spot_img
Friday, July 4, 2025
spot_img

Departemen Psikiatri FKUB – RSSA Malang Edukasi Atasi Stres dan Kesehatan Mental

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) bekerjasama dengan RSSA Malang mengadakan program pengabdian masyarakat di SMP dan SMA Kristen Petra Malang, Kamis, (29/8).

FKUB

Kegiatan yang diikuti seluruh siswa ini bertujuan untuk mencegah tindakan self-harm (menyakiti diri) dan suicide (bunuh diri) di kalangan remaja. Program ini bertujuan untuk memberikan edukasi mengenai cara mengatasi stres dan menjaga kesehatan mental yang optimal.

Program pencegahan suicide dan self-harm pada remaja ini terdiri dari serangkaian intervensi dalam bentuk seminar, workshop, serta pembentukan kerjasama kesepakatan dengan mitra yang akan dilaksanakan pada sekitar bulan Juli hingga September 2024.

Ketua acara pengabdian masyarakat program pencegahan self harm dan suicide sekaligus Psikiater konsultan anak dan remaja FKUB – RSSA Malang, dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ (K) dalam materinya menyampaikan, saat ini dalam derasnya paparan social media, influencer dan semua serba cepat dan digital, ada beberapa momen sebagai manusia lupa untuk ‘be present’ atau intak dalam waktu.

Menurutnya, mengelola emosi dan kesehatan dalam masa digitalisasi ini jelasnya berbeda pendekatannya dibanding masa-masa sebelumnya. Ia menyebutkan, masa remaja yang penuh dengan perubahan fisik dan emosional memungkinkan timbulnya konflik yang dapat menyebabkan distress pada remaja.

“Tanpa keluarga ataupun teman sebaya yang empatik dan suportif, emosi negatif yang dialami remaja bisa disalurkan dalam mekanisme coping yang kurang baik, seperti self harm, suicidal ideation atau suicidal attempt serta suicide,” ucap dr. Frilya di hadapan para siswa.

Ia juga menyebutkan, pada remaja dan dewasa muda, bunuh diri merupakan salah satu penyebab kematian yang paling tinggi. Terdapat peningkatan tren bunuh diri sejak 2020 hingga 2022, dengan jumlah kasus terbanyak pada usia remaja dan dewasa muda, serta kebanyakan dilakukan oleh laki-laki.

Menurutnya, remaja yang melakukan perlukaan diri serta bunuh diri kebanyakan memiliki permasalahan psikologis ataupun gangguan mental sebelumnya. dr. Frilya juga menekankan, dalam mengatasi masalah psikologis dan tekanan dalam kehidupan, dukungan teman sebaya dan lingkungan terdekat, terutama sekolah, dapat menjadi faktor utama dalam mencegah perilaku perlukaan diri dan bunuh diri.

Namun seringkali remaja, atau bahkan orang dewasa seperti guru dan orang tua belum dapat menyediakan dukungan bagi remaja yang sedang membutuhkannya. “Dibutuhkan sebuah edukasi bagi remaja dan guru untuk dapat meningkatkan kesadaran dan keberanian untuk mengakses pertolongan terkait kesehatan mental, juga agar dapat menyediakan dukungan dan empati bagi teman sebayanya,” imbuhnya.

Ia berharap, dengan program ini dapat memberikan dampak yang positif pada fondasi kesehatan mental remaja yang sehat yakni dari pihak siswa, guru serta orang tua. “Semua harus berperan mulai siswa, guru dan sekolah harus bisa memberikan dukungan bagi remaja. Sehingga bisa mencegah tindakan self-harm dan suicide di kalangan remaja,” pungkasnya. (adv/hud/mar)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img