spot_img
Friday, July 4, 2025
spot_img

Susu Pasteurisasi vs Susu UHT: untuk Anak, Pilih yang Mana?

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Oleh: Hiya Alfi Rahmah, S.Gz., MPH., RD

Dosen Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Jenderal Soedirman

         Anak-anak merupakan periode kehidupan usia 5 hingga 9 tahun di mana pada masa ini kesehatan sangat penting untuk diperhatikan. Pada periode usia ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang pesat sehingga perlu diimbangi asupan makanan yang sehat. Makanan yang sehat merupakan makanan dengan prinsip gizi seimbang yang menggantikan istilah 4 sehat 5 sempurna.   Prinsip gizi seimbang menganjurkan keseimbangan dari segi variasi bahan makanan serta porsi yang harus dikonsumsi. Salah satu kelompok bahan makanan yang direkomendasikan adalah protein yang dapat berasal dari nabati maupun hewani.

         Salah satu protein hewani yang banyak diberikan kepada anak-anak adalah susu sapi sebagai lanjutan pemberian susu dari masa balita (masa setelah bayi dilahirkan sampai sebelum berumur 59 bulan). Mungkin banyak orang tua yang bertanya perlukah anak tetap diberikan susu selepas balita?

         Berkaca pada prinsip gizi seimbang, maka dukungan susu dapat tetap diberikan apabila dirasa sumber protein hewani lain tidak cukup memenuhi kebutuhan protein harian anak. Namun demikian, diperlukan pemberian susu sapi yang bijak kepada anak terutama agar tidak mengganggu waktu makan utama anak. Bila susu diberikan pada waktu mendekati makan utama, maka anak akan menolak makan utama karena masih merasa kenyang.

         Lalu susu sapi seperti apa yang seharusnya diberikan untuk anak? Susu sapi di pasaran banyak dijual dalam berbagai jenis, merk dan ukuran. Susu berbentuk cair yang banyak beredar di Indonesia adalah jenis susu pasteurisasi dan susu UHT (ultra-high temperature). Kedua jenis susu ini masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Mari kita simak bersama!

         Pasteurisasi bertujuan untuk membunuh mikroorganisme pathogen (penyebab penyakit) yang terdapat pada susu, namun tidak semua bakteri akan hilang/ mati karena ini. Metode industri ini melibatkan penerapan panas 75-80°C selama 15 detik, setelah itu susu didinginkan dengan cepat hingga kurang dari 5°C sehingga proses pasteurisasi dapat mempertahankan rasa susu segar seperti aslinya. Sedangkan susu UHT (ultra-high temperature) dipanaskan pada suhu 135-150 °C selama 4-15 detik dengan tujuan membunuh bakteri dalam susu sepenuhnya.

         Berdasarkan proses pemanasan yang dilakukan, pasteurisasi tidak dapat menghilangkan semua mikoorganisme dalam susu. Hal ini menyebabkan umur simpan susu pasteurisasi relatif singkat, yaitu 10-14 hari dan membutuhkan pendingin agar tidak cepat rusak/ basi.          Sebaliknya karena proses UHT dapat membunuh seluruh mikroorganisme dalam susu sehingga umur simpan susu jenis ini relatif lama hingga >6 bulan. Selain itu, susu UHT dapat disimpan di suhu ruangan. Karena alasan inilah susu dalam kemasan yang banyak dijual di pasaran adalah jenis susu UHT.

         Berkaitan dengan kandungan zat gizi pada susu, secara umum proses pemanasan tidak mempengaruhi jumlah lemak, vitamin yang larut dalam lemak, karbohidrat dan mineral pada susu yang dipasteurisasi ataupun yang mengalami proses UHT. Protein dan vitamin larut air merupakan zat gizi yang paling mudah terpengaruh oleh panas. Sekitar 10 persen dari protein akan terdenaturasi selama proses pasteurisasi, sementara selama proses UHT potensi kehilangan protein sampai dengan 70 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa proses pasteurisasi sedikit lebih unggul karena kandungan zat gizi terutama protein yang terdapat di dalam susu masih relatif terjaga.

         Hal lain yang perlu diperhatikan adalah adanya penambahan gula, pewarna dan perisa makanan pada susu kemasan yang dijual di pasaran. Umumnya penambahan ini banyak dilakukan pada susu UHT. Para orang tua tidak perlu khawatir karena penambahan gula, pewarna dan perisa pada susu kemasan yang telah mendapat izin edar pastinya sudah memenuhi yang dipersyaratkan pemerintah melalui BPOM.

         Namun demikian, yang perlu diperhatikan adalah banyaknya konsumsi gula yang terkandung dalam susu kemasan. Pada masa anak bila berlebihan mengkonsumsi susu yang terdapat kandungan gula di dalamnya akan menimbulkan efek. Efek yang mudah terlihat adalah timbulnya carries gigi dalam jangka waktu pendek, sedangkan dalam jangka panjang risiko terjadinya penyakit Diabetes Mellitus perlu diwaspadai.

         Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan orang tua sebelum memilih susu antara lain: (1) tanggal pembuatan dan umur simpan kemasan, (2) cara penyimpanan minuman agar susu tidak basi/ rusak karena penyimpanan yang salah, (3) kandungan gula pada kemasan, sebaiknya orang tua memilih susu dengan kandungan gula yang paling rendah untuk setiap takaran sajinya.

         Pemilihan jenis susu bagi anak-anak sebaiknya didasarkan pada pertimbangan kelebihan dan kekurangan dari masing-masing jenis susu. Apabila mengharapkan kandungan gizi yang lebih baik, maka susu pasteurisasi dapat dipilih. Akan tetapi, susu pasteurisasi memiliki daya simpan yang relatif pendek sehingga penggunaan dan penyimpanan harus lebih diperhatikan.

         Sedangkan susu UHT memiliki keunggulan daya simpan yang lebih lama dan memliki variasi rasa yang lebih banyak di pasaran. Namun demikian, kandungan protein mungkin lebih rendah dan perlu diperhatikan kandungan gula yang ada di dalamnya. Mari bijak memilih jenis susu untuk anak-anak Indonesia!(*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img