MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Capaian retribusi sarana olahraga di Kota Malang selama setengah tahun ini sudah menunjukkan hasil yang positif. Sejak Januari hingga Juli kemarin, tercatat capaian retribusi dari 32 sarana olahraga yang ada di Kota Malang sudah dari target yang ditetapkan pada tahun ini.
Kepala Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata Kota Malang Baihaqi mengungkapkan, hingga Juli kemarin capaian retribusi sudah mencapai 78 persen dari target Rp 650 juta untuk tahun ini.
“Sehingga dalam Perubahan APBD itu, kami ditambah target Rp 200 juta. Jadi target (retribusi sarana olahraga) tahun 2024 mencapai Rp 850 juta,” ungkap Baihaqi kepada Malang Posco Media, Rabu (28/8) kemarin.
Dari sejumlah sarana olahraga yang disewakan, Baihaqi mengungkap ada dua sarana olahraga yang menjadi favorit bagi masyarakat sehingga memberikan kontribusi besar untuk capaian retribusi. Yakni Kolam Renang Gajayana dan GOR Ken Arok.
Hampir setiap hari, banyak masyarakat maupun komunitas yang berolahraga renang hingga membuat sarana olahraga itu tidak pernah sepi. Sedangkan GOR Ken Arok, juga kerap disewa untuk beragam jenis kompetisi seperti Proliga, Kejuaraan Karate, maupun kejuaraan olahraga lainnya
“GOR Ken Arok itu untuk event bertiket, satu hari Rp 2 juta (sewanya), full. Kalau Stadion Gajayana ini katakan untuk Liga1, Rp 1,5 juta. Kalau konser, beda lagi karena disamping sewa stadion, kan juga ada pajak hiburan. Kalau kolam renang, pakai QRIS bisa langsung, satu jam berapa pengunjung,” sebut Baihaqi.
Sementara untuk sarana olahraga lain yang juga disewakan, tidak seberapa banyak yang menyewanya. Misalnya seperti lapangan Tenis Jalan Surabaya, lapangan Arjosari, lapangan Sampo, lapangan Sanansari, hingga lapangan Gayam.
Menurut Baihaqi, ada sejumlah faktor yang menyebabkan adanya kenaikan yang signifikan pada tahun ini. Yang pertama yakni seluruh sarana olahraga yang disewakan, telah menggunakan layanan QRIS atau non-tunai. Sehingga bisa memaksimalkan penerimaan karena langsung masuk dalam kas daerah.
Selain itu, pihaknya juga meningkatkan aplikasi Simbah-e, sebuah sistem pembayaran yang bersifat online, sehingga warga masyarakat, komunitas, maupun pelanggan yang akan menggunakan sarana olahraga, tidak perlu bertemu atau berhadapan langsung dengan petugas untuk memesan.
“Cukup dengan menggunakan Simbah-e itu saja. Itu termasuk kami juga memberikan penguatan di dalamnya, jadi kemudian bagaimana pelanggan itu bertransaksi non tunai. Itu terbukti penerimaan retribusi mencapai angka luar biasa. Sepanjang tahun kemarin realisasinya kurang lebih hanya Rp 650 juta,” pungkasnya. (ian/aim)