.
Thursday, November 21, 2024

TAHUN POLITIK

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Oleh : drh. Puguh Pamungkas, MM
Presiden Nusantara Gilang Gemilang
Founder RSU Wajak Husada

79 tahun kemerdekaan Indonesia tahun ini memang sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, momentumnya berbarengan dengan tahun politik dimana beruntun ada pemilihan umum dan pemilihan Presiden, lalu disambung dengan pemilihan kepala daerah baik gubernur ataupun bupati, wali kota yang akan dilaksanakan serentak pada 27 November mendatang.

Beruntunnya proses politik dan peristiwa suksesi yang ada ini tidak menafikan menjadikan suhu dan tensi politik di tanah airpun semakin dinamis dan banyak kejutan, bukan hanya di level nasional, namun hingga level lokal.

Persetruan kelompok koalisi dan oposisi menjadi topik menarik yang diperbincangkan, hingga “adu absah” para kandidat kepala daerah yang hendak bertanding di pilkada serentak, turut menarik perhatian sebagian besar masyarakat.

Namun yang tidak boleh kita lupakan adalah bahwa bangsa kita yang telah memperjuangkan dan merebut kemerdekaan 79 tahun lalu ini memiliki spirit yang sama yakni mewujudkan bangsa Indonesia dan segenap tumpah darahnya menjadi bangsa yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur.

Peristiwa demi peristiwa sejarah perjalanan politik dan pemerintahan yang berlangsung di bangsa ini adalah wujud komitmen dan kesatuan tekad segenap anak bangsa terhadap persatuan dan kesatuan, terhadap janji suci dalam berbangsa dan bernegara diatas Pancasila dan UUD 1945.

Mungkin hampir sebagian kita lupa bahwa reformasi yang pernah terjadi di negeri ini sudah berlalu 26 tahun yang lalu. Tragedi kemanusiaan yang meminta tumbal banyak dari kalangan mahasiswa ini seakan tergerus seiring dengan “euforia” pesta demokrasi yang sebentar lagi berlangsung. Banyak kalangan menyatakan bahwa situasi yang terjadi saat ini juga tidak lebih baik dari era orde baru yang berkuasa selama 32 tahun dan tumbang saat reformasi berlangsung, karena Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) sekarang juga masih terjadi.

Namun demikian, seperempat abad perjalanan reformasi di bangsa kita tentu masih memiliki nilai-nilai positif dan keberhasilan, seperti kebebasan dalam berpendapat, berserikat dan berkumpul, serta banyak lahirnya lembaga-lembaga swadaya masyarakat (NGO) yang juga turut menguatkan demokrasi di Indonesia. Ada banyak pencapaian bangsa Indonesia pasca 26 tahun reformasi, yang memungkinkan rakyat menjadi pemimpin dan mewujudkan kesejahteraan yang diharapkan.

Masih maraknya praktek KKN dan krisis integritas juga menjadi salah satu momok serta indikator berhasil atau tidaknya perjalanan reformasi, dimana integritas ini juga banyak dijadikan sebagai alat ukur bagi tertinggal dan majunya sebuah bangsa. Sebut saja Singapura dan Korea selatan, dua bangsa ini masih terbilang muda, Singapura yang baru merdeka tahun 1953 dan Korea Selatan yang baru merdeka tahun 1945 ini laju pertumbuhan negaranya mengalahkan bangsa-bangsa yang umurnya sudah ratusan tahun. Salah satu kunci sukses dua bangsa tersebut adalah kemampuan mereka dalam membangun manusianya dengan menjadikan “integritas” diatas segala-galanya. Selain itu keteladanan yang diberikan oleh para pemimpinnya atau biasa dikenal dengan istilah “Walk the Talk” cukup ampuh membangun integritas masyarakatnya.

“Mengawal reformasi adalah perkara mengawal integritas para pegiat demokrasi dan politik pasca reformasi. Krisis integritas ini akan berujung pada krisis kepercayaan dan kepercayaan itu adalah barang mahal yang harus dijaga oleh siapa saja yang menginginkan kemajuan dan kemakmuran lahir di sebuah negeri. Bahwa “Trust” masyarakat kepada negara atau kepada penyelenggara pemerintahan sangat dipengaruhi oleh Karakter dan Kompetensi dari sumber daya manusia yang menjadi penyelenggara negara atau pemerintahan tersebut.

Kisah masyhur bobolnya benteng “great wall” di Tiongkok yang dibangun oleh Kaisar Qin Shi Huang akibat penjaga pintu benteng tersebut berhasil di suap oleh pasukan Barbar yang berakibat kekalahannya dalam peperangan adalah sebuah potret bahwa integritas dan menjaga kepercayaan itu sangat penting sekali dalam menjaga keutuhan bangsa dan negara.

Krisis kepercayaan ini menjadi ancaman kita bersama, tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya apabila seorang anak tidak lagi percaya kepada bapaknya karena dia sering melihat kelakuan bapaknya yang asusila, tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya apabila seorang santri murid tidak lagi percaya kepada gurunya karena dia sering melihat gurunya melakukan tindak kriminal, tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya apabila masyarakat tidak lagi percaya kepada pemerintah penyelenggara negara karena mereka begitu sering melihat para pejabat penyelenggara negara melakukan tindak pidana menyalahi hukum dan peradilan.

“Reformasi adalah “hutang darah”, jangan sampai reformasi hanya melahirkan “status quo” baru yang otoriter dan mencederai semangat perubahan dan pembaharuan bangsa menjadi lebih baik. Indonesia adalah bangsa yang “gemah ripah lohjinawe”, sangat disayangkan jika keberlimpahan resources yang dimiliki oleh negeri ini hanya berakhir pada dominasi segelintir kekuatan dan kekuasan. Oleh karenanya semangat reformasi harus terus di galakan agar Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia bisa diwujudkan untuk menguatkan kepercayaan rakyat.

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img