akrab disapa Riza ini, sampai sekarang masih bersikeras ingin menyetarakan derajat para saudara penyandang disabilitas.
Pemuda 24 tahun ini, mengawali kisah membersamai tumbuh kembang disabilitas sejak 2020 lalu. Berawal dari pertemuan dengan temannya yang disabilitas jenis cerebral palsy (lumpuh otak atau keterbatasan intelektual dan motorik), namun sangat aktif sebagai relawan.
“Realita di dekat saya ini, kemudian memberikan tamparan keras bagi saya. Dan membuat saya makin penasaran, apakah ada lagi sosok yang memiliki cerita seperti teman saya itu,” ceritanya.
Menjawab rasa penasarannya, Riza menantang dirinya untuk ikut terjun langsung. Ia sempat tergabung menjadi relawan di Yayasan Bhakti Luhur. Sebuah yayasan yang aktif dalam pemenuhan kebutuhan penyandang disabilitas di sektor, kesehatan, pendidikan dan lively hood/kewirausahaan/mata pencaharian.
Dari keterlibatan langsung itulah, Riza mendapatkan pengalaman sangat berharga. Saat itu, ia mengikuti perayaan Hari Disabilitas Internasional (HDI), oleh Yayasan Bhakti Luhur. Di momen pentas seni, ada salah satu penampil yang merupakan penyandang down syndrome.
“Di kesempatan itu, gadis kecil ini riang gembira menari-nari. Satu momen, tiba-tiba kami kontak mata, dan dia langsung menghampiri dan menarik saya ikut menari. Di akhir, ia memeluk saya, dan di saat itulah hati saya bergetar dan semakin yakin saya harus berbuat banyak untuk mereka,” kenang Riza.
Pemuda yang pernah mengenyam pendidikan di SMAN 10 Malang Leadership Academy dan SMAN Taruna Nala Jawa Timur ini mulai meraba langkah yang bisa ditempuh selanjutnya. Kemudian ia bersama dua orang adik tingkatnya di bangku kuliah, mulai mendirikan Omah Gembira.
“Saat berada di yayasan itu, saya mendapatkan ilmu tentang permasalahan yang kerap terjadi pada penyandang disabilitas. Seperti selalu dipandang kasihan, kemudian banyak orangtua yang belum aware dengan kondisi anaknya, karena masih belum bisa seutuhnya menerima kondisi tersebut,” jelas Alumnus Universitas Negeri Malang (UM) itu.
Meskipun tak berasal dari jurusan kuliah yang linier dengan pengetahuan disabilitas, berbekal panggilan kemanusiaan dan pengalaman di yayasan menguatkan Riza. Ia mukai membuat program dan secara bertahap menjalankannya bersama dengan Omah Gembira.
Riza menyebutkan, pemilihan nama Omah Gembira ini memiliki makna yang cukup dalam. “Begitulah sebuah Hadist Riwayat dari Abu Ya’la, yang pernah saya baca dan akhirnya kami pedomani. Kami membulatkan tekad keberlanjutan tugas kemanusiaan sangatlah penting, dilakukan untuk membentuk lingkungan inklusif bagi para penyandang disabilitas,” sebut Riza.
Hadirnya Omah Gembira, bisa membawa lebih banyak senyum untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus ini. Omah Gembira telah membangun kerjasama dengan lembaga yang memiliki tujuan yang sama. Beberapa program yang digelar yakni education of inclusif (edu inc).
Fokus program ini ada pada bidang pendidikan, yang diisi dengan bina latih dan belajar bersama. Selain itu, ada terapi untuk orang tua dan penyandang disabilitas, seperti fisioterapi.
“Kami juga pernah mendapatkan bekal pengetahuan dari Kementerian Sosial, tentang hal dasar dan kami hanya membantu membina dan melatih fisik teman-teman, dan belajar bersama agar mereka bisa mandiri,” ujarnya.
Proyeksi hasil pembelajaran ini, kemudian dituangkan dalam pembuatan karya. Sehingga, mereka bisa menumbuhkan nilai diri atas hasil sebuah kinerja, yang dibangun secara bertahap dan konsisten.
“Ada banyak teman-teman disabilitas yang diinkubasi, sekitar 30 orang lebih. Ada yang menjadi agenso modal tuli, influencer disabilitas yang dapat me-review produk, makanan, kafe, tetapi memakai bahasa isyarat, dan inilah yang menjadi value yang ingin diangkat oleh kami,” tembah Riza.
Saat ini, Omah Gembira di Malang telah mengadakan kerjasama dengan Resto Harmoni. Kerjasama dalam sektor mewujudkan ekosistem yang inklusif, dengan membuka kesempatan menerima pekerja disabilitas.
Bahkan, teman-teman tuna rungu juga diajak untuk mengajar, mendongeng. Menurut Riza ini adalah bentuk edukasi bahwa guru tuna rungu juga menjadi bentuk profesi. Omah Gembira terus menggaungkan isu disabilitas, kepada masyarakat luas.
Ada tiga pesan penting yang disampaikan oleh Riza terkait masalah disabilitas. Mulai dari penghapusan stigma belas kasihan, kepada penyandang disabilitas. Hal yang paling dibutuhkan adalah kesetaraan, dengan sama-sama berdaya melalui nilai diri.
“Kemudian penghapusan stigma, disabilitas adalah penyakit. Jelas ini hal yang keliru. Karena pada dasarnya disabilitas ialah suatu keragaman, sama seperti teman-teman yang memiliki rambut keriting, lurus, gelombang, disabilitas juga sama, ada yang tuna rungu, grahita, dan lain-lain. Ini bukanlah suatu kecacatan tetapi murni takdir Allah,” pesannya.
Terakhir, pesan Riza adalah berjuang menghapus diskriminasi terhadap penyandang disabilitas dalam bentuk apapun. Masih sering ditemui adanya perundungan, kekerasan hingga perbuatan pelecehan. “Semua kampanye ini terus kami gaungkan, dan kami tetap berusaha agar Omah Gembira ini menjadi Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) dan saat ini, kami sudah menerima penerimaan pengajuan sebagai yayasan,” tandasnya.
Sosok Riza sendiri memang bisa dikatakan luar biasa. Selain sebagai pegiat sosial, Alumni SMPN 2 Malang ini, ternyata juga memiliki deretan prestasi luar biasa.
Ia pernah menyabet Juara 2 Pemuda Pelopor oleh Kemenpora RI di bidang agama, sosial dan budaya. Akhir tahun 2023 lalu, Riza menyabet penghargaan inovasi terbaik se-Jawa Timur. Dan hal ini yang akan dibawa ke tingkat nasional di Bursa Efek Indonesia (BEI), bersama Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Malang. Ia berhasil mengusung awareness terhadap disabilitas, dengan membuat edukasi investasi untuk disabilitas yang memakai bisindo (bahasa isyarat Indonesia).
Selain itu, melalui Omah Gembira prestasi juga berhasil diukir. Karya relawan dalam bentuk Kriya Gembira ini, berhasil mendapatkan nominasi dalam lomba yang digelar ASTRA Motors. Sementara, dua adik kelas Riza yang ikut mendirikan Omah Gembira yakni Fatimah dan Adis, juga mengukir prestasi di ajang Technology, Entertainment, Design (TED) UM dan lomba inovasi digital di kampus pendidikan terbesar di Kota Malang, tersebut. (rex/van)