.
Thursday, November 21, 2024

VJ Luwky, Visual Artist Kelas Dunia Asal Kota Malang

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Dibalik gemerlap kemegahan Ultra Music Festival di Split, Kroasia Juli kemarin, ternyata ada andil sentuhan tangan ‘Arek Malang’. Yakni Lucy Bayu Kurniawan, sebagai Visual Jockey (VJ) atau kini disebut Visual Artist. Dia lah orang di balik layar yang bertanggung jawab menyajikan karya visual yang biasa ada di saat konser, maupun even di klub hiburan dan sebagainya.

Sejumlah artis dalam dan luar negeri pun telah menjadi langganannya. Untuk di dalam negeri, seperti Judika hingga Cakra Khan. Lalu untuk luar negeri, seperti Wizkid, Tems, Sarz hingga yang terbaru dipercaya Top100DJ Dunia versi DJmagz yaitu DJ W&W dalam Europe Summer Tour saat Ultra Music Festival kemarin.

MEGAH: VJ Luwky (kiri) saat berada di Ultra Music Festival Juli kemarin di Kroasia bersama Fabian, salah satu lighting desainer.

“Kalau DJ (Disc Jockey) main, kan orang itu dengar musiknya saja. Pasti ada yang mainkan visual untuk backgroundnya dia. Jadi yang main visual itu VJ,” ujar Luwky ditemui saat tengah berada di Indonesia, tepatnya di studio miliknya, Xchain Lab, kemarin.

Luwky sudah menekuni profesi visual artist ini, sebenarnya sudah sejak 2010 silam. Namun dirinya kala itu tidak terlalu menyadari bahwa pekerjaannya tersebut merupakan sebuah profesi yang cukup eksklusif karena belum banyak yang mampu. Luwky yang saat itu, di momen yang sama juga menekuni profesi sebagai artist band lokal, kemudian memutuskan tak lagi melanjutkan sebagai pemain band.

Ia justru berfokus mendalami dan makin banyak belajar tentang visual art. Ia juga sering mendatangi berbagai even atau konser festival yang besar di Indonesia. Momen krusialnya, yakni saat ia ingin menemui Vello Virkhaus, salah satu host visual dari Ultra Music Festival.

“Tahun 2015 ada Ultra Musik Festival di Bali yang pertama kali. Itu saya cari sangu, menabung untuk menemui orang itu. Saya beli tiket, tapi sebelumnya tidak kenal hanya kami memang satu grup di Facebook. Pas di Bali, ternyata dia tidak datang karena indikasi kanker,” kenang Luwky.

“Tapi di sana ada orang lain dan saya lihat kok familiar. Ternyata dia Grand Davis, yang menggantikan Vello Virkhaus. Dia itu malah yang menciptakan VJ itu bahkan. Disitu saya tukar kontak,” sambung pria 36 tahun ini.

Selang dua tahun, atau tepatnya pada tahun 2017, Grand menghubungi Luwky karena membutuhkan visual artist di dua tempat sekaligus. Yakni di Singapura dan Korea. Dari situlah Luwky menunjukkan kebolehannya dan kemudian mendapatkan kepercayaan banyak pihak.

Eks trainer dari Ableton Indonesia itu pun kemudian dikenal oleh Vello Virkhaus dan tidak lama ia bisa bertemu secara langsung dengannya. Tak pelak, Luwky pun sejak saat itu kiprahnya makin bersinar.

Kini Luwky sudah melanglang buana ke berbagai negara. Tidak kurang dari 400 penampilan yang sudah ia lakoni sampai saat ini. Ia bahkan sempat berpindah perform di tiga tempat berbeda secara maraton dalam satu hari, dengan disupport akomodasi private jet.

“Sekarang sudah sangat terbiasa. Tiap even ya sudah seperti rutinitas. Yang paling berkesan itu Ultra Music Festival Europe kemarin. Disitu agak pressure,” beber alumnus Fakultas Sastra, jurusan Desain Komunikasi Visual Universitas Negeri Malang ini.

Tidak hanya konser, Luwky telah melewati satu dekade lebih, untuk mengerjakan Live Design dan Previz untuk Even, Themes Park dan tempat hiburan. The H Club Jakarta dan W Superclub Atlas Bali adalah beberapa diantaranya. Ia pun sudah menelurkan banyak karya kreatif untuk pariwisata di kotanya sendiri. Contohnya bisa dilihat langsung di Kota Batu, yakni di Milenial Glow Garden di Jatimpark 3 atau Hanoman Dome Theatre di Ecogreenpark.

Profesi visual artist seperti dirinya ini, dikatakan Luwky sudah mulai banyak yang menekuninya. Bahkan pada akhir Juli kemarin, sudah mulai terbentuk sebuah asosiasi yang khusus membidangi profesi tersebut. Yakni AVJI atau Asosiasi Visual Jockey Indonesia. “Kalau di Indonesia, profesi ini bagi orang awam masih dipandang sebelah mata. Tapi di luar negeri, profesi ini sangat dihargai. Makanya profesi ini potensinya besar, apalagi software dan tools-nya bisa didapatkan dengan mudah dan harganya murah,” tandasnya. (ian/adv/aim)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img