Aswin Nur Cahya, CEO Jiva Animation Studio Produksi Anime Sendiri
Berangkat dari ketertarikan terhadap Anime, membuat Aswin Nur Cahya. Kini ia lebih dikenal sebagai Hikaru Aswin. Memulai perjalanan karirnya hingga dapat mendirikan studio animasi sendiri dengan nama Jiva Animation.
MALANG POSCO MEDIA– Berawal dari rasa suka dan ketertarikan yang tinggi terhadap Budaya Jepang, memotivasi Aswin Nur Cahya atau dikenal dengan Hikaru Aswin memulai perjalanan karirnya sebagai compositor. Ia mulai menyukai kebudayaan Jepang ketika duduk di bangku sekolah. Dari yang awalnya belajar tentang kebudayaannya, Aswin mendapatkan rasa seru dan ketertarikan tersendiri ketika semakin dalam mempelajari.
“Mulanya bukan ke anime, malah ke Kebudayaan Jepang, seperti komik atau manga. Dan dari sana makin lama makin tertarik, kebetulan kakak juga punya kesukaan yang sama. Akhirnya semakin menggali makin terpapar, rasa tertarik makin tinggi. Berujung mengambil studi ke Jepang untuk belajar animasi ini,” ungkap pria kelahiran Jepara itu.
Aswin berangkat ke Jepang pada tahun 2016 dengan diawali belajar bahasa Jepang di Nippon Language Academy. Kemudian mengambil pendidikan pada jurusan animasi di Jam Nihon Anime Manga Senmongakko pada tahun 2018 sampai 2022. Setelah lulus, ia sempat bekerja di Jepang sebagai seorang Compositor.
“Tugasnya Compositor terfokus menggabungkan berbagai elemen, hingga menjadi video anime yang biasa kita tonton. Cukup banyak saya bergabung untuk menggarap beberapa judul anime, termasuk salah satunya yang cukup hype dan banyak dikenal di Indonesia dan negara lainnya yakni Tokyo Revengers,” imbuhnya.
Tidak hanya itu, beberapa anime yang cukup terkenal seperti Mashle (2023), Seven Knights Revolution (2021), Digimon Ghost Game (2021-2023), Boruto – Eve MV (2022), Dragon Ball Super (2022) dan masih banyak lainnya. Berkeinginan untuk dapat memproduksi anime sendiri, menjadi salah satu motivasi alumni Universitas Diponegoro ini untuk belajar lebih tentang kebudayaan Jepang, khususnya di bidang animasi dan kembali ke Tanah Air untuk membuka bisnisnya sendiri dibidang animasi.
“Saya sendiri dari dulu sudah ada keinginan untuk bikin anime sendiri. Tujuannya ingin menjadi sutradara anime, namun yang saya inginkan bukan anime Jepang tapi anime dari Indonesia. Setelah tahu ilmu dan sebagainya, oleh karenanya saya pulang ke Indonesia, membuat tim sendiri,” tutur Aswin.
Impian terbesarnya di samping bisa membangun studio dan karya anime sendiri, Aswin juga kerap berbagi dan memotivasi ketika masih di Jepang melalui konten di media sosialnya dengan tujuan agar SDM di Indonesia khususnya dibidang animasi bisa semakin naik. Ia juga menjadi jembatan antara animator Indonesia dengan berbagai studio animasi yang ada di Jepang.
“Saya tahu Indonesia ini kaya SDM yang bergerak di bidang animasi. Namun sayangnya belum ada yang menjembatani untuk menyalurkan kemampuan mereka ke studio yang bisa menaungi potensi anak muda kita. Makanya hadirnya Jiva Animation ini juga menjadi langkah saya untuk menjembatani antara studio yang ada di Jepang dengan para animator yang ada di Indonesia,” jelasnya.
Bahkan dengan Jiva Animation, Aswin telah me-launching Short Animation dengan judul The Unforgettable Journey of Lala. Dimana pada animasi pendek tersebut, mengangkat kisah seorang anak muda bernama Lala dan berbagai kisah hidupnya. Termasuk dalam animasi tersebut juga menampilkan berbagai keunikan tempat dan kuliner Kota Malang, seperti alun-alun Merdeka, Bakso Malang, Kampung Warna Warni, Stasiun Kota Baru dan masih banyak yang lainnya.
“Bisa dikatakan Lala menjadi titik awal kami yang membuktikan kepada masyarakat luas bahwa kami juga bisa mengerjakan animasi seperti Jepang. Sekaligus mempelajari apa yang selama ini kami kerjakan saat bekerja di Studio milik Jepang. Dari apa yang dipelajari tersebut, kita terapkan dan membuat animasi khusus karya anak negeri,” ungkap Aswin.
Kedepannya tidak hanya Lala, namun juga akan banyak project animasi lainnya untuk perkembangan animasi di Indonesia. Menurutnya SDM di Indonesia cukup tinggi dan memiliki potensi besar dalam dunia animasi.
“Bagi saya, untuk menunjukan budaya tidak hanya dengan kita memakai batik, tapi kebiasaan, tradisi dan tingkah laku kita sehari-hari ini menjadi budaya yang cukup mengenalkan jati diri bangsa Indonesia. Saya yakin, bahwa kehidupan kita di mata luar negeri itu menarik, makanya di Lala sendiri mempresentasikan kearah sana, yakni untuk mengenalkan budaya Indonesia melalui keseharian,” tandasnya. (adam malik/van)