spot_img
Sunday, September 22, 2024
spot_img

Mewujudkan Kota Layak Huni bagi Mahasiswa

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Oleh: Muhammad Imam Faqihuddin

Dosen Prodi Teknik Arsitektur

UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Sebagai Kota Pendidikan, setiap tahun, Kota Malang dibanjiri 330.000 mahasiswa baru yang secara langsung memberikan dampak yang signifikan terhadap dinamika Kota Malang. Keberadaan mahasiswa membuat perekonomian Kota Malang menggeliat. Kawasan yang berdekatan dengan kampus mengalami perubahan fungsi bangunan yang lebih kompleks, yaitu rumah tinggal yang dilengkapi dengan kos-kosan, jasa laundry, fotokopi dan penjilidan, tempat makan, atau toko alat tulis.

Bangunan baru yang bermunculan di sekitar kampus juga menjadikan mahasiswa sebagai target pasar mereka, misalnya kawasan Sudimoro yang sudah dikenal sebagai surganya kafe di Kota Malang. Tidak hanya sektor formal yang diuntungkan, para pedagang kaki lima di sekitar kawasan kampus juga selalu laris manis diserbu mahasiswa.

Di sisi lain, keberadaan mahasiswa juga semakin menambah beban jalan-jalan di Kota Malang, terutama di sekitar lingkungan perguruan tinggi. Kemacetan lalu lintas selalu terjadi pada jam-jam tertentu (peak hours). Jalan-jalan di Kota Malang tidak mampu mengakomodasi mobilitas para mahasiswa yang begitu tinggi.

Aktivitas mereka tidak hanya sebatas pulang-pergi dari kampus ke kos. Mereka juga punya mobilitas lain untuk memenuhi segala kebutuhanya setiap hari. Penduduk asli Kota Malang pasti sangat merasakan perbedaan yang terjadi pada saat periode aktif kuliah dan pada saat periode liburan semester. Jalan-jalan di Kota Malang lebih lengang dan sepi ketika liburan semester tiba. Warung makan, kafe, jasa laundry, dan fotokopi yang biasanya dipenuhi mahasiswa seakan-akan sedang “berhenti” sejenak ketika masa liburan semester.

Selain itu, Kota Malang sebagai Kota Pendidikan harus menanggung konsekuensi dari predikat tersebut. Isu kesehatan mental terutama di kalangan mahasiswa semakin menghangat akhir-akhir ini.

Angkot Mahasiswa

          Pemerintah Kota Malang melalui Dinas Perhubungan dapat lebih mengoptimalkan dan memberdayakan keberadaaan “si biru” angkot Kota Malang yang sudah mulai lesu. Angkot ini khusus untuk mahasiswa yang menghubungkan kampus-kampus yang berdekatan, misalnya Univeritas Brawijaya-ITN-UIN Maliki Malang-Polinema-Unisma.

          Angkot perlu direbranding agar lebih menarik bagi gen-Z. Mereka hanya cukup membayar Rp 2.000 saja untuk mendapatkan pelayanan yang prima. Mereka dapat menaiki angkot ini dari depan gang (tanpa ngetem) sampai ke gedung yang dituju. Para pimpinan kampus harus bekerjasama dengan Dishub untuk menentukan rute angkot di dalam kampus.

          Harapannya, angkot khusus mahasiswa ini menjadi transportasi umum favorit bagi mereka dan menjadi bagian hidup mereka sehari-hari. Dengan demikian, beban jalan-jalan di Kota Malang berkurang, kampus-kampus tidak perlu menambah ruang parkir di lahan kampus, akan lebih baik jika menambah ruang hijau di dalamnya.

Livable Pedestrian Ways antar Kampus

          Mahasiswa harus bisa menjaga kesehatan, salah satunya dengan berjalan kaki. Untuk membuat mereka gemar berjalan kaki, perlu infrastuktur jalur pejalan kaki yang livable. Konsep livable ini tentu harus kontekstual dengan pengguna yang mayoritas adalah gen-Z.

          Coba bayangkan, jalur pedestrian yang ada di sepanjang Jalan Veteran diperpanjang sehingga menghubungkan Univeritas Brawijaya, ITN, UIN Maliki Malang, Polinema, dan Unisma, jalur pedestrian didesain instagramable, banyak spot foto, tempat duduk, pohon rindang, sekali-sekali diselipi penjual cilok dan es puter, tersedia tempat sampah, lampu unik yang terang di malam hari, dan ramai, menarik bukan?

          Mereka akan suka berjalan kaki dari kosan ke kampus alih-alih naik sepeda motor. Mereka dapat berjalan kaki dengan nyaman, tidak kepanasan, tidak khawatir terserempet kendaraan, bisa duduk sejenak kalau capek sambil baca buku dan makan cilok. Hemat, sehat, tidak macet, dan tidak polutif.

Menciptakan Socio-Healing Space

          Mahasiswa harus selalu berteman dan membutuhkan teman. Sama-sama anak rantau, senasib, seperjuangan, dan saling menguatkan. Kafe-kafe yang sudah menjamur di Kota Malang sudah saatnya berkembang sesuai kebutuhan pasar, tidak hanya sekadar menyediakan ruang untuk nongkrong dan nugas sambil makan.

          Kafe harus bisa menjadi ruang untuk melepas penat, stres, dan menghibur jiwa-jiwa yang bersedih. Pengusaha kafe perlu menerapkan konsep biofilik dalam desain kafenya, bangunan dan interior yang menyatu dengan alam untuk memberikan kenyamanan dan ketenangan bagi penggunanya.

          Secara psikologis, unsur alam dapat membantu mengurangi beban psikologis seseorang. Dengan demikian, mahasiswa tidak hanya bisa nongkrong dan nugas sambil makan, tetapi mereka juga bisa saling bercerita sambil merasakan suasana alam yang begitu kental. Kafe harus mampu berperan sebagai ruang sosial dan dapat menjaga kesehatan mental mahasiswa.

One Stop Living untuk Mahasiswa

          Akhir-akhir ini, banyak bermunculan iklan-iklan investasi berupa rukost (rumah-kost) di jalan-jalan Kota Malang. Meskipun demikian, konsep rukost ini tidak lagi relevan dalam merespon dampak lanjutan yang ditimbulkan dari keberadaan mahasiswa yang dominan di Kota Malang.

          Para pengusaha properti sudah harus mempertimbangkan seluruh kebutuhan sehari-hari mahasiswa, tidak hanya tempat tinggal. Akan lebih tepat sasaran jika bisnis kawasan rukost ini juga dilengkapi dengan fasilitas yang mengakomodasi semua kebutuhan mahasiswa, yaitu jasa laundry, fotokopi, percetakan, kafe, tempat makan, toko perabotan kos, toko alat tulis, toko gadget, dan tempat gym.

          Para pengusaha apartemen juga harus mulai menggeser target pasar mereka, tidak lagi fokus pada keluarga muda, tetapi khusus mahasiswa yang kemudian didukung dengan area komersial yang berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari mahasiswa. Jadi, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mahasiswa dapat memperolehnya dalam satu tempat tanpa perlu pergi kemana-mana. Dengan demikian, beban jalan-jalan perkotaan semakin ringan, kemacetan berkurang.

          Upaya-upaya tersebut sebagai bentuk tanggung jawab Kota Malang, Kota Pendidikan, dalam menjaga simbiosis mutualisme antara Kota Malang dan mahasiswa. Salah satunya adalah dengan mewujudkan Kota Malang: kota layak huni bagi mahasiswa.(*)

- Advertisement -spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img