MALANG POSCO MEDIA– Tim Malang Posco Media (MPM), Kamis (12/9) mendapat kesempatan visit company ke PT Amerta Indah Otsuka (Otsuka). Sebuah perusahaan klasifikasi Penanaman Modal Asing (PMA) asal Jepang yang memproduksi minuman sehat, merk Pocari Sweat.
Kunjungan ini dipimpin Direktur MPM, Hary Santoso. Kebetulan atas undangan sahabat lama kami Glen Noya. Sehari-hari di Otsuka, Glen — begitu disapa, adalah Corporate Communication. Sebelum di pabrik Otsuka di Jalan Raya Pasuruan, Desa Pacarkeling, Kecamatan Kejayan, Kabupaten Pasuruan, bapak tiga orang anak ini, bekerja di Otsuka di Sukabumi.
Meski pun sudah ada appointment (janjian) dengan Glen, kami tidak bisa langsung masuk begitu saja. Sejumlah SOP (Standard Operating Procedure) harus kami lalui. Atau mungkin karena perusahaan asing ya. Sampai di halaman luar pabrik yang megah kami sudah dihadapkan dua orang Satuan Pengamanan (Satpam).
‘Bersenjatakan’ handy talky (HT) mereka menghentikan mobil kami. Saya catat ada sekitar lima pertanyaan yang harus dijawab, sebelum akhirnya mobil kami boleh masuk areal pabrik. Dan sekali lagi, tidak bisa langsung parkir mobil di depan kantor utama.
Salah satu dari kami harus turun dan tiga lainnya, kami berempat, harus tetap berada di atas mobil. Parkir mobilnya pun ditentukan posisinya. Tidak bisa semaunya parkir di areal kosong dalam kawasan pabrik.
Setelah melapor dan mengisi lembar kunjungan, kurang lebih tujuh menit di pos satpam, kami diberi empat lembar ID Card. Dan kami yang masih di dalam mobil boleh turun. Bayangan kami, begitu sudah dapat ID Card bisa langsung menuju gedung tempat Glen berkantor. Meski gedung itu jaraknya hanya sekitar 30 meter dari posisi kami parkir mobil. Teryata tidak begitu !
Untuk menuju gedung utama, kami ‘diharuskan’ mengikuti badan jalan (dalam pabrik) yang diberi tanda cat kuning. Kami tidak bisa seenaknya jalan kaki seperti kita masuk kantor sendiri. Intinya, jalan kaki juga harus tertib sesuai arahan garis kuning.
Gedung dan ruangan tempat kami bertemu Glen, cukup luas dan sejuk. Terik panas matahari di luar gedung yang suhunya kurang lebih 33 derajat, sama sekali terkalahkan. Suasana makin menyejukkan karena dalam gedung utama disambut hamparan kolam Koi. Di kolam yang cukup panjang dan airnya jernih itu ikannya tidak lebih dari lima ekor.
Setelah diskusi kurang lebih 15 menit, tentu sambil minum Pocari Sweat, kami diajak melihat proses produksi Pocari Sweat. Glen didampingi salah satu stafnya Dimas. Posisi pabrik khusus Pocari Sweat menyatu dengan gedung kami bertemu dengan Glen. Saat itu mesin pabrik sedang overhaul. Mesin berhenti total karena ada maintenance (perawatan).
Tetapi dari lorong panjang di lantai II gedung itu, kami bisa melihat mesin produksi Pocari Sweat. Mulai dari pembuatan botol dengan bahan PEP (Poly Ethyl Propeline), sampai botol sudah terisi Pocari Sweat. ‘’Ini bahan utama (PEP) pembuatan botol Pocari Sweat,’’ jelas Glen. Setelah puas menelusuri lorong pabrik yang bersebelahan dengan mesin produksi, kami pun diajak pindah gedung.
Kami lalu diajak melihat dari dekat proses produksi Soyjoy. Sebuah makanan sehat berbahan baku tepung kedelai. Posisi pabriknya terpisah dari gedung utama. Setelah diskusi sebentar, kami sepakat menuju ke pabrik Soyjoy dengan jalan kaki. Harapan kami sambil jalan kaki bisa mendapat banyak informasi soal Otsuka.
‘’Panas lho. Gakpa tah jalan kaki?’’ tanya Glen sembari menunjuk posisi pabrik Soyjoy yang jaraknya sekitar 300 meter. Dan menuju ke pabrik ini matahari cukup terik. ‘’Gakpapa,’’ jawab kami dan langsung cuss jalan kaki ke pabrik Soyjoy.
Seperti saat awal masuk gedung utama, jalan kaki menuju lokasi pabrik Soyjoy tidak bisa seenaknya. Kami ber-enam, harus melewati badan jalan yang sudah ada garis kuningnya. Setelah melewati zebra cross di depan gedung utama, kami menyisir jalan hot mix bergaris kuning menuju lokasi.
Tidak hanya khusus tamu, semua karyawan di areal pabrik seluas kurang lebih 10,6 hektare ini, harus taat aturan. Jalan kaki di areal pabrik harus lewat sesuai yang ditentukan. Selain untuk kerapian, cara ini dimungkinkan untuk menjaga keselamatan pejalan kaki yang melintas di dalamnya.
Bagaimana kalau melanggar? Misal, tamunya melanggar? Atau karyawannya yang melanggar? ‘’Kami akan mendapat teguran. Bahkan, bisa sampai mendapat surat peringatan (SP). Kalau ada tamu yang melanggar, berarti tuan rumahnya yang salah. Sekarang ini tuan rumahnya saya,’’ papar Glen sembari menunjuk CCTV yang mengitari areal dalam pabrik.
Lepas soal ada SP atau tidak ada SP, disiplin kerja perusahaan asing memang cukup ketat. Tidak hanya bagi tamu yang datang. Tetapi karyawanpun juga harus memenuhi aturan baku yang sudah ditentukan. Dan itu, layak dicontoh. (has/van)